Mungkin Gilang memiliki goalnya sendiri untuk memberikan dorongan kepada Hana dengan cara mengajaknya ke suatu tempat setiap minggunya. Tempo hari ke spa dan salon, lalu ke roof top bangunan tinggi, sekarang ada agenda lagi. Hana tidak tau pasti ini tempat apa, tapi yang jelas lokasinya bertempat di Utara kota, persis di hadapan pantai. Setidaknya itu yang Hana lihat dari maps.
Semakin Hana mengikuti jalur maps dari lokasi yang tadi pagi dikirimkan Gilang, Hana melihat-lihat tempat yang ia lalui dan semakin dongkol ketika ternyata arahnya masih lebih masuk ke dalam. Hana sampai bisa melihat tanah terhampar luas dengan ilalang hingga ia menemukan kembali deretan warehouse.
Sebenarnya ini tempat apa sih?
Ponselnya Hana berdering lantas tanpa jeda lebih lama Hana langsung menjawabnya ketika ia melihat nama Gilang disana.
"Sudah dimana?"
"Udah mau sampe. Tadi memang lewatin padang ilalang gitu kan?"
"Iya bener, sudah dekat banget kalo gitu. Kalo kamu nemu pagar putih, kamu bisa berhenti di depannya. Sekarang pasti kamu sudah ada di depannya?"
Hana terkejut dengan tebakan Gilang yang akurat. "Iya aku sudah ada di depan."
"Sebentar aku buka pagarnya dulu."
Sambungan terputus dan saat itu juga pintu rumah terbuka memperlihatkan Gilang yang melambaikan tangannya ke mobil Hana sambil mendekati pagar. Setelah membiarkan Hana masuk dan memarkirkan mobilnya di car port, Gilang kembali menutup pagar dan mengajak Hana masuk ke dalam.
"Actually, tujuannya bukan disini. Aku mau ajak kamu ke Tidung, ada orang yang mau aku temuin ke kamu."
"Siapa?"
"Let's see disana ya? By the way are you ok? Kok kamu kelihatan kurang segar?"
"Masa sih?" Kedua telapak tangan Hana meraba pipinya sendiri, iya kah? Perasaan dirinya merasa baik-baik saja lho. Apa mungkin karena akhir-akhir ini ia selalu mendorong dirinya untuk memiliki improvement lingkungan yang baik sampai-sampai ia lupa akan kesehatan dirinya?
"Sudah sarapan tadi?"
"I rarely skip breakfast."
"Ya sudah kamu duduk aja dulu, kapalnya lagi disiapkan. Maybe i'll make hot tea agar kamu nyaman di kapal nanti, gimana?"
"Boleh, thank you. Anyway aku baru tau kamu punya tempat sedekat ini sama dermaga."
Gilang terkekeh. "Ini hanya rumah singgah kalo terpaksa harus nunggu barang sampe di dermaga. Mau dibuat senyaman apapun di dalam rumah, begitu keluar, suasananya kurang bikin kondusif. So yeah, kami cuma bikin ini sebagai rumah singgah aja. Susah ya kemari?"
"Enggak sih, agak pusing aja."
Gilang tertawa geli. "Iya memang. Tadinya mau nempetin sebelah Gudang kalo kamu lihat Gudang dalam perjalanan kemari then its ours. Tapi kayaknya bakal keberisikan banget. Jadi simpan rumah agak jauhan biar lebih damai." Gilang tertawa lagi. Mendatangi Hana yang duduk di sofa tengah, Gilang lantas mengangsurkan secangkir the kepada Hana. "Here's your tea."
Hana menerima secangkir teh yang Gilang angsurkan. "Thank you."
"sama-sama. Kalo kamu mau makan, I have some pasta, biar aku bikinin dulu."
"Gak apa gak usah, kita mau berangkat bentar lagi, kan? I feel ok. really." Lantas Hana meneguk tehnya sedikit demi sedikit.
"Promise me kalo kamu ngerasa sesuatu yang kurang nyaman, kamu harus langsung bilang sama aku. Perjalanannya hampir 2 jam so I want you in very comfort."
"Ok Gilang, aku bilang kok kalo ada apa-apa. Kita naik dari mana?"
"Nanti kapalnya parkir tepat di belakang rumah ini kok. Kamu bisa baringan sementara nunggu." Gilang menatap jam tangannya. "Mungkin 10 menit lagi kapalnya siap."
Tanpa mengindahkan ucapan Gilang, Hana teteap duduk di tempatnya karena ia dengan yakin bahwa dirinya masih kuat dan sehat. Mungkin apa yang Gilang maksud bahwa dirinya terlihat kurang segar adalah karena dari tadi ia cukup mengeluarkan usaha untuk mencari rumah Gilang ini.
Diri Hana tersadar dan melihat ruangan sekitar. Ia sedang apa disini? Ini juga ruangan apa? Bagaimana ia bisa sampai disini padahal pernah lihat ruangan inipun belum. Ketika Hana mencoba menggerakkan tubuhnya, ia baru sadar bahwa lengan, tubuh dan kakinya diikat ke kursi.
Bagaimana bisa?
Dengan susah payah Hana mengingat kejadian terakhir bagimana ia bisa berakhir disini dan ketika ingatannya datang, ia hanya menyadari situasi dimana ia duduk di ruang tengah rumah Gilang. Oh iya, Kemana pula Gilang? Jangan sampai dia dalam keadaan yang sama dengannya sekarang,
Mungkinkah rumah Gilang di sabotase? Sanubari Hana merasa bersalah menyadari mungkin saja Gilang dalam bahaya karena dirinya.
"Gilang!!" teriak Hana. "Gilang! Kamu dimana?"
Berkali-kali Hana meneriakkan nama Gilang berharap ia menemukan secercah jawaban bagaimana keadaan Gilang sekarang. Tapi rupanya pikiran negative lebih cepat menguasai otaknya sehigga ia sudah tidak sanggup lagi untuk tetap optimis. Kepalanya tertunduk seraya air matanya mulai jatuh. Ia lelah.
"Gilang please, let me know kalo kamu baik-baik aja." Ucap Hana lagi.
Udara di ruangan itu terasa lebih mencekat. Padahal Hana bisa melihat ada AC menyala dalam ruangan ini. ketika kupingnya menangkap bunyi pintu dibuka, Hana lantas menegapkan kepalanya. Tangisnya kontan berhenti dan matanya terbuka lebar melihat siapa yang berada di ambang pintu.
Kakinya perlahan melangkah setelah ia masuk ruangan dan menutup pintu itu. Hingga siapa yang ia lihat berada tepat di depannya.
"I'm ok, Hana. Thank you for your concern." Ucapnya menenangkan seolah tidak terjadi apa-apa. Ya ini Gilang. Dari posisinya berdiri, Gilang memutuskan untuk memegang lengan Hana yang terikat di sandaran tangan kursi lantas berjongkok dihadapan Hana agar mereka lebih sejajar. "We arrived in Tidung six hours ago. Kamu nyenyak sekali tidurnya."
"Jadi kamu yang buat perusahaan kami hancur? Kemu yang terror aku dan keluargaku? Why you did this to us? Dan dimana dave?!" Hana terus-terusan membombardir Gilang dengan pertanyaan.
"Why I did this? Pertanyaan bagus." Gilang berdiri, menyeret kursi lain dan menempatkannya dihadapan Hana lalu duduk disana. "Yes, I did that all. Tapi sayangnya aku juga gak tahu dimana Dave. Mungkin dia lagi kabur ke luar negeri dan punya keluarga baru disana dengan sisa uang yang dia punya. Dan kenapa aku lakukan ini? Hana... kamu gak ingat apa yang kamu katakan sama aku di roof top waktu itu? Katamu aku pantas berada di puncak dunia and i'm work on it."
Hana menatap mata Gilang dengan nanar. "Why us?"
"Because your husband being greedy for the entire of his life." Gilang berdiri. Berjalan menuju pintu. "Akan ada yang antarkan makan malam. You better save your energy karena hari kita akan masih panjang."
Gimana perasaan kalian selama ini dibohongin Gilang?!
terimakasih sudah vote🖤🖤
YOU ARE READING
Nobody's Like You season 2
RomanceSequel of Nobody's Like You Hana bersama kedua anaknya-Kyra dan Jamie- kini harus berjuang disaat perusahaan Gradeva Gitara terpuruk. Sementara Dave pergi untuk melalukan hal yang perlu dia lakukan guna memperbaiki semua yang sedang rusak. Dalam tem...