01

229 36 9
                                    

"Bagai-

"Ayah! Aku mau keluar dari sekolah ini! Tolong ayah... Jeongin mohon. Jeongin gak mau sekolah disini! Apa ayah tidak tahu kasus dua tahun yang lalu?!"

"Dua tahun yang lalu? Ouh... Kasus pembunuhan berantai yang di lakukan oleh anak kelas biasa ke anak kelas G kan? Ayah tau itu, tapi ayah dengar kasus itu yang pertama dan terakhir. Jangan takut nak."

'Jangan takut?! B-bagaimana bisa aku tidak takut ayah!!! Apalagi tadi aku masuk ke kelas neraka itu.'

"Aku masuk kelas G."

Jeongin langsung masuk ke dalam mobil. Membuang pandangan nya dan memilih menatap ke luar jendela.

"Wah... Bagus! Kali ini ada berapa murid?"

"Dua puluh."

"Dua puluh? Biasanya sekolah hanya memilih kurang lebih sampai lima belas orang saja. Pertahankan nak. Anak yang masuk kelas G biasanya lulus lebih lama. Karna di dalam kelas itu ada anak kelas satu sampai tiga kan."

"M-maksud ayah?!"

"Iya... Seperti nya kamu akan lima tahun di sekolah itu. Mungkin. Ayah tidak tahu pastinya kapan. Waktu angkatan ayah sih cuma lima tahun paling cepat. Oh ya, ayah bakal sibuk, jadi ayah memutuskan untuk memasukkan mu ke dalam asrama."

'Asrama?!'

Jeongin lebih memilih diam sambil melihat lihat jalanan sekitar dari jendela mobil. Ingin sekali dirinya menangis karna tindakan ayah nya yang selalu tiba tiba.

Mobil mulai memasuki halaman keluarga Yang yang cukup luas. Dengan sedikit kesal, Jeongin memilih untuk keluar duluan dan masuk ke dalam rumah. Mengabaikan teriakan ayah nya yang memanggil nama nya berkali kali.

•••

"Kau di kelas mana, Yang?"

"Jangan memanggil nama marga ku, cukup panggil aku Jeongin. Kelas 1-A."

"Wah kita sekelas!"

Jeongin dan Seungmin berjalan beriringan menuju kelas baru mereka. Sesampainya di kelas yang mereka tuju, mereka langsung masuk ke dalam kelas nya. Seperti nya ada sekitar tiga puluh lima siswa/siswi yang berada di kelas nya.

"Mau jadi chairmate ku?"

Sejujurnya Jeongin sedikit ragu menawarkan Seungmin untuk menjadi teman sebangku nya. Mengingat kejadian saat di lapangan tadi yang dimana Seungmin keliatan cuek.

"Boleh. Tenang saja Jeongin, aku tidak akan seperti saat dilapangan tadi. Omong omong, aku minta maaf ya, seperti nya kau sedikit takut."

Kekehan halus keluar dari bibir mungil Seungmin.

"T-tidak!! A-aku hanya sedikit ragu saja."

"Ah~ yang benar? Jujur saja, Jeong."

"Ck... Kenapa kau jadi menyebalkan seperti ini?"

Jeongin memberikan tatapan sinis kepada Seungmin. Sementara yang di tatap lagi lagi hanya terkekeh pelan.

Sungguh, Seungmin terlihat lebih menyebalkan sekarang.

Jeongin memilih kursi yang berada di belakang kelas. Disaat yang lain berebut untuk mendapatkan kursi yang paling depan, tapi tidak dengan Jeongin.

"Kenapa kau mengambil di belakang? Kau tahu, kebanyakan murid murid disini pasti akan berebut kursi yang paling depan."

"Kenapa?"

"Biar lebih mudah mendapat perhatian guru."

Senyum tipis terpatri di wajah Jeongin. Hah! Seperti itu. Baiklah~ akan ku tunjukan bagaimana mendapat perhatian dari para guru meskipun kau duduk di belakang.

Bel sekolah berbunyi. Para murid yang tadi nya sedang sibuk berebut kursi kini mau tak mau saling mengalah satu sama lain. Bahkan ada yang masih menunjukkan raut wajah tak suka karna dia harus mengambil kursi di belakang.

Suara sepatu yang Jeongin yakini adalah suara dari sepatu hak tinggi lama kelamaan mulai jelas suaranya. Tak lama, seorang wanita cantik dengan tubuh ideal masuk ke dalam kelas.

"Good morning all!"

"Good morning, Sir!"

Sorot mata yang terpancar dari mata wanita yang kini sedang berdiri di tengah kelas terlihat tajam.

"Uh... Apa apaan sorot mata itu."

"Sstt! Diam lah, Jeong."

Seungmin menyenggol pelan bahu Jeongin yang duduk di samping nya. Jikalau ucapan Jeongin barusan di dengar oleh sang guru, bisa abis Jeongin.

Hari pertama di sekolah langsung diisi oleh agenda KBM. Padahal biasanya di hari pertama sekolah selalu diisi oleh cerita yang di alami oleh para murid atau guru saat liburan.

Tapi seperti nya hal itu tidak akan berlaku disekolah ini.

Jeongin cukup terkejut saat KBM berlangsung. Pasalnya, setelah dua mata pelajaran telah lewat, dirinya menyadari bahwa materi yang di ajarkan tidak seharus nya di ajari untuk anak kelas satu.

Dirinya juga melihat raut wajah teman sekelas nya yang terlihat frustasi saat mengerjakan soal soal yang di berikan oleh guru.

"Sstt!"

Seungmin menyenggol pelan bahu nya. Membuatnya harus mengalihkan pandangannya sejenak ke arah teman sebangkunya itu.

"Kenapa?"

"Kau paham? Semua anak terlihat frustasi melihat soal soal matematika yang di berikan oleh Mr. Kim."

Jeongin membaca sekilas soal soal yang sudah dia salin ke buku nya. Melihat angka angka yang mungkin bagi semua orang sangat menyebalkan.

"Ya. Sedikit. Kau tau? Seharusnya soal ini di berikan untuk anak kelas dua, bukan anak kelas satu. Apalagi kita baru masuk."

"Kan... Sudah ku duga."

"Hei! Yang di belakang!"

Jeongin dan Seungmin sontak menengok ke arah Mr. Kim yang kini tengah menatap mereka berdua dengan sengit.

"Sudah selesai hah? Saya kan sudah bilang di awal. Saya tidak suka ada yang mengobrol saat kelas saya berlangsung. Sekalipun kalian bertanya tentang rumus ke teman kalian."

"Saya mau salah satu kalian maju dan mengerjakan kelima soal di papan tulis ini."

"S-saya be-

"Baik pak. Saya yang akan mengerjakan nya."

•••

G-Class [SKZ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang