Ig : @anantapio26_
Happy reading :)
"Kamu tidur, ya. Aku harus pulang."
Laisa bergeming di pelukannya.
"La." Pelukan Laisa semakin erat saat Nanta ingin melepaskannya.
"Aku minta maaf," ujar Laisa.
"Iya, udah berlalu. Nggak usah diungkit lagi."
"Aku beneran minta maaf."
"Iya, La. Sekarang kamu istirahat, ya."
"Tapi—"
"Aku oke."
Laisa menatap Nanta, berusaha membaca rautnya yang tidak menunjukkan keadaan baik-baik saja seperti yang dikatakan Nanta. Ia mendesah kesal, efek mabuknya masih bersarang di dalam kepala. "Alfan kissed me," jujur Laisa.
"Ah, lupakan," balas Nanta lemah.
Tangan Laisa bergerak membingkai wajah Nanta. Lalu mendekatkan bibirnya untuk menyesap bibir pucat milik Nanta.
"Aku harus pulang, La," ucap Nanta menghentikan pergerakan Laisa.
Laisa bergeming dengan sorot mata tertuju ke arah dua manik tajam milik Nanta. Untuk beberapa detik ia saling tatap. Sampai akhirnya Laisa kembali bergerak mendekat untuk mencecap bibir Nanta sejenak.
"Aku nggak bisa, La," ucap Nanta lagi berhasil membuat Laisa kembali menciptakan jarak dan menyandarkan tubuhnya yang belum sepenuhnya sadar.
Nanta menoleh ke arahnya. Menatapnya sebelum berkata, "Maaf."
"You were good to me, to other, to all. You always good."
"Kamu ngomong sok Inggris, tiba-tiba saya jadi budek."
Laisa mendesis kemudian terkekeh. "Hehehe—"
Kekehannya berhenti tepat ketika sesuatu yang lembut menyentuhnya dengan hangat. Sesuatu yang rasanya begitu lama tak ia sentuh. Perlahan bibir Nanta menjelajah tanpa memaksa. Menyecap setiap inci dari sudut bibir kemudian bergerak naik, mengecup kedua mata gadisnya.
Ah, gadisnya.
Lalu berhenti memberi jejak kecupan singkat di kening Laisa.
"You are drunk, you should rest," ucap Nanta.
Laisa merasakan tubuhnya terangkat melayang mendekati tempat tidurnya. Lalu dengan hati-hati Nanta menempatkannya pada ranjang besar itu.
"Selamat malam. Semoga mimpi indah," bisik Nanta tepat di telinga Laisa.
Gadis itu hanya menggerakkan kepalanya pelan.
Nanta kembali menjatuhkan kecupan hangatnya di bibir Laisa. Menyesapnya pelan sebelum pergi meninggalkan Laisa.
"Kamu jaga diri baik-baik, ya. Saya pulang dulu."
Laisa mengangguk. Perlahan laki-laki baik itu menghilang di balik pintu yang ditutupnya.
Nanta meraba lukanya yang semakin terasa semakin ngilu. Pelan-pelan ia menuruni puluhan anak tangga. Suasana rumah yang sunyi membuatnya dengan jelas mendengar suara pintu tertutup disusul langkah kaki yang kian mendekat. Ia terdiam saat melihat sepasang sepatu hitam berhenti di hadapannya.
Perlahan Nanta mengangkat kepalanya. "Om. Maaf kalau saya lancang. Laisa ada di dalam kamarnya," suaranya lemah.
Tanpa membalas ucapannya pandangan Andrean turun menatap cucuran darah yang semakin merembes melewati sela-sela jari Nanta. Dalam hitungan detik, anak laki-laki di hadapannya limbung tak sadarkan diri. Dengan sigap Andrean menangkap tubuh Nanta sebelum terjatuh menyentuh lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Подростковая литература(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...