Mata Hana tertuju ke angka yang semakin tinggi pada penunjuk lantai di lift. Ia tahu mereka akan ke lantai 18, lantai paling atas bangunan multifungsi yang bertempat di area Selatan kota. Ada apa di lantai teratas bahkan Hana sendiri tidak tahu. Yang jelas, alasannya kemari adalah untuk menerima ajakan Gilang yang dari kemarin sudah meminta kepada Hana untuk ikut dengannya ke suatu tempat.
Karena agenda itu, Gilang bahkan melarang Hana membawa mobil sendiri untuk mengantar anak-anak ke Sekolah. Dan bukan hanya itu, Gilang bahkan menjemput Kyra dan Jamie juga Hana dari rumah. Hana jadi merasa rikuh sendiri karena Gilang sebegini niatnya hingga mau turun tangan. Padahal, setelah setuju mau ikut atas ajakan Gilangpun, Hana sudah menawarkan untuk lebih baik bertemu di lokasi saja. Kalau beginikan, Hana jadi merasa tidak enak.
"Here we go!" ucap Gilang begitu pintu lift terbuka.
Ternyata di lantai 18 itu ada lapangan tennis. Tentu Hana tidak berpikir bahwa sepagi ini Gilang sudah mengajaknya main tennis. Bisa dia lihat beberapa orang melakukan pengecekan reservasi di front office tepat di hadapan lift. Namun dengan tenangnya Gilang langsung berjalan membuka pintu pembatas kaca sambil menahan pintunya hingga Hana ikut keluar dan mereka pergi ke samping area front office hingga mereka menemukan tangga spiral dan menaiki tangga tersebut untuk akhirnya berada di atap yang lain yang berisikan tiang-tiang sinyal.
Tanpa mau ikut berdiri di sebelah Gilang setelah melihat Gilang berhenti di tempatnya di ujung bangunan, Hana bertanya, "Ngapain disini?"
"Merasakan udara pagi dari ketinggian." Ucap Gilang tanpa melepaskan pandangannya dari pemandangan kota.
"Really?!" tanya Hana benar-benar heran.
"Yeah, really." Lantas Gilang memberikan semua perhatiannya ke Hana. "Kamu gak suka ketinggian?"
"I thought you have something more—you know, kamu sampe jemput kerumah buat antar Kyra dan Jamie supaya aku gak kesini sendiri." Hana berhati-hati dalam memilih kata karena ia sangat tidak mengerti untuk apa Gilang mau serepot itu untuk mengajaknya merasakan udara pagi.
Gilang terkekeh. "Aku dulu banget privat tennis disini. Di tempat dimana gak ada yang tahu kalo aku bakal belajar disini karena teman-teman sebayaku pasti panggil orang ke rumah untuk minta privat atau bahkan berangkan ke academy semi pribadi. Terus yeah, I found out this place where we stand."
"Kenapa gak panggil tutor ke rumah?"
"Aku gak terlalu suka tennis. Tapi Papaku gak mau menerima pendapat itu karena hey this is a prestige hobby where you can get opportunity to meet other businessman. Papa tahu aku terlalu tidak minat buat bertennis makanya dia daftarin aku kesini. Dia lakukan itu agar kekalahan dan ketidak-becusanku menjadi tontonan orang supaya aku merasa malu sehingga aku akan memacu diriku untuk lebih rajin latihan. Kamu tahu apa yang Papaku bilang saat tutorku disini kasih laporan progressku?" Gilang membalikkan badan ke pada Hana sambil memasukkan tangannya ke saku.
Hana menggeleng, selain tidak tahu apa jawabannya, ia juga tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini.
Mata Gilang menatap kosong kearah lain. "Gilang, kamu Papa masukkan ke privat tennis murahan saja tidak becus. Tahu orang tua mereka disana siapa? Mereka cuma anak-anak dari karyawan yang walau jabatannya tinggi, akan bisa fired kalo bosnya mau. Mereka cuma anak-anak dari pebisnis kecil yang gak jauh dari pengusaha lokal. Kalau kamu lihat orang dewasanya, maka pekerjaan mereka gak jauh beda dengan orang tua dari anak-anak sebaya yang kamu lihat disana. Kalau kamu masih setidak becus ini, maka kamu sudah menyatakan levelmu sebawah itu." Pandangan Gilang kembali ke iris mata Hana. "Aku bahkan masih ingat setiap kata-katanya. Tidak aku kurangi atau aku lebihkan."
Mulut Hana terbuka untuk merespon, namun ia urungkan, tapi ia hampir mengatakan sesuatu hingga akal sehatnya berkata untuk tetap diam.
Inilah salah satu hal yang ingin Hana pertegaskan bahwa Kyra dan Jamie butuh dibesarkan selayaknya anak normal lain. Apa yang Gilang rasakan begitu terasa nyata di pikiran Hana meski Hana tidak pernah merasakan hidup digembleng seperti itu. Dibesarkan dalam lingkungan VIP tidak menjamin hidup akan terasa nyaman juga. Ia berkaca dari bagaimana Dave dibesarkan. Kesehariannya berpindah dari mengikuti privat satu ke privat lainnya agar ketika besar bisa lebih fit in dalam kehidupan sosial pebisnis. Persaingan seperti itu bukanlah jenis persaingan yang Hana inginkan dalam hidup anak-anaknya. Ia hanya ingin anak-anaknya tumbuh dengan bahagia dan mencintai dirinya sendiri sehingga mereka bisa lebih menghargai dan menemukan nilai dalam hidup mereka masing-masing.
"I was raised in a tough and rough way. Aku gak akan ceritakan semuanya apa yang harus aku lalui karena pasti setelah itu kamu akan melihat aku secara kasihan. But this is my life, with the perfect and imperfect experience. Papaku hampir selalu memaksa aku untuk berkembang agar bisa siap untuk menghandle bisnis. Papaku hanya mengatur tiga hal untuk aku; hidupku, sekolahku dan pasanganku. I was so mad with everything, I almost lose my mind. Tapi kemudian it's ok, semuanya menjadi worth it setelah sekarang aku sedikit lagi berada di titik puncak dunia yang aku inginkan." Gilang melanjutkan
"I'm sorry kamu harus menjalani masa muda kamu dengan keras. Kamu sungguh layak untuk berada di puncak dunia." Ucap Hana tulus. Ia benar-benar merasa bersalah mendengar apa yang telah dilalui Gilang semasa muda.
Senyum Gilang mengembang. "So do you, Hana. This is your time to feel tough and rough moment, tapi akan tiba saatnya bahwa hidup akan berpihak kepada kamu lagi. Kamu juga layak berada di puncak dunia. Aku akan berusaha ada dimanapun kamu perlu sesuatu. I got your back."
Sekarang Hana mengerti untuk apa Gilang dengan teguh mengajaknya ikut ke tempat ini sampai Gilang rela merepotkan dirinya sendiri.
"Terimakasih kamu gak pernah berhenti buat support aku juga Kyra dan Jamie."
"You deserve it. You deserve anything in this world. Karena kamu benar-benar orang yang tulus. Thank you juga sudah antar aku cari baju untuk adikku waktu itu, you made this world in peace. Padahal kamu kalo belanja pasti pilihan itemsnya diantar kerumah.."
Hana tertawa. "Yeah it's true! Tapi bukan karena aku eksklusif, I just not really into fashion makanya aku minta mereka bawakan beberapa chosen items yang cocok di aku. Atau stylistku yang bakal carikan. Gak masalah, Gilang. Itu bukan hal besar buat temani kamu ke Tommy Hilfiger, don't make it big."
"I keep thank you." Gilang bersikeras.
"Sama-sama kalau gitu." Kata Hana.
Siapa yang nunggu banget Dave segera muncul? Selama ini menurut kalian Dave lagi dimana dan ngapain sih?
anyway makasih untuk votenya🖤🖤
YOU ARE READING
Nobody's Like You season 2
RomanceSequel of Nobody's Like You Hana bersama kedua anaknya-Kyra dan Jamie- kini harus berjuang disaat perusahaan Gradeva Gitara terpuruk. Sementara Dave pergi untuk melalukan hal yang perlu dia lakukan guna memperbaiki semua yang sedang rusak. Dalam tem...