[ 12 ] Cerita

980 144 6
                                    

Herminia POV

Setelah posisi kapten resmi menjadi milikku, diriku harus siap dengan segala pekerjaan yang ada. Apalagi sekarang, aku pusing dengan segala barang-barang yang akan diantar ke Perancis. Barang-barang ini banyak sekali. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa mengurus barang kiriman seperti ini adalah tugas kapten. Untung saja para awak kapal yang senior dan juga Martin mau membantuku.

Setelah cukup lama berkutat dengan barang-barang kiriman itu, aku pergi pulang ke rumah, ditemani Martin.

"Pusing?" Tanyanya.

"Jangan tanya jika sudah tahu."

"Kasihan sekali gadis kecilku." Ucapnya sambil mengacak-acak rambutku.

Aku melotot. "Martin Seaman, kau telah berjanji tidak akan memanggilku begitu."

"Kapan?"

"Kau tanya kapan? Yang benar saja?!"

Martin mengangkat bahunya tidak peduli. "Lagipula panggilan itu bagus."

"Hah, ya. Saking bagusnya membuat kesalahpahaman pada orang-orang. Bahkan kesalahpahaman itu tertera dengan jelas diartikel." Aku berjalan melewatinya, mengabaikan dirinya yang terkekeh tidak jelas.

"MARTIN!!!"

Hahhh, benar-benar...

"Berani sekali kau mengabaikanku." Ucapnya sambil menggelitik area belakang leherku. Entah apa alasannya, perutku lebih kebal gelitik dibandingkan leherku. Menyebalkan.

"HAHAHAH HEI IYAYAYAA MAAF!"

"Tidak dimaafkan."

"Huhhh, Martin... Hentikan, aku tak suka digelitik." Lirihku.

Martin tampak menghentikan aksi mengelitiknya. Aku menoleh padanya yang terdiam, sedikit canggung. Aku pun juga begitu. Segitu asyiknya kami dengan dunia kami sendiri sampai tidak sadar kaki kami telah melangkah masuk ke dalam rumah?

"Apa dia putrimu?" Ucap seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan ibuku.

"Iya. Herminia, kemari." Ibu menyuruhku kemari dengan tangannya. Aku berjalan dan berdiri di sebelah ibuku. "Perkenalkan ini Mrs.Pevensie dan di sana anak-anaknya." Aku melihat ke arah yang di tunjuk. Hei, itu kan!

"Yang perempu--"

"Lucy! Edmund!" Ucapku menyela perkataan ibuku. Padahal belum satu minggu kami berpisah, tapi rasa rindu selalu menyerang dan kali ini rindu itu hilang karena pertemuan ini.

"Kalian sudah saling kenal?" Tanya ibuku.

"Ya mom. Mereka temanku." Ucapku.

"Apa kau Martin Seaman?" Tanya Mrs.Pevensie pada Martin.

"Iya. Aku Martin Seaman." Jawabnya.

"Apa kau kekasihnya Herminia?" Tanyanya yang membuatku langsung menatap tajam pada Martin.

Martin hanya menggaruk kepalanya, matanya menatap pada Mrs.Pevensie, "Aku rasa ada kesalahpahaman di artikel hari ini."

"Artikel? Oh maaf, aku jarang membaca berita. Tapi mendengar kau berkata begitu, aku rasa aku bisa menjodohkan anakku dengan anakmu, Aretha." Ucap Mrs.Pevensie.

Hei hei! Kenapa ini jadi acara perjodohan?!

Ibuku malah tertawa. "Itu ide bagus, calon besan."

c a l o n   b e s a n

Apapun itu, tolong, aku tak bisa mengontrol diriku. Rasanya ingin sekali diriku meledak-ledak.

Tiba-tiba saja, seseorang menarik tanganku, membawaku pergi keluar rumah. Kami berhenti di dermaga kapal.

Explore Your Heart【Edmund Pevensie】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang