Bab 3. Paman Ning

178 11 2
                                    

Beberapa hari kemudian, di pinggir hutan kawasan Awan Peristirahatan Sizhui bertemu dengan Paman Ning. Kali ini mereka hendak melakukan perburuan malam bersama tuan muda dari sekte lain. Dia sudah mengundang Jin ling dari klan Lanling Jin dan  Ouyang Zizhen dari klan Baling Ouyang. Mereka sudah sering melakukan perburuan malam bersama jadi sebenarnya tidak ada hal khusus untuk dipersiapkan.

Paman Ning, seperti biasa penampilannya tetap menyeramkan. Sekarang dia mengenakan pakaian dengan  kualitas bagus karena walau bagaimanapun Paman Ning adalah plus one dari pernikahan Hanguang-Jun dan Senior Wei, agar tidak memalukan. Namun dengan kulit super pucat, mata besar yang sedikit sayu, urat-urat hitam menghiasi leher dan separuh wajah dan rambutnya yang tergerai bebas untuk dihembuskan angin liar, mau tidak mau dia tetap terlihat menyeramkan.

Para siswa junior yang sering berburu malam dengan Sizhui sudah lama terbiasa dengan tampilan 'Paman Ning'nya, namun terkadang ada siswa lain yang baru ikut bergabung dan ketakutan setengah mati berhadapan dengan Jendral Hantu. Padahal Paman Ning hanya berdiri diam saja tanpa melakukan apa-apa. Sedemikian besar tampilan Wen Ning si Jendral Hantu a.k.a Sang Mayat yang Ganas mengintimidasi orang-orang.

Kali ini Paman Ning terlihat sangat gembira melihatnya dari kejauhan. Kulit wajahnya yang sudah mati sepertinya dengan susah payah mampu mengeluarkan sebuah 'senyungai' (senyuman/seringai).

"Ah Yuan..!" Teriak Paman Ning sambil melambaikan tangannya

"Paman.." sapa Sizhui ketika sudah di depan Paman Ning dan memberikan hormat.

Memegang kedua bahu Sizhui, Wen Ning memperhatikan tubuh Sizhui dari atas ke bawah berulang-ulang.
"Sepertinya kamu bertambah tinggi."

Dengan malu Sizhui menjawab, "Tidak Paman, itu karena kita sudah agak lama tidak bertemu."

Menganggukkan kepalanya berkali-kali Wen Ning masih tetap dengan ekspresi 'senyungai'nya.
"Tidak apa.. tidak apa.. masih masa pertumbuhan."

Duduk di bawah sebuah pohon Pinus besar mereka berdua mulai berbincang-bincang tentang situasi terakhir selama mereka tidak bertemu.

Tidak diduga ternyata Paman Ning baru saja pulang dari bepergian bersama Senior Wei dan Hanguang-Jun untuk memecahkan sebuah kasus. Pantas saja selama beberapa hari ini dia tidak melihat kedua ayahnya. Itu juga sebabnya suasana hati Tuan terlihat baik, Pikir Sizhui

"Hanguang-Jun dan Tuan muda Wei masih melanjutkan perjalanan. Sepertinya mereka akan melakukan wisata kuliner. Jadi aku kembali ke Awan Peristirahatan sendiri."
Kata Paman Ning.

"Hanguang-jun dan Senior Wei sepertinya tidak akan pulang dalam waktu dekat." Kata Sizhui.

"Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Paman Ning setelah mendengar nada janggal Sizhui.

"Tidak.. umm.. hanya saja.. saat mereka bersama, aku merasa sedikit di tinggalkan." Jawab Sizhui pelan.

Jendral Hantu terdiam juga. Dia mencoba menebak-nebak apa yang Sizhui sedang rasakan. Namun karena dia sudah sangat lama mati, rasa empati dan simpati sudah mulai memudar dalam dirinya.

"Apa kau merasa cemburu?" Tanya Paman Ning lagi.

"Tidak.. tidak.. walau aku sudah menganggap Hanguang-jun sebagai ayahku, tapi kami tidak pernah memiliki hubungan anak-ayah yang biasa."

"Lalu?" Paman Ning bingung

"... Kata Jingyi, aku sedang mengalami pubertas."

"Apa itu?" Kebingungan Paman Ning menjadi-jadi.

"Semacam reaksi tubuh.. hormon.. kata Jingyi itu terjadi kurang lebih sejak berumur sekitar 9 - 15 tahun.. jadi kurasa aku terlambat." Jelas Sizhui pada Wen Ning.

"... Apa yang terjadi saat pubertas? Apakah berbahaya??"

Sizhui, "Tidak.. hanya bagian dari proses menjadi pria dewasa, Paman. Jadi seperti perubahan emosi, tubuh, kegelisahan, mudah tersinggung.. itu kata Jingyi."

Jendral Hantu kembali diam. Otaknya walau ketika dia masih hidup merupakan otak yang lumayan cerdas, namun berbeda dengan otak mayatnya yang agak lambat, jadi perlu waktu dalam mencerna sebuah informasi.

"Aku belum pernah mengalami itu.." kata Wen Ning kemudian.

Mendengarnya Sizhui sedikit kaget.
"Sama sekali?? Katanya saat pubertas kita akan mulai menyukai seseorang, itu tanda yang paling jelas."

"... Oh aku mengalaminya!" Jawab Wen Ning bersemangat kembali.

"Siapa Paman????" Sizhui menjadi tertular semangat Pamannya.

"Tuan Muda Wei! Sejak aku melihatnya pertama kali dia terlihat sangat menyolok diantara para tuan muda seluruh sekte. Dia juga baik dan tidak pelit saat mengajariku memanah. Setelah itu bahkan dia tidak peduli menghadapi bahaya untuk menolong aku dan kakakku; Wen Qing." Mata Jendral Hantu yang besar dan sayu berbinar-binar mengingat kejadian itu.

Sizhui, "..."

__________________________________

🌼🌼🌼

Hiro: Begitulah Wei Wuxian merusak kepolosan pria-pria muda.

Wen Ning: Tu.. Tuan Muda Wei tidak merusak 'kepolosanku'..
'Kepolosanku' masih ada di tempatnya semula..

Hiro: ... 😒 Aku tidak bicara tentang kepolosan yang itu. Apa otakmu sekarang sudah lapuk dan berdebu sehingga pikiranmu menjadi kotor??!!!

Wen Ning: Ma.. Maaf penulis..🥺

*Berdasarkan novel MDZS, keluarga Wen Ning merupakan keluarga yg mahir dalam kedokteran, jd sebenarnya mustahil Wen Ning tidak tau tentang pubertas. Tapi kita harus membuka kemungkinan bahwa dunia kedokteran dari sejak Wen Ning meninggal sampai saat ini bisa saja telah mengalami banyak perubahan.
Lagipula, penulis ingin tetap membohongi dirinya sendiri dan menganggap bahwa Wen Ning adalah pria yang sangat polos dan lugu. Mari dukung saja teori penulis.. 😒😒😒

Obedient SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang