[01]

6.7K 411 16
                                    

Senang bisa mendapatkan pembaca prolog yang banyak. Selamat membaca lanjutannya.

***

Tania Mahyeza melangkahkan kakinya memasuki loby Arzani Hotel. Dengan gaun malam biru tanpa lengan sepanjang lutut, gadis dua puluh empat tahun itu tampak memukau di antara manusia yang berlalu lalang di lobi. Rambut panjang kecokelatan terurai menutupi pundak telanjang Tania. Gadis itu berjalan dengan percaya diri menuju ke ballroom hotel.

Tania mendekati meja tamu untuk memperlihatkan undangannya. Seorang wanita berseragam hotel di balik meja segera menuliskan nama Tania pada buku tamu. Ketika Tania memasuki ballroom, semua mata terpaku pada wajah oriental yang dimilikinya. Tania tidak memedulikan tatapan iri dan ingin tahu dari orang-orang di sekitarnya. Tania hanya fokus kepada sepasang suami istri yang begitu sempurna sedang berdiri di tengah-tengah ruangan. Sepasang suami istri itu tersenyum hangat menyambut kedatangan Tania.

“Tania,” ucap sang istri sembari memberikan pelukan hangat dan mencium pipi kiri dan kanan Tania.

“Mbak Niza.” Tania juga membalas dengan perlakuan yang sama.

“Hai, little sister,” sapa Aldyano seraya mengacak rambut Tania.

“Kak, rambutku!” pekik Tania.

“Sayang!” ucap Lafila mengingatkan perbuatan sang suami. Aldy tersenyum kemudian memeluk Lafila dan memberikan sebuah kecupan di ubun-ubun istrinya.

“Selamat ya, Kak Aldy. Kak Aldy ternyata memang sangat hebat!” puji Tania tulus.

“Baru tahu kamu?” tanya Aldy menaik-naikkan alisnya.

“Kak Aldy memang serba bisa. Dengan memegang dua perusahaan besar, Kak Aldy justru bisa menambah hotel satu lagi di bawah Azzam Group.”

“Kamu juga harus bisa seperti Aldy, Tan. Kamu kan saat ini sudah menunjukkan potensi kamu itu,” sela Lafila membuat Tania merasa sungkan.

“Ini semua berkat Kak Aldy. Tanpa Kak Aldy, aku hanya Tania si anak panti,” ungkap Tania.

“Itu juga asalnya dari diri kamu sendiri,” sela Aldy.

“Oia, Argio mana? Kalian nggak datang bersama?” tanya Lafila. Aldy memberikan tatapan protes kepada Lafila yang masih mengingat Argio.

“Aku hanya bertanya, Yang. Masa gadis secantik Tania datang ke pesta ini sendirian aja,” kata Lafila yang sangat paham akan perasaan Aldy terhadap Argio.

“Gio katanya nyusul, Mbak,” jawab Tania.

“Kamu masih betah aja sama dia? Dia nggak melakukan yang aneh-aneh kan ke kamu?” selidik Aldy.

“Aaw ...” Aldy meringis kesakitan saat jemari kecil Lafila mencubit pinggangnya.

“Aku hanya memastikan keselamatan Tania, Yang,” bela Aldy.

“Nggak usah didengerin, Tan. Kayak dianya yang super baik aja,” kata Lafila.

“Aku kan emang baik, Sayang.”

Lafila memutar bola matanya malas mendengarkan Aldy. Dia beralih kepada Tania yang sedang memperhatikan mereka.

“Maaf, Tan,” ucap Lafila merasa segan terhadap Tania.

“Nggak apa-apa, Mbak. Aku bahagia melihat kalian berdua. Dan selamat untuk kehamilan Mbak Niza,” ucap Tania mengalihkan pembicaraan.

“Iya. Akhirnya satu lagi kebahagiaan menghampiri kami,” kata Lafila mengelus perutnya.

Hino (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang