1. Kamar 1- Garis-Davin(Garda)

311 40 250
                                    

Baca doa dulu biar berkah

Baca doa dulu biar berkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💎💎💎

"Sayooooooorrrr! Sayoooorrrrrrr!"

Ah, jika orang lain terbangun karena alarm ponsel, penghuni kost bakalan terbangun dengan seriosa tukang sayur keliling. Ribut banget sumpah, kek bukan lagi jualan tapi lagi ngajak konser.

"JAMU! JAMUNYA SAYANG!"

Kalau kalian ngebaca pake nada emosi emang benar adanya. Penjual jamu gendong yang punya nada halus, lembut dan ayu di ftv memang hanya fiksi ya? Gue heran sama penjual jamu di kompleks ini, nawarin jamu kek nawarin jasa perbaikan alat-alat elektronik yang sering lewat depan kost.

Krek,

Apa yang pertama kali kalian buka disaat bangun tidur?

Nice,

Jawaban kalian mata kan? Bogeng emang. Pintu lah, pintu hati hehehehe

Pintu hati yang selalu terbuka untukmu.

Jayus banget gue ya Allah. Skip.

"Mbak baru bangun ya?"

Gua natap langit yang tidak bersalah, "Udah lama sih, tapi baru keluar dari kamar," jawab gue pas ngeliat si pencetus pertanyaan sedang menyapu sudut teras lantai 2.

"Jangan terlalu rajin Lif, nanti digodain bang Davin."

Gue natap ke sumber suara, ternyata Habib yang lagi sisirin rambut dengan tangan kiri yang memegang cermin kecil berbentuk persegi yang gue yakini cermin itu dari patahan bedak padat milik Tasa.

"Lu kalau ngomong di filter dikit, laki gue gak se playboy itu," Garis baru aja nutup pintu kamar dengan tatapan sinisnya kearah tetangga kamar yang tak lain suami Tasa.

"Eh, bunda. Jangan galak-galak bun, masih pagi ini,"

"Yang bilang sore saha? Jangan banyak bacot dek, sana urusin istrimu."

Wait, Garis kok sensi amat pagi ini? Lagi bertengkar dengan bapak Davin?

"Mbak, Bunda kenapa sih?" gue menggeleng gak paham saat mendapat pertanyaan dari si Habib.

"Mampus lu bang, di marahin sama bunda hahaha,"

Gue suka cara ketawa Lifia dari lantai 2. Kek puas banget gitu liat wajah heran Habib, mana dia lagi megang sapu. Gue ngebayangin Lifia metik gitar sambil ketawa dan gitarnya itu ya sapu.

Lagi lagi gue jayus.

"Lo nyisir apaan dek? Lo gak nyadar gak punya rambut?"

Atensi gue teralih ke kamar 7 lantai 2. Mbak Wulan dengan tenangnya menjemur pakaian yang gue yakini itu pesanan laundry anak-anak kost.

Livin with Caratto✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang