Part 22

614 96 18
                                    

Dion hanya diam saat Ranggel tadi menunjuk ke dalam kelas di mana hanya ada Abigeal dan Brandon. Kalau saja dia datang lebih cepat, mungkin dia bisa menenangkan Abigeal kala itu. Kalau saja dia punya hubungan yang lebih baik dengan Abigeal, mungkin saat ini Dion sudah memukul wajah Brandon yang membuat Abigeal sampai seperti itu.

Joy berjalan pelan ke arah Brandon, sebelum bicara Joy tampak mengulum bibirnya sedikit canggung. "Don, gue ke sini cuma mau bilang, jangan sakitin Abigeal lagi!" bisiknya meniru perkataan Ranggel.

"Ngomong apaan lo? Datang-datang udah ganggu orang aja, lo enggak liat situasinya lagi kek gimana?" pelotot Brandon yang dari tadi sudah kesal dengan jawaban Abigeal dan sekarang ditambah lagi dengan bisikan Joy.

Joy sedikit bergidik ngeri melihat tatapan Brandon. Entah apa yang harus dia lakukan sekarang karena di luar ada tiga teman Abigeal yang siap menghajarnya kalau saja dia tidak berhasil membuat Brandon dan Abigeal baikan. Di dalam juga demikian, kalau saja dia tidak bisa mencairkan suasana bisa-bisa Brandon juga menghabisinya saat ini.

"Lo harus paham situasi gue! Coba lo di posisi gue, gimana perasaan lo saat ada cowok gila bilang gitu sama gue? Lo pasti juga kesal dan marah, 'kan?" pekik Abigeal tidak mempedulikan Joy sama sekali.

'Oh, ini masih masalah yang kemaren ya?' pikir Joy dan mengangguk karena mendapatkan sebuah ide dikepalanya.

"Don, semalam Adam nelfon gue. Katanya dia dan Erwin juga ikut bubar dari geng itu. Mereka juga bilang kalau mereka udah lama enggak suka Hesky," ujar Joy mencoba mencairkan suasana dan berharap Abigeal tahu kalau kejadian kemaren murni bukan salah Brandon.

'Jadi beneran dia ke luar dari geng itu? Tapi masak sih, demi gue?' pikir Abigeal bingung mendengar ucapan Joy.

"Lo dengar 'kan, Geal? Gue udah ke luar dari geng itu demi lo! Gue peduli sama lo, jadi kalau lo masih enggak percaya juga sama gue ya, udah, kita udahan!" tutur Brandon dan sepertinya sudah mulai menyerah untuk membujuk Abigeal.

"Enggak! Selama gue belum bilang, itu enggak bakalan terjadi," balas Abigeal cepat.

"Jadi sekarang gimana? Lo percaya 'kan sama gue?" tanya Brandon antusias.

"Iya, iya! Ah, sana gue mau belajar," usir Abigeal padahal dalam hatinya dia berteriak kegirangan. Karena sudah membuat seorang Brandon Kim meminta maaf dihadapannya, bahkan sampai bela-belaan bermusuhan dengan sahabatnya sendiri.

Joy menarik napas lega, akhirnya dia sudah bebas dari cengkraman ketiga teman Abigeal yang masih berdiri di ambang pintu. Mereka tampak tengah membujuk orang-orang agar tidak masuk dulu ke kelas. Joy juga merasa sudah menjadi pahlawan karena sudah membuat dua orang didepannya kini kembali baikan.

"Yuk Joy, kita ke luar! Gue udah dimaafin sama pacar gue." Brandon merangkul Joy untuk ke luar dari sana dengan girang.

Sampai di depan pintu Brandon melirik sekilas ke arah Dion yang melihatnya dengan tatapan tidak suka. Brandon menampakkan senyuman mengejek di depan wajah Dion yang membuat Dion mulai emosi.

Dion menarik kerah baju Brandon dengan keras. Baru kali ini Dion menunjukkan kalau dia bisa berkelahi di depan warga sekolah yang berlalu lalang. Karena biasanya Dion akan terlihat pendiam dan seolah takut dengan yang namanya perkelahian.

"Santai, Bro!" Brandon mengangkat kedua tangannya ke udara sambil menyengir.

"Sekali lagi lo bikin Abigeal marah ataupun sedih, lo berurusan sama gue!" pekik Dion mendorong Brandon kasar.

Sedikit tertawa mengejek, Brandon menanggapi, "Emang lo siapa? Gue pacarnya Abigeal sekarang, jadi lo itu enggak usah belagu, lo suka 'kan sama Abigeal? Tapi sayangnya Abigeal pacar gue. Jadi lo enggak usah ikut campur." tukas Brandon mengangangkat sebelah sudut bibirnya ke atas untuk mengejek Dion.

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang