Di hari pertama aku mengenalmu, aku merasakan ada sesuatu yang tidak pernah aku temui pada diri orang lain. Kamu mengenalkan aku tentang hidup yang tidak cuma ada gelap didalamnya. sampai aku sadar, bahwa duniamu begitu ramai, penuh warna, beda dengan duniaku yang cuma ada hitam dan abu-abu.
Mungkin kamu mengira bahwa aku adalah wanita yang menyedihkan, hingga pada mulanya kamu menjatuhkan rasa kasihan. Kamu menciptakan ruang nyaman, yang ingin aku datangi bahkan tidak hanya sekali, dua kali. Aku ingin terus menyambangimu, berbicara, bercerita sampai lupa waktu.
Hitungan hari menciptakan pengakuan, tentang aku yang telah jatuh padamu, jatuh cinta pada seseorang yang belum pernah aku temui. Sejak aku putuskan untuk mengakui perasaan ini, aku tahu tentang resiko yang harus aku terima. Jarak tidak pernah main-main dengan perasaan, ratusan kilometer menampung rindu yang begitu menyesakkan.
Semula aku tidak pernah ragu, begitupun kamu yang terus meyakinkanku. Tapi manusia dinamis, yang dulu bisa memelukku, bisa saja melonggarkan dekapan tangannya. Meloloskan ku pada tangis tiap malam. Aku terus berfikir adakah salahku yang mendatangkan perubahan begitu nyata. Atau memang sudah seharusnya semua terjadi.
Ntahlah, hingga detik ini rinduku tidak pernah habis. Pada kamu, sosokmu yang dulu. Aku hidup dalam hati dan pikiranmu. Lalu, aku harus terima sedikit-demi sedikit aku pudar. Memahamimu kali ini adalah pelajaran yang sedang aku dalami. Jika bicaraku tidak lagi didengar. Maka diam jadi jalan pulang dari setiap pengaduan.
🥀