Y ī

19 7 2
                                    

S e l a m a t   m e m b a c a🌻

1. Tetangga baru?

Gadis bernama Sheina mengerjapkan matanya perlahan, lalu menghindari sinar matahari yang terik. Dengan terpaksa, ia turun dari atas kasur lalu berjalan menuju kamar mandi. Setelah nyawanya sudah terkumpul, ia segera melakukan ritual mandinya.

Sekitar lima belas menit, Sheina keluar menggunakan baju santai. Sekarang ia sibuk mencari sisir di atas meja riasnya. Namun setelah mencari di setiap sudut meja, ia tidak dapat menemukannya. Sheina berdecak kesal, perasaan kemarin ia taruh di sini sisir miliknya, lalu ke mana benda itu sekarang?

Dengan rambut yang masih dicepol, Sheina keluar kamarnya, menuruni anak tangga hingga sampailah ia di ruang tamu. Tidak ada orang di ruang tamu, Sheina beralih mencari di dapur. Hasilnya sama, tidak ada siapa pun.

"Ini pada kemana sih? Yakali mereka pergi gue kagak diajak," Sheina berlari cepat ke arah tangga, menaiki anak tangga, lalu masuk ke dalam kamarnya. Sheina mengambil ponselnya di atas nakas. "Telepon aja deh,"

Sheina menghubungi nomor bundanya dan melupakan tujuannya tadi untuk mencari sisir.

"Halo, bunda ada dimana? Kok Sheina ditinggal sendiri sih?"

"Tadi kamu mau bunda ajak, bunda udah bangunin kamu tapi kamunya enggak bangun-bangun. Ya akhirnya bunda tinggal lah. Bunda sekarang ada di rumah tetangga baru kita, kenapa?"

"Tetangga baru? Kok aku baru tau ya?"

"Jarang di rumah mana bisa tau, udah sini kamu nyusul aja. Sekalian kenalan, bunda tunggu."

"Tapi bun—"

Sambungan diputuskan sepihak oleh bunda Sheina, sedangakan Sheina hanya bisa melongo. "Baru mau ngomong udah dimatiin aja, gue kan mau nanya dimana letak rumahnya." ujar Sheina seraya menatap ponselnya. "Terpaksa tanya-tanya kan,"

-××××-

Setelah bertanya dengan tetangga sebelah rumahnya, Sheina akhirnya sampai di rumah yang katanya sih tetangga baru. Tidak peduli dengan rambutnya yang masih dicepol, Sheina masuk seraya mengucapkan salam. "Assalamualaikum"

Semua orang yang ada ditempat menjawab salamnya bersamaan, "Waalaikumsalam" lalu Sheina melihat sang bunda berjalan menghampiri tempatnya berdiri. Tanpa banyak bicara, tangan Sheina ditarik untuk masuk.

Sheina hanya tersenyum canggung, ia tidak biasa berkunjung ke rumah orang. "Ini yang namanya Sheina? Cantik ya," ujar wanita paruh baya yang seumuran dengan bundanya.

"Eh iya, terima kasih tante."

"Kamu kelas berapa?"

"Aku kelas 11"

"Berarti seumuran dengan anak sulung tante. Sayangnya dia lagi pergi daftar di sekolah baru. Besok mungkin ketemu, kamu di Lentera Bangsa kan?"

Mengangguk sekilas, "iya, aku di Lentera Bangsa." jawab Sheina

Deringan telepon dari saku celana Sheina, membuat semua melihat ke arahnya. Membungkuk hormat, Sheina keluar untuk mengangkat telepon. "Halo, ada apa Ra?"

"Gue kirim lokasi gue sekarang, lo harus secepat mungkin ke sini. Ini penting banget,"

"Gue lagi ke—" sambungan diputuskan sepihak. Sheina mendengus kesal, "Si kampret, gue naik apaan ke sananya?

-××××-

"CHARA!" teriak Sheina saat ia melihat teman rumahnya itu di depan Cafe terkenal dekat sekolahnya. "Lo ngapain nyuruh gue ke sini?" tanya Sheina saat ia sudah mengampiri gadis bernama Chara itu. "Gue enggak bawa duit ya, lo jangan minta traktir," lanjutnya.

"Jangan bacot dulu. Tuh liat, kalo selama ini lo enggak percaya sama gue. Sekarang gue kasih liat, kalo pacar lo, si Farhan yang selama ini lo belain itu brengsek." ucap Chara sambil menunjuk ke arah parkiran, dimana Farhan, pacar Sheina sedang berciuman dengan perempuan yang tidak diketahui siapa namanya.

Menurut kalian, seperti apa ekspresi Sheina sekarang? Menangis? Marah? Kecewa? Kalau kecewa mungkin ada, kalau marah mungkin lebih mengarah ke rasa ingin membalas. Tapi jangan harap kalau Sheina akan menangis tersedu-sedu seperti kebanyakan cerita dan film.

Sheina menyeringai, rasa kecewanya kalah dengan rasa marahnya. Lagi, jangan harap Sheina akan menghampiri si perempuan lalu melabraknya terang-terangan. Oh, tentu itu bukan dirinya.

"Hm, samperin jangan?" tanya Sheina kepada Chara. "Kalo gue samperin, ntar selingkuhannya Farhan potek hatinya. Kalo enggak gue samperin, malah keenakan." ucap Sheina menimang-nimang.

"Samperin aja, biar si Farhan kaget. Udah dapetin lo masih aja enggak cukup. Ayo kita samperin," ujar Chara yang disetujui oleh Sheina.

Keduanya berjalan beriringan ke parkiran. Mengamati dua sejoli yang tidak memiliki urat malu. Sheina tidak habis pikir dengan Farhan. Ciuman kok di parkiran, enggak elit banget!

Sheina berdehem pelan, membuat Farhan dan si perempuan melepaskan tautan bibir mereka. Belum lagi, Farhan terkejut karena ada Sheina. "Ciumannya enggak elit banget, masa iya ciuman di parkiran. Kenapa gak sekalian sewa kamar hotel?" ujar Sheina tenang.

"Mbak nya kok mau aja sih, apa jangan-jangan udah gak segel?" lanjut Sheina tajam membuat perempuan di depannya membulatkan matanya, lalu dengan cepat menampar Sheina.

"JAGA MULUT LO YA!! LO SIAPA SIH?! ENGGAK USAH IKUT CAMPUR,"

"Wow!! Dia tanya gue siapa Ra, gila gila." ucap Sheina sambil memasang ekspresi tidak percaya. "Kasih tau nggak ya gue itu siapa? Atau mau kamu aja yang kasih tau dia?" lanjut Sheina bertanya ke arah Farhan yang menunduk.

"Sayang, kok kamu diam aja sih? Aku dipermaluin loh, belain ih" ucap perempuan itu dengan nada manja. Sungguh menjijikan!

"Aduh drama di mulai. Udah deh Shei, lo cepetan kasih tau aja. Panas nih, lagian pinteran dikit dong. Selingkuh di parkiran, kan tolol." ucap Chara jengah.

"Selingkuh? Maksudnya apa sih? Enggak usah ngada-ngada,"

"Ya udah gue kasih tau sekarang." putus Sheina, "sebenarnya itu, gue pacarnya Farhan. Eh, bukan. Lebih tepatnya, mulai detik ini jadi mantan pacar." lanjut Sheina dengan senyum manisnya.

"Hati-hati ya mbak, teman saya aja yang cantik kayak gini diselingkuhin. Apa lagi mbaknya, yang menurut saya. Maaf ya, kurang menarik." ucap Chara membuat pipi si perempuan menjadi merah, menahan malu.

"Chara! Gak boleh gitu, gak sopan namanya." tegur Sheina, setelah itu berjalan mendekat ke arah selingkuhan Farhan. "Dia cantik kok, buktinya Farhan mau pacaran dan ciuman sama dia."

Menghela napas pelan, Sheina beralih mendekati Farhan. "Ternyata yang dipercaya belum tentu bisa setia. Dan terkadang yang setia belum tentu bisa dipercaya malah banyak yang diragukan." ucap Sheina lirih.

Sheina menepuk pelan bahu Farhan, "until here, we're done."

TBC.

Aku tau, kalian mempunyai sisi menghargai. Jgn lupa vote dan komen ya :)

salam manis dari aku,

cthrnwjya

WOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang