~Pesan Nadine~

2K 110 3
                                    

"Nadine? Mommy, daddy. Hiks. Nadine apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan ini ke orangtuaku?"

"Liva, aku tidak melakukan apa pun, aku disuruh, ak,..."

"Cukup, Nadine jahat, Nadine udah lukain orangtua Liva. Nadine bukan sahabat Liva, Liva akan buat Nadine ngerasain hal yang sama. Mulai sekarang, Liva benci sama Nadine. Pergi dari sini" ujar Liva dengan penuh kemaran.

Video pertama berakhir. Ketiga orang itu langsung menatap Liva.

"Apa yang kamu lakuin? Kamu bilang Nadine yang melakukan itu, tapi ternyata? Nadine bahkan tak melakukan itu semua"

"Ma, Liva juga gak tahu, yang Liva tahu disana cuman ada Nadine"

"Tapi bahkan kak Liva gak mau dengerin penjelasan kak Nadine. Bella punya video lain"

Bella memutar video yang ada di flashdisk, disana terdapat seorang gadis di sebuah kamar, ia memandang sendu ke arah kamera, lalu menampilkan senyum yang membuat hati mereka teriris.

"Hai, gimana perasaan kalian sekarang? Menyesal, sedih, atau bahagia karena tujuan kalian udah tercapai. Aku yakin kalian udah liat kebenarannya, gue gak bisa jelasin semuanya ke lo, Liv karena lo gak pernah mau dengar penjelasan gue, gue harap bukti rekaman cctv tadi bisa membuat lo percaya sama gue. Gue yakin sekarang lo binggung kenapa orang itu ngelakuin hal itu, namanya Andreas Fericko, dia teman SMA kedua orangtua lo, dan dia udah suka sama mama lo sejak SMP, saat SMA tiba, papa lo masuk ke sekolah itu sebagai murid baru, dan gak lama mereka dekat, mereka saling suka. Dia gak terima karena dia sudah menyukai mama lo lebih dulu, yang dia pikirkan kalau dia yang bisa ngedapetin mama lo, maka gak ada yang bisa sama mama lo juga, dan itu alasannya melakukan hal itu"

Di video itu, Nadine menghela nafasnya.

"Mama, papa? Masih bolehkan Nadine menyebut nama itu? Masih pantaskah anak tak tahu diri ini menyebut kalian dengan panggilan mama dan papa? Ma, Pa, Nadine gak pernah minta apa pun dari kalian selain kepercayaan kalian. Nadine cuman mau kalian percaya sama Nadine, tapi itu gak pernah terjadi, kalian selalu percaya sama apa yang Liva katakan, kalian percaya kalau Nadine dorong Liva sampai dia masuk rumah sakit padahal Liva sendiri yang melakukan hal itu, kalian selalu percaya sama tuduhan-tuduhan Liva terhadap Nadine. Perlahan kalian membenci Nadine, dan sekarang, Nadine sadar, kebencian itu sangat-sangat besar, terlebih lagi ketika Liva mengatakan bahwa Nadine yang melukai kedua orangtuanya. Apakah menurut kalian, Nadine sejahat itu? Ma, mama tahu hal apa yang paling menyakitkan bagi Nadine? Ucapan mama yang bilang kalau Mama lebih takut kehilangan Liva dari pada Nadine, anak kandung mama sendiri, itu lebih menyakitkan dari tamparan mama.

Dari perkataan mama, Nadine sadar kalau kehadiran Nadine memang gak ada artinya bagi mama. Pa, papa ingat gak, dulu papa selalu jadi superheronya Nadine, waktu Nadine jatuh, papa yang nolongin Nadine, tapi seiring berjalannya waktu, Nadine udah kehilangan superhero Nadine. Nadine udah kehilangan sosok mama dan sosok papa yang Nadine kecil banggakan.

Bang Vino? Abang kebanggaan Nadine, makasih bang Vino pernah percaya sama Nadine, bang Vino selalu menjadi malaikat Nadine. Dari kecil, bang Vino selalu ada di sisi Nadine, bang Vino satu-satunya yang percaya sama Nadine. Bang Vino jadi satu-satunya alasan Nadine tetap tersenyum, bang Vino jadi satu-satunya alasan Nadine bertahan, bang Vino selalu jadi sandaran Nadine. Tapi apa, setelah sekian lama abang percaya sama Nadine, dengan mudahnya abang ikut nyalahin Nadine? Kenapa kepercayaan itu mudah banget hilangnya? Kenapa bang Vino jadi ikut-ikutan menggores luka di hati Nadine? Kenapa?

Gadis itu kembali menghela nafasnya, ia menghapus air matanya kasar. Senyuman kepedihannya berubah menjadi senyuman yang sangat tulus.

"Hai, Bell" sapa Nadine.

"Makasih ya karena kamu udah nepatin janji kamu untuk percaya sama kakak, disaat gak ada yang percaya sama kakak, kakak punya satu alasan untuk bertahan, untuk tetap tersenyum, makasih karena udah menjadi alasan itu. Kakak sayang banget sama Bella, baik-baik ya di sana, jaga diri kamu. Oh ya, makasih juga udah mau kakak repotin, hehehe"

Mereka sempat binggung dengan perkataan Nadine, namun mereka tidak terlalu memikirkan itu karena video masih berlanjut.

"Hai, Liv. Sahabat kecil gue, sahabat terbaik yang Nadine punya saat kecil. Makasih udah pernah mengisi hari-hari gue waktu kecil dengan kebahagiaan. Liv, kenapa lo gak percaya sama gue? Kenapa lo gak mau dengerin penjelasan gue? Apa cuman segitu arti persahabatan kita? Apa menurut lo mungkin bagi gue untuk ngelakuin hal itu ke orang yang bahkan udah gue anggap sebagai orangtua gue sendiri? Gue juga kehilangan, sama seperti apa yang lo rasakan. Lo mau balas dendam kan? Lo harus bahagia sekarang, karena semua dendam lo udah terpenuhi, lo udah buat gue ngerasa kehilangan orangtua untuk yang kedua kalinya, lo udah membuat hari-hari di dalam hidup gue penuh dengan kesedihan. Maaf kalau gue gak bisa jadi sahabat yang baik buat lo. Gue harap lo benar-benar bahagia, dan gue mau ngucapin makasih karena secara gak langsung lo udah buat gue menjadi Nadine yang mandiri.

Karena lo, gue bisa belajar banyak sama opa dan oma, gue bisa membangun sekolah berstandar internasional yang kalian kenal dengan Sun High School, gue bisa bangun perusahaan, dan itu karena gue tinggal sama oma dan opa. Tentunya, itu gak akan terjadi kalau lo gak hadir dalam kehidupan gue yang kedua.

Semuanya, maaf ya, Nadine harus pergi tanpa pamit ke kalian. Jaga diri kalian baik-baik, dan tolong jangan salahkan siapapun di sini, karena yang bisa kalian salahkan adalah diri kalian sendiri, salahkan diri kalian yang tidak mempercayai anak, adik, dan sahabat kalian.

Tolong, jangan cari Nadine ke mana pun, karen untuk sekarang, Nadine gak mau menemui kalian. Nadine belum siap untuk itu, karena Nadine harus menyebuhkan setiap luka yang udah kalian gores di sini."

Gadis itu menunjuk hatinya.

"Makasih untuk KENANGAN PAHITNYA dan kenangan manisnya. Nadine pamit"

Video itu berakhir, ruangan itu dipenuhi dengan suara tangisan. Penyesalan, dan kesedihan sekarang dialami mereka. Nadine pernah bertanya dengan dirinya sendiri, apakah kepergiannya akan meninggalkan kebahagiaan atau justru kesedihan dan penyesalan? Dan sekarang sudah terjawab, kepergiannya meninggalkan kesedihan dan penyesalan.

"Ini semua karena kamu, kamu yang membuat kami membenci Nadine, kamu menghancurkan hidup orang yang bahkan tak bersalah" bentak Rika.

"Ma,..."

"JANGAN PANGGIL SAYA MAMA. KELUAR DARI RUMH INI"

"Kak" panggil Bella.

Liva menoleh, rasanya sangat menyenangkan jika masih ada orang yang memanggilnya dengan sebutan yang tak seharusnya ia terima.

"ini" Bella menyerahkan surat rumah itu.

"Surat rumah?" Tanya Liva.

🍏🍏🍏

18 jan 2021
Cindy Caroline

NADINE (Completed)✔✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang