12. Perdebatan

6.6K 555 24
                                    

JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMENNYA YA TERIMAKASIH.

"Kepada harapan-harapan yang belum tercapai. esok kita coba kembali, barangkali jauh lebih membahagiakan." ~Aira Arketa.

Mata Aira menatap ke sekeliling kamar milik bunda Agas, kepalanya masih terasa pusing tapi ia berusaha untuk duduk. Aira bersender pada bantal yang ia senderkan ke penyangga kasur.

"Aira udah bangun, apa yang sakit sayang?" Tanya bunda Agas yang baru saja masuk ke dalam kamar membawa nampan yang beisikan teh hangat dan bubur ayam. Aira menggeleng sambil tersenyum melihat Manda sebagai jawaban.

Manda duduk di samping Aira dan memegang dahi Aira untuk mengecek demam Aira. "Alhamdulillah udah turun panasnya," ucap bunda Agas tersenyum tenang.

"Maafin Aira ya bund ngerepotin," ucap Aira tidak enak hati pada bunda Agas.

"Ga kok sayang, ga ngerepotin kamu'kan anak bunda juga."

Aira tersenyum manis. "Bunda mirip banget sama bunda Aira, sama baiknya kaya bunda."

Manda terkekeh. "Kamu mau jadi anak bunda atau jadi menantu bunda Ra?" Tanya Manda jahil.

Aira membulatkan matanya kaget, pertanyaan itu membuatnya jadi salah tingkah sendiri.

"Jadi menantu dong bund," jawab Agas menyambar seperti petir. "Iya'kan Ra?" Tanya Agas dengan tawa jahatnya.

"Engga," jawab Aira ketus.

Agas berjalan masuk ke kamar bunda dengan masih memakai seragam sekolah dan menenteng tas ransel miliknya. Agas ikut bergabung bersama mereka. Membuang tas sekolahnya asal dan ikut duduk di samping bundanya.

Manda yang melihat tingkah tengil putranya langsung menjewer telinga Agas. "Kalau taro tas di mana?" Tanya bunda Agas tegas.

"Aduh duh duh bund sakit, iya iya di kamar Agas," ringis Agas pada telinganya yang memerah.

Aira terkekeh dengan tingkah Agas yang habis di marahi oleh Manda bundanya. "Seneng seneng," cibir Agas pada Aira.

"Ganti baju sekalian Gas," peringat bundanya.

"Hmm," Jawab Agas.

Manda kembali menatap Aira. "Makan dulu ya, sini bunda suapin."

Manda mengambil semangkuk bubur ayam yang tadi di bawanya.

Untuk pertama kalinya, Aira merasakan lagi bagaimana di suapi oleh seorang ibu, dan bagaimana rasanya kasih sayang dan perhatian, itu semua ia dapatkan kembali dari Manda bunda Agas yang sudah menganggap Aira seperti anaknya sendiri. Walaupun sebenarnya maunya Manda adalah Aira menjadi menantunya.

♡♡♡

Satu hari berlalu Aira menginap di rumah Agas, hari ini ia memutuskan untuk mencoba pulang, walaupun ia tidak yakin ia akan di terima lagi oleh papahnya.

"Kamu yakin udah mau pulang?" Tanya Manda khawatir.

Aira tersenyum menyakinkan. "Yakin bund."

"Gue sama bunda anter lo."

Aira menatap keduanya bergantian. Lagi lagi Aira merepotkan mereka lagi. Aira jadi merasa tidak enak pada keluarga Agas.

"Ga usah, gue bisa sendiri kok. Lagi juga rumah gue ga jauh masih satu komplek."

"Yaudah kalo ga mau di anter ga usah pulang, tinggal di sini aja selamanya," ucap Agas.

Agas berharap Aira tidak mau di anter, supaya Aira tinggal selamanya di rumah Agas, kalau seperti itukan Agas juga yang untung.

"Bunda sama Agas antar ya Ra," ucap bunda Agas lembut.

Kalau sudah bunda Agas yang meminta, mana bisa Aira menolak, Aira juga tidak mau membuat bunda menjadi khawatir karena dirinya.

"Iya bund."

♡♡♡

Ting.

Suara bel rumah Aira berbunyi. Tidak lama setelahnya gerbang terbuka memperlihatkan bi Narmi pembantu di rumah Aira yang sangat peduli dengan Aira.

"Non," panggil bi Narmi yang langsung memeluk tubuh Aira.

Mereka semua di persilahkan masuk oleh bibi, bi Narmi tidak mengenal Agas dan bundanya, karena dulu di rumah Aira tidak ada yang namanya pembantu. Semua tugas rumah selalu bunda Aira yang mengerjakan.

Namun, setelah papahnya yang menikah lagi baru lah bi Narmi mulai bekerja di rumah Aira, karena tugas rumah tidak ada yang mengerjakan. Mama tirinya mana mau membersihkan rumah. Cuci piring dan menyapu saja tidak pernah, selalu Aira dan bibi yang mengerjakan.

Pintu rumah terbuka menampak suatu keluarga yang sedang berkumpul santai di sana tanpa memikirkan anak mereka, Aira.

"Hardi," panggil Manda dari depan pintu bersama Aira dan Agas.

Hardi kaget dengan kedatangan mereka, ia tidak tau jika Agas dan keluarga sudah pulang dari luar Negri. "Manda."

Manda melangkah masuk ke dalam rumah Aira dan menampar pipi Hardi geram dengan sikap dan prilakunya terhadap Aira.

Plak.

Semua orang yang ada di sana membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang di lakukan Manda.

Jika sebelum sebelumnya Aira lah yang selalu mendapat tamparan entah itu dari papahnya maupun mama tirinya, sekarang Hardi lah papah Aira yang mendapatkan tamparan dari Manda sahabat istrinya dulu.

Manda merasa puas bisa menampar dan menpermalukan Hardi di depan keluargannya sendiri. Ini masih di depan keluarga belum di depan umum yang ramai banyak orang berkumpul untuk menyaksikannya.

"Kamu santai santai seperti ini dengan mereka, tanpa ada rasa khawatir sedikitpun dengan anak kamu Aira!"

"Anak? Hahaha kamu ga tau Man yang sebenarnya," ucap Hardi dengan tawa jahatnya.

Manda menatap tajam Hardi. "Kamu yang ga tau yang sebenarnya tentang Fani, saya harap kamu menyesal nanti!"

Desti dan Diva hanya terdiam menyaksikan Hardi dan Manda, tanpa tau apa yang sebenarnya mereka sedang bahas.

"Urus Aira anak kamu dengan baik, jangan hanya dia yang kamu urus," ucap Manda sambil menunjuk ke arah Diva dan Desti. "Ingat kamu punya dua anak bukan hanya satu! Dan saya harap kamu bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah!" Ucap Desti tegas di depan wajah Hardi.

Hardi tertohok dengan semua ucapan Manda, bagaimana ia bisa tau tentang keluarganya.

"Gadis sialan, berani beraninya dia mempermalukan aku di depan orang lain," batin Hardi matanya menatap Aira tajam.

"Kamu di sini ya sayang, kalau ada apa apa kasih tau bunda atau Agas," ucap bunda Agas pada Aira dan mencium puncak kepala Aira.

"Kalau ada apa apa kabarin ya Ra, senyum jangan sedih lagi," ucap Agas menarik pipi Aira paksa Agar tersenyum.

Lalu Manda dan Agas pergi dari rumah Aira, meninggalkan semua orang yang di dalam rumah itu dengan tatapan tidak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi di depan mereka semua. Terutama untuk Hardi yang tidak menyangka Manda akan menamparnya tadi.

Diva menatap iri Aira, Diva iri Aira di perlakukan sebagai seorang putri oleh lelaki tampan dan seorang ibu itu. Ia juga mau di perlakukan sama seperti itu. Apa Diva akan merebut mereka dari Aira?
Sama seperti Diva yang merebut papahnya darinya.

Tbc

Spam Next ya.

Sembunyi Dalam Senyum [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang