.
.
.Veya menoleh ketika mendengar suara pintu yang dibuka, itu Ibunya. Sosok wanita cantik yang akhir-akhir ini selalu terlihat kesal bila menatap wajah Veya. Padahal Veya yakin jika dirinya masih mirip dengan Ibunya. Kenapa beliau kesal?
"Hai, Ibunda Ratu. Ada apa gerangan dengan raut wajah menyebalkan itu?"
Veya menyapa Ibunya dengan senyuman manis, berharap wanita tadi akan berubah menjadi baik dan mengantarkannya beberapa cemilan. Jujur saja, Veya lapar tapi hatinya berat meninggalkan kasur yang nyaman ini.
"Vey.." suara Ibunya terdengar menakutkan sekarang, Veya buru-buru duduk. Takut jika Ibunya berang dan menerjang dirinya. Agak gak mungkin tapi apa salahnya jaga-jaga?
"Ya, Bu?"
Wanita itu berjalan masuk ke kamar, kali ini dengan langkah pelan lalu menutup hidungnya ketika jaraknya semakin dekat ke arah Veya. "Kapan terakhir kali kamu mandi?"
Veya langsung mengendus dirinya dan nyengir, "Pagi kok."
"Kemarin pagi?"
"Ibu keren banget, berhasil nebak."
"Ya ampun," Ibunya langsung menggeleng ketika mendengar jawaban Veya. "Kamu kan perempuan Veya, bisa-bisanya gak mandi. Sekarang mandi, kamar ini biar Ibu beresin. Ibu bingung, kenapa kamu bisa tahan untuk di dalam kamar padahal kamar ini jo—"
Cup!
Kecupan Veya di pipi Ibunya menghentikan omelan sebelumnya, gadis itu tertawa ketika melihat Ibunya menghapus bekas kecupannya tadi. "Veya, kamu kan belum mandi?! Kenapa cium-cium Ibu sih? Kalau jorok tuh jangan dibagi-bagi, Vey."
Veya tak perduli, gadis itu mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi. Tapi, ketika tangannya menyentuh kenop pintu. Ibunya berbicara, "Vey, habis mandi Ibu mau ngomong sesuatu."
"Siap!"
°•°•
Veya kira dia akan berbicara empat mata dengan Ibunya saja. Soalnya Ayah kan belum pulang kerja, masih jam dua siang. Harusnya ini masih jam kerja tapi kenapa ada Mas Kava disini?
"Mas ngapain? Kabur dari kerja?"
Kava yang sedang menikmati makanannya langsung menoleh. "Enak aja, Mas ini salah satu pekerja terajin di Kantor tahu!"
"Terus ngapain? Gak punya duit untuk makan siang? Makanya numpang disini?"
Kalau saja Kava tidak sedang makan, pasti dia akan menarik pipi Veya. Sepupunya ini suka sekali berbicara seenaknya, harusnya Kava terbiasa. Tapi, dia tetap merasakan kesal juga.
"Mas itu dipanggil Ibumu, tahu!"
Veya memandang Kava dengan aneh, tumben sekali Ibunya memanggil Kava. Biasanya Ibu bahkan gak perduli dengan keponakan yang selalu sibuk itu. Ibu tidak terlalu senang dengan jadwal kerja Kava yang menurutnya tidak sehat. Kava sering melewatkan acara keluarga dengan alasan pekerjaan.