Di tengah sakit yang ia rasakan, Jennie tersenyum. Tersenyum karena ia menyadari masih ada orang yang menyayanginya dengan tulus selain kakaknya dan juga Rose; Tuan dan Nyonya Jeon, yang sekalipun hanya ayah dan ibu mertuanya tapi menyanyanginya seperti anak kandung mereka sendiri.Pun Jennie tersenyum karena pengakuan cinta dari Jungkook yang ia dengar tepat sebelum Tuan dan Nyonya Jeon masuk.
Ya, Jennie mendengar semuanya ketika Jungkook mengira dirinya sedang tertidur. Jennie mendengar pengakuan Jungkook, bahwa pertemuannya dan Lisa pagi ini semata untuk mengakhiri hubungannya dan Lisa, dan bagaimana pelukan yang Jennie saksikan itu seharusnya tidak terjadi. Jungkook tak menutupi apa pun, terlebih fakta bahwa lelaki itu benar-benar jatuh cinta pada Jennie, entah sejak kapan karena semuanya terjadi begitu cepat.
Senang? Tentu saja. Jennie merasa menang, Jennie merasa berada di puncak, meski dalam hati ia masih meyakini bahwa perasaannya pada Jungkook tidaklah sama. Ketertarikan dan kebutuhan seksual yang sejauh ini hanya ia rasakan saat Jungkook berada di sekitarnya itu tidak menjadi jaminan bahwa ia mencintai Jungkook. Namun tetap saja, Jennie merasa tenang, suasana hatinya membaik sekalipun fisiknya masih begitu sakit. Lantas, dalam kegembiraannya ia kembali terlelap, berharap semuanya bukanlah mimpi.
Beberapa jam kemudian Jennie terbangun sendiri, tak menemukan presensi ibu mertuanya yang menemaninya sebelum ia terlelap. Jantungnya berdegup kencang, meringis takut sekiranya apa yang terjadi padanya hanya sekadar bunga tidur. Pengakuan cinta Jungkook, atensi lembut yang diterima dari ayah ibu mertuanya, apakah semuanya tak nyata?
Jennie memaksa tubuhnya yang masih begitu lemah untuk duduk, mencoba menekan ketakutan yang terus bertambah. Ah, sejak kapan ia rentan dengan perasaan takut seperti ini? Ya, semenjak Jungkook. Semenjak Jennie membiarkan dindingnya hancur dan membiarkan lelaki itu berkeliaran di dalam pikirannya.
Pertanyaan-pertanyaan menari di pikirannya, memupuk ketakutannya menjadi besar. Apakah Jungkook memang tak pernah berada di sini? Tak mengucapkan pengakuan cintanya? Apakah lelaki itu sekarang sedang bersama Lisa?
Namun kekalutan Jennie segera mendapat jawaban kala pintu ruangan tempatnya dirawat terbuka, menampilkan Jungkook yang berjalan gontai menghampirinya. Wajah Jungkook muram, tubuhnya terlihat lemas, masih dibungkus dengan seragam yang Jennie sadari pernuh dengan bercak darah. Ketika netra keduanya bertemu, Jennie bisa melihat nanar kelelahan, bahkan ketakutan pada tatapan mata kancil Jungkook.
Apa yang terjadi?
Jennie tahu Jungkook tidak dalam keadaan baik-baik saja, terlebih ketika lelaki itu mendekat dan langsung membaringkan tubuhnya tepat di samping Jennie yang bergeser untuk memberinya ruang. Jungkook lantas mendekap Jennie, tangannya dengan hati-hati melingkar di atas perut Jennie, dan wajahnya bersembunyi di ceruk lehar Jennie. Jennie membalas pelukan Jungkook, menyandarkan dagu pada puncak kepala lelaki itu sembari tangan mengusap punggungnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine Reality
Fanfiction⚠️ 21+ Mature Content Romance, Angst & Drama Kim Jennie & Jeon Jungkook Everybody has a secret. xx