Tristan menatap mereka semua dengan datar, "Kita masih bisa keluar. Jangan mengunci apa yang kalian bisa lakukan hanya karena imajinasi kalian semata!" seru nya berjalan melewati Alice, Xander dan Logan. Tangan Tristan terangkat untuk membuka, Klik, Tristan membuka kembali. Namun pintu yang tadi mereka masuki tidak bisa terbuka membuat Xander yang menatap gerakan Tristan mendekati pemuda itu.
"Kenapa?" seru Xander
"Pintu nya tidak bisa terbuka, apa ini kebetulan saja atau memang mimpi kalian itu adalah sebuah fakta?" ujar Tristan sambil membalikkan badanya. Ia meneguk saliva nya kasar, berharap bahwa ia tidak sedang berada di dalam imajinasi yang sedang diciptakan oleh ketiga orang yang sedang bersamanya.
Plakk-- "Ahhhh!" teriak Tristan mengaduh saat merasakan kepala nya di hantam sesuatu yang keras. Ia menatap sebuah batang kayu yang berada di tangan Alice yang sudah berada di sebelah nya, entah sejak kapan.
"Apa yang kau lakukan? Kau sudah gila?" seru Tristan yang baru saja sadar bahwa kepala nya mengeluarkan darah
"Syukurlah, kau masih masih berada di dunia nyata. Tidak berada di dalam imajinasi yang kami ciptakan!" kesal Alice lalu membuang katu nya. Berjalan ke sini Xander yang juga sedang menatap nya. "Kau pikir kami senang berada di dalam situasi ini? Kami juga benci jika harus melihat hal-hal seperti ini!" sambung Alice yang masih kesal.
"Sudah Alice, siapa pun yang melihat kita seperti ini pasti tidak akan percaya" guman Xander menenangkan Alice yang masih marah
Tristan terdiam, ia menatap Xander yang hanya memberinya sebuah isyarat agar tidak menggangu atau menyinggung gadis di sebelah nya lagi. Tristan jadi merasa bersalah mendengar ucapan dari gadis itu.
"Lalu, apa kita akan memasuki lantai dua?" ujar Logan yang semakin merapat ketika sebuah kepala tiba-tiba berguling ke arah kaki nya. Kepala itu mengeluarkan darah, matanya di congkel dan wajah nya penuh dengan sayatan. Bau amis seketika memenuhi indra penciuman mereka.
Alice memegang tangan Xander yang tidak bereaksi sama sekali, pergerakan Alice membuat Xander menatap nya. "Tenang lah, kau bersama dengan kami dan kau bisa melewati nya"ujar Alice membuat Xander lagi-lagi tersentuh. Ia balas memegang tangan Alice, "Aku baik-baik saja selagi kita semua bersama dan saling melindungi lebih tepatnya!" jawab Xander menaikkan kedua sudut bibirnya.
Jujur saja, Xander memang tidak lagi terlalu terkejut ketika melihat darah. Phobianya tidak semenakutkan dulu lagi, dan intinya ia sudah bisa menguasai kontrol nya. Sejak ia bersama dengan Alice dan Logan. Dan sejak mereka terus-menerus mengalami hal seperti ini.
"Maaf aku salah!" seru Tristan menatap Alice yang sejak tadi memberinya tatapan api permusuhan
Alice diam, Logan menyenggol lengan gadis itu "Baik lah, tidak masalah. Tapi jangan begini lagi, kami juga ingin keluar dari masalah ini secepatnya agar tidak membahayakan orang-orang lagi!"
"Baik lah, aku tidak akan mengulangi nya lagi!" seru Tristan sambil tersenyum menatap tiga orang yang sedang berada di depan nya sekarang ini.
Mereka lagi-lagi terdiam saat merasakan ada pergerakan di sekitar mereka, mata Logan menangkap bahwa ada sesuatu yang menatap mereka dari kegelapan. Sebuah tatapan dari kegelapan yang berasal dari tirai jendela yang menutupi mereka dari dunia luar.
"Apa kalian merasa ada yang sedang menatap kita dari tirai itu?" ujar Logan
Alice menatap Logan "kau bisa menggunakan kekuatan mu Logan. Kau bisa berkata dimana arwah yang berbahaya dan dimana setan atau iblis yang mengintai kita!"
Logan menarik nafas nya, ia menutup kedua matanya. Dengan meyakinkan tekat nya, ia membuka kedua matanya dengan manik yang sudah berubah menjadi warna putih. Namun tidak semenit ia menggunakan kekuatan nya--"Ahhhhhh!" teriak Logan melompat ke dalam gendongan Tristan yang melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Weird (TAMAT)
Mystery / ThrillerAlice berada di dalam sebuah 'teror' yang terus memaksanya untuk mengingat apa yang ia lupakan. Xander hadir saat gadis itu merasa ingin menyerah menghadapi masalah-Nya. **** Memiliki kekuatan aneh yang 'katanya' adalah sebuah kecelakaan yang dilaku...