Berkas cahaya matahari menerobos masuk lewat pintu depan yang terbuka, dan suara debur ombak yang menghantam pantai perlahan menariknya dari tidur.
Namjoon mengerang. Rasa kantuk masih merekat erat di matanya, mencoba menariknya kembali ke alam bawah sadar, tetapi dia sadar bahwa ada sesuatu yang harus dia lakukan.
Perlahan, kelopak matanya terbuka. Namjoon menatap langit-langit kamarnya yang tampak sedikit buram. Dia merasa agak tersesat. Sial. Dia tidur seperti orang mati. Seluruh tubuhnya terasa kaku dan berat yang memberitahunya bahwa dia mungkin hampir tidak bergerak sama sekali dalam tidurnya.
Tapi, sebelum dia terlelap tadi malam, dia dan Seokjin telah─
Seokjin.
Lantas, Namjoon menoleh ke samping.
Namun, sisi tempat tidurnya kosong. Namjoon mengulurkan tangan dan menyentuh bantal yang sebelumnya digunakan oleh Seokjin. Menangkap aroma apel dan lavender yang samar di sana.
Dia telah bercinta dengan Seokjin tadi malam.
Bagian itu masih membara di dalam benaknya. Dan saat dia bercinta dengan pemuda itu, Namjoon merasa benar-benar lepas kendali karena akhirnya, tujuan utama di dalam hidupnya telah tercapai.
Tapi kemudian, setelahnya dia malah tidur seperti orang mati.
Tidak keren sama sekali.
Namjoon menelan ludah dan merasakan tenggorokannya begitu kering.
Di mana Seokjin? Apakah pemuda itu berada di kamar mandi?
Tapi... mengapa pintu depan kamar mereka terbuka?
Lagi, Namjoon merasakan kinerja otaknya berjalan lambat. Seperti pikirannya belum sepenuhnya bekerja dengan benar. Mungkin dia membutuhkan sekitar selusin cangkir kopi untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih menguasainya.
Namjoon kembali termenung. Pintu depan terbuka... mungkin, karena Seokjin berada di luar.
Namjoon memutuskan untuk beranjak bangun. Dia nyaris terjatuh ketika mencoba bangkit berdiri. Lututnya terasa kaku. Dia mendesis, dan berusaha keras menyeret kakinya untuk sampai ke kamar mandi. Kemudian, Namjoon membasuh wajahnya. Menggosok giginya. Lalu, menatap pantulan wajahnya di cermin dan dia meringis.
Dia tampak seperti mayat yang baru saja bangkit dari kematian.
Namjoon menyisir helaian rambutnya yang acak-acakan dengan jemarinya. Lalu, dia buru-buru mengenakan celana jogging dan menuju ke luar bungalow. Matahari yang cerah sangat menyilaukan, dan dia mengangkat tangan untuk menutupi matanya.
Tiba-tiba saja, rasa pusing yang teramat sangat berdenyut di pelipisnya. Namjoon hanya mengira jika itu hanyalah rasa pusing karena tadi malam dia telah meminum─
Tunggu, tapi, tadi malam dia tidak meminum sampanye. Dia menjatuhkan gelasnya karena dia sudah lebih dulu mabuk ketika dia melihat Seokjin yang tidak berpakaian melangkah ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secreto | NamJin ✓
Action"Selamat," Daniel tersenyum lebar kepada Namjoon dan juga Seokjin. "Akhirnya kalian menikah."