"Aku akan menjelaskan jadwal pelajaran kalian dalam seminggu," katanya. "Hari Senin sampai Kamis, kalian akan berlatih fisik dan meditasi: Senin dan Rabu latihan fisik, Selasa dan Kamis meditasi. Hari Jum'at kalian akan berlatih kepemilikan masing-masing, khusus di hari tersebut, kalian belajar bersama guru yang berbeda. Nova, kau bersama Kak Gita. Aran dan Tristan, sementara kalian bersamaku karena Bang Ajun belum datang——lagi pula kami belum menentukan siapa yang akan mengajari siapa. Dan karena kalian bertiga adalah muridku, jadi kalian harus bisa menguasai Bela Diri Hamia Kuno, yang akan diajarkan oleh Bang Ajun setiap hari Sabtu——karena belum datang, sementara kalian akan belajar bersamaku. Hari Minggu waktunya untuk belajar pelajaran sekolah kalian."
"Apa kami tidak diberi waktu istirahat?" tanya Tristan.
"Tentu saja ada," jawab Febri. "Bukankah setiap malam kalian akan tidur untuk istirahat?"
"Bukan itu maksudku, Kak," kata Tristan. "Maksudnya waktu untuk bersantai dan menikmati Villa Keluarga Alali. Aku belum menjelajahi villa karena setiap kali kita pulang ke villa, aku selalu lelah dan ingin tidur."
"Oke." Febri mengangguk kecil. "Hari Minggu waktu belajar kalian tidak lama, hanya tiga jam saja. Sisanya kalian bebas melakukan apapun."
"Tunggu, kenapa Kak Gita diam saja?" Nova menunjuk ke arah Kak Gita. "Apa Kak Gita tidak ikut campur dalam urusan 'mendiskusikan pelajaran' untuk kami?"
Kak Gita menjawab, "Febri dan Bang Ajun itu sudah terlalu dominan. Mereka bisa mengatur dan membuat keputusan bersama-sama dengan sedikit percikan api dan petir. Jadi lebih baik aku mengikuti mereka berdua saja." Sambil menganggukkan kepalanya.
Kami bertiga pun mengangguk-angguk. Walaupun sebenarnya aku tidak begitu mengenal Bang Ajun, namun aku bisa langsung mengetahui karakternya dengan hanya melihat wajahnya——atau mungkin aku terlalu menghakimi seseorang dengan tampilan luarnya.
"Mari kita mulai pelajaran untuk hari ini yang kebetulan adalah hari Senin, di sini," kata Febri. Dia membuka sebuah portal.
"Kita tidak akan berlatih di sini? Lalu kenapa tadi kita harus capek-capek berjalan sejauh dua kilometer untuk mencapai tempat ini sih, Bang?" cecar Nova, ekspresi wajahnya memperlihatkan ekspresi bahwa dia tidak terima.
"Begitu saja payah," ejek Tristan.
"Ehem..." Febri berdeham. Dua beruang menakutkan yang masih ada di sekitarnya langsung melirik Nova dan Tristan.
"Maksudku... kau mungkin mudah lelah, Nova," ucap Tristan. Ada ekspresi yang dipaksakan di wajahnya.
"Kenapa aku menyuruh kalian pergi ke mari, adalah untuk memperlihatkan Gerbang Perpindahan, yang mana adalah salah satu contoh portal." Sambil menunjuk sekilas ke arah gapura Torii raksasa di ujung tebing. "Dan kenapa harus berjalan kaki? Karena berjalan adalah salah satu contoh berlatih fisik, yang mana berhubungan dengan latihan ini."
Oke. Kami mengerti.
Portal yang Febri buat membesar sampai bisa dilewati si Beruang Kembar. Itu sudah cukup menjelaskan jika dua beruang menyeramkan itu akan ikut bersama kami. Kami semua memasuki portal yang dibuat oleh Febri. Kak Gita tidak terlihat, tapi ketika Nova bertanya, "Kak Gita mana?"
Ada sebuah suara kecil yang menjawab, "Aku di sini. Aku hanya mengecil, jika aku terlihat dua beruang kembar itu, mereka akan mengejarku seperti Nino."
Nova mengangguk-angguk.
Dan sampailah kami di tempat latihan fisik yang Febri maksud. Tempat ini mungkin berada di salah satu Hutan Pilar Langit yang pernah Febri singgung kemarin, namun aku tidak tahu yang sebelah mana. Mataku bisa melihat banyak sekali batuan yang menjulang tinggi ke atas awan, berbentuk mirip gedung pencakar langit——aku serasa berada di Pegunungan Avatar di China, namun gunung-gunung batu yang menjulang di sini lebih besar dan tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aran Alali #1: Hujan Darah Iblis
Фэнтези[SELESAI] [FANTASI] [13+] "Aku pikir, hidupku normal seperti remaja empat belas tahun lainnya. Hanya memusingkan tentang pacaran, jerawat, bermain, dan sebagainya. Tapi, hidupku lebih daripada itu." Aran, seorang remaja yang kehidupnya seketika ber...