Bab 7 : Tawaran Untuk Si Lugu Yang Percaya Mimpi

328 60 47
                                    

Original Story
© Ashimanur

Happy Reading

Kediaman ratu memang sedikit di belakang, berbeda dengan tempat dimana raja tinggal bersama para anak-anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kediaman ratu memang sedikit di belakang, berbeda dengan tempat dimana raja tinggal bersama para anak-anaknya. Kediaman ratu dikenal dengan nama Montaussis, di sini banyak sekali ukiran dewa dewi di langit istananya. Meski wujudnya seindah istana utama tempat raja tinggal, dan mereka hanya dipisahkan oleh taman semata, namun istana ratu selalu punya ciri khas yang cantik.

Semua pelayan di sini adalah orang terpilih yang langsung ditunjuk oleh Xavier setiap harinya. Di sini pula Raja Louis mendapatkan para selir. Selir-selir yang kebanyakan merupakan anak bangsawan tersebut dididik keras oleh Xavier untuk setiap malam yang dipakai sang raja. Tapi ada pula beberapa selirnya yang merupakan wanita kelas bawah, entah pelayan yang dilihat sang raja ataukah wanita yang disenangi Xavier.

Saat kakinya melangkah di tempat ini, suasananya memang ceria, pelayan di sini juga nampaknya lebih santai dibandingkan di istana utama. Dia jadi iri. Kapan lagi bisa sedikit santai dan tidak harus selalu memoles porselen raja. Saat dia mendaki undakan tangga terakhir, berhenti di depan sebuah pintu besar yang membuka istana tersebut. Dua prajurit menahan langkahnya.

"Mau bertemu siapa?"

Rupanya tempat ini lumayan ketat, mungkin karena Xavier bukanlah orang yang senang diganggu, dan lagi ini istana wanita. Tentu saja orang-orangnya harus dipilih.

"Marie Hawkins, sa-saya diminta bertemu Yang Mulia Ratu," ucapnya terbata karena sungguh undangan ini saja tidak dia percayai.

Bagaimana bisa pelayan pribadi ratu memintanya untuk datang menemui ratu esok pagi di Montaussis. Bukanlah sebuah undangan sederhana bagi Marie mengingat dia tidak pernag sedikitpun menginjakan kakinya di istana ratu.

Prajurit memandangnya dari atas hingga bawah, ragu haruskah dibukakan pintu mengingat Xavier hanya memperbolehkan masuk jika sebelumnya diberitahu. Untuk gadis ini, Ratu tidak bilang apa-apa.

Pintunya terbuka sendiri dari dalam, Marie membungkuk melihat wanita yang semalam menawarkanya undangan berdiri di sana.

"Biarkan dia masuk. Dia tamu milik Ratu," ujar Paula masih berwajah datar seperti biasa.

"Baik, Madam."

Paula memberikan isyarat dari matanya agar Marie mengikuti langkahnya masuk semakin dalam ke Montaussis. Langkah mereka beriringan cepat meski teratur, di dalam sini semuanya lebih terkesan mewah dibandingkan istana utama. Jadi kabar jika Xavier menyukai semua yang berkilauan itu benar, Marie terpukau di buatnya.

[END] Fiction : The Crown Prince and His ServantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang