dua: isu

17 5 2
                                    

"Hukuman?!"

Sangat menusuk telinga suara dari Haera di hadapan Mary. Ia terkejut mendengar tentang perihal hukuman yang diperintahkan oleh Luis. "Mentang-mentang Luis sudah jadi Putra Mahkota, ia bertindak semaunya!"

Mary masih patuh mendengar cacian Haera. Baginya, ini sudah menjadi tradisi yang kemungkinan kecil bisa dihindari. "Jika ia menjadi raja, aku akan membentuk Aliansi Pemberontak Kerajaan Dalp. Dasar payah," kasar ucapnya.

"Lebih baik Anda segera menemui beliau."

Haera semakin panas kala mendengar ucapan Mary yang menurutnya tidak pantas. Rasa tak ikhlas ia runtuhkan saat Mary terus menarik dirinya ke ruangan kerja Luis. Di sana, senyum licik tak sedap dipandang memicu rasa mual pada Haera. Di samping Luis, seorang duke turut hadir.

"Ceritakan apa yang terjadi di wilayah Jetsa pada Haera," ucap Luis pada pria di sisinya.

Seorang duke bernama Ori menetralkan rasa gugupnya sebelum berkata, "Wilayah Jetsa merupakan daerah kedua yang melahirkan banyak buah sehat di Kerajaan Dalp. Namun, akhir-akhir ini pasokan buah dari kami sudah berkurang. Banyak para petani yang mengundurkan diri ...."

Nada suara yang melemah di akhir, mengundang rasa penasaran Haera dan Mary. "Lanjutkan, Ori." Tuntutan Luis dipatuhi Ori yang sedikit gelisah.

"Setiap malam ada suara lolongan serigala. Bahkan petani yang digudang mengaku melihat hantu ─"

"Woah! Jangan lanjutkan!" Rasa gelisah berpindah cepat ke Haera. Ia sudah sadar Luis ingin mempermainkan kelemahannya yang penakutan itu. Luis sudah menahan tawanya. "Sial, aku dipermalukan," gerutu kecil Haera.

"Sepertinya adikku ini sudah paham apa yang ditugaskan. Mary, siapkan keperluan Haera. Ia akan ditampung sementara di rumah Duke Ori."

Luis meninggalkan ruangan itu berjejak tatapan hasrat membunuh Haera. "Aku tidak akan kalah!"

~~

Keranjang Dalp sudah tergoreskan dendam pribadi. Haera penuh kesal meninggalkan tempat naungannya sejak kecil. Ia sampai di rumah bangsawan Ori. Tak semegah istana, namun suasananya lebih damai. "Setidaknya tidak ada Pangeran Luis," kata Mary memadamkan rasa keasingan yang Haera pancarkan.

"Selamat datang Putri Haera di gubuk kami." Seseorang menyambut Haera dengan anggun, Haera yang tersemat gelar putri saja kalah dengan wanita itu. "Akan saya antarkan ke─"

"Kapan aku mulai berkerja, Mary?" Kebiasaan Haera memotong perkataan orang tak bisa luput. Dia berjalan bersama Mary sebagai tanda ia tak peduli sapaan ramah wanita tadi. Jujur saja Mary tidak nyaman hati kepada wanita yang diabaikan. Namun ia tak dapat bertindak ketika perlakuannya Haera yang menuntun.

Karena hari ini masih tergolong pagi, maka itu adalah waktu pas untuk berkerja. Haera yang dikawal ambisi balas dendam, melenyapkan rasa takutnya kepada hantu. Pakaian kebun namun anggun, beserta topi bundar berhias bunga menambah elok sang putri.

Mary dan beberapa penjaga mengiring ke sebuah perkebunan yang lumayan luas. Matahari yang hangat, petani yang berkerja giat menghias kawasan hijau itu. Haera dipandu sambil membawa keranjang yang ia gendong. Dirinya sudah sempoyongan, bagaimana nanti jika dipenuhi buah?

"Putri tidak usah memaksakan untuk buat keranjang penuh," kata pria yang memandu tadi.

"Tanpa kau beri tahu, aku sudah berniat seperti itu. Tugasku hanya mengambil buahnya sampai sore. Jangan ada yang mengganggu sampai selesai!" Haera berjalan ke tengah, lebih dalam lebih luas. Buah-buah menggoda pandangan untuk ditangkap.

Stroberi. Merah kecil yang menggiurkan hati. "Aku akan mengambil beberapa untuk dimakan." Haera memasukkan buah matang pada keranjang. Di sini tidak ada serangga, tidak ada ulat atau hama. Mereka cukup apik mengatur semua untuk tuan putri.

Haera berpikir mengambil buah seperti ini tidak terlalu buruk. Jalan yang ia kuasa menempatkannya di ujung kebun. Batasnya berupa pagar cokelat kayu yang ditancap. Melindung tanaman dari rumput liar yang ingin melahap. "Hantu apa? Luis benar-benar salah telah menyuruh ─"

Perkataannya tertahan kala suara dari belakang tertangkap. Napas yang berat mengeram rendah. Mata berkilat menambah gundah. Haera tidak salah lihat. Semakin ia mundur, semakin makhluk itu melangkah.

Bagaimana seekor serigala muncul?

Karena perasaannya tidak tegar, Haera berteriak sekuat yang ia mampu. Sampai tenaga dirasa cukup hampa tak tersisa.

⋆⋆⋆

Bersambung!! Jangan lupa tinggalkan jejak yaa teman (✯ᴗ✯)✨

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surat SerigalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang