7• MALU-MALU

9.7K 1.4K 1K
                                    

Happy reading guys!

Play mulmed di atas!

Jangan lupa vote, komen, dan share ke teman-teman kalian semua! ❤

***

7. MALU-MALU

Scarlett tengah duduk manis di kursi depan minimarket. Perempuan itu meniup lukanya sembari menunggu Jendral yang sedang membeli obat merah di dalam. Melihat cowok itu  Scarlett merasa Jendral tak se-jahat yang di katakan orang-orang. Biasa ketua geng itu tukang rusuh, nakal. Tapi ternyata masih ada sisi baik di balik itu semua.

Begitu Jendral keluar dari minimarket. Ia menghampiri Scarlett. "Nih pake."

"Makasih." ujar Scarlett menerimanya, lalu meneteskan obat merah itu di lututnya.

Jendral malah duduk di kursi depan Scarlett sembari meneguk soda yang di belinya barusan. Cowok itu memperhatikannya. Scarlett yang merasa diperhatikan secara tajam itu menoleh ke arah Jendral. Membuat Jendral membuang mukanya, malu.

"Masih sakit?" tanya Jendral melihat Scarlett tengah mengipasi luka di dengkulnya itu.

"Sedikit." ujar Scarlett meringis perih.

Jendral memejamkan matanya sejenak, lalu beranjak jongkok di depan Scarlett. "Diam." katanya.

Scarlett urung membiarkan Jendral mengolesi obat merah itu dengan rata. Cowok itu dengan lembut meniupnya, lalu memasangkan plester.

"Lo make obat merah aja gak bisa." cibir Jendral kembali duduk di tempatnya.

"Bukan gak bisa, tapi mesti pelan-pelan juga tau. Lo aja gak sabaran." balas Scarlett skakmat.

Jendral berdeham mengatasi rasa gengsinya yang barusan sempat jatuh. Malu-maluin aja. Ngapain lo mesti turun tangan lagi tadi? Padahal dia bisa sendiri. Bego Jendral!

"Kenapa jadi kaya mengheningkan cipta. Sepi." celetuk Scarlett usai meminum air mineralnya.

"Terus mau gimana? Teriak-teriak gak jelas gitu?" Scarlett memutar bola matanya, jengah. "Sebelum gue datang lo gak di apa-apain kan sama mereka?" tanya Jendral.

Scarlett menggeleng.

"Syukurlah." ujar Jendral lega.

"Tapi kok mereka gak ngejar kita ya? Mereka juga kayanya kenal sama lo." tanya Scarlett menebak.

"Yang penting sekarang lo baik-baik aja. Soal mereka biar jadi urusan gue." balas Jendral membuat Scarlett mengangguk. "Yaudah, biar gue anter balik lo."

"Gapapa emang?"

"Santai. Ayo!" ajak Jendral yang sudah berdiri.

"Ah iya." Scarlett lalu berdiri namun kakinya melemas seketika membuat tubuhnya oleng dan lantas menempel pada Jendral, menahan keseimbangannya. Dua tangannya meremas jaket cowok itu. Mata mereka saling beradu satu sama lain. Suara deheman dari orang yang hendak memasuki minimarket membuatnya tersadar. Sementara kuping Jendral sudah merah saja.

"Maaf." kata Scarlett menjauhkan tubuhnya.

Jendral segera naik ke motornya. "Ayo naik." ujarnya.

Scarlett tersadar hendak naik ke jok belakang cowok itu. Ia sedikit kesulitan namun Jendral tanpa di duga memegangi tangannya agar tidak jatuh.

"Makasih." ujar Scarlett.

"Makasih, Maaf. Ini bukan lebaran." balas Jendral lalu memakai helmnya.
Cowok itu melirik ke belakang dimana Scarlett tampak merasa canggung dengan situasi ini. Ia menarik sudut bibirnya di balik helm merasa lucu dengan raut wajah imut gadis itu. "Pegangan." katanya.

JENDRAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang