Internet dan gadjet merupakan rutinisasi aku di kala waktu yang lowong. Sedang aku asyik mengincar status Whatsapps dimana manusia memuntahkan segala hal yang bermain di fikiran mereka. Mataku terpancing saat melihat status yang engkau incarkan. Sikapmu yang misterius dari pertama kali aku melihatmu membuatku benar-benar ingin mengetahui segala hal tentangmu mu. Ibu jariku mengetip perlahan di skrin HP ku. Ternyata ada sesosok tubuh manusia yang terlantar di rumah sakit. Katamu, itu ibunya terbaring kaku setelah operasi.
Hatiku deras meracunku untuk menyapa dirimu. "Tak apalah, mendoakan kebaikan, tidak pernah salah. Kau tidak berniat buruk, niatmu suci mendoakan ibunya agar cepat sembuh". Aku tanpa berfikiran sejenak terus menaip kata-kata untuk ibumu.
Semoga cepat sembuh makcik. Tulisku.
Seraya itu kau membalasnya cepat. Ujarmu ibumu mengucapkan terima kasih sambil mengujarkan nama aliasku. Terkedu aku membaca tulisan di kolum chat itu. Bagaimana seorang imigran mampu mengetahui hal-hal negara? Sedangkan, pseudonim itu hanya diungkap oleh rakan-rakan terdekatku. Mana mungkin kau yang belum pernah menyapa ku mampu mengetahui nama samaran itu.
"Mungkin dia juga suka padamu, dan mengambil tahu perihal hidupmu". Hatiku mengusik. Aku lalu menghiraukan hatiku, sebelum membalas chat itu dengan ungkapan ringkas.
"amin",doaku.
YOU ARE READING
Seketika Waktu
PoetryIni adalah coretan hidupku, apa yang bakal kau baca, adalah kisah seketika dari hidupku. Ingin mendengarkan nasihatku? Cuba kau baca diiringi merdu instrument bermain di speakermu. Cubalah membuat carian di internet, "Meditation-monoban". Perca...