BBOP #14 - REVISI

11 3 14
                                    

Langit sampai didepan rumah Netta, ia menoleh ke gadis itu setelah mematikan mesin, "Besok gue jemput lagi?"

Netta menggeleng, "Gue sendiri aja, besokkan hari terakhir MOS."

"Serius gak mau?"

Netta tersenyum, "Iya, gue bisa sendiri."

Langit ikut tersenyum, "Yaudah gue balik dulu."

"Hati hati."

"Woi monyet bucin!" Langit menoleh ke balkon Alyne, menemukan Alyne yang sedang tersenyum.

Lihatlah sahabatnya ini, selalu saja seperti mengajak berkelahi, "Gak usah didengerin dia, gue balik." Langit menyalakan mesinnya.

Lalu menjalankan motornya keluar dari gang melati dan menuju rumahnya, Alyne yang melihat itu pun mendengus kesal, "Anjip gue dikacangin."

Langit mendengus ketika ia merasakan air hujan mengenai lengannya, rintik rupanya. Ia harus segera sampai dirumah sebelum hujan.

Bertepatan Langit memasuki garasi suara hujan itu terdengar jelas membuat Langit menghela nafas lega.

"Bang Langit!"

"Bang!"

"Buna, bang langit mana?" suara Arin didalam sana dapat Langit dengar ia membuka pintu dan masuk kedalam rumah.

"Itu Agi." Tias menunjuk kearah Langit yang baru datang.

Langit mengerutkan keningnya, "Ada apa?"

"Bang ajarin Arin main basket." pintanya.

"Buat apaan?"

"Kata guru Arin, kalau nilai b dibidang olahraga itu harus ikut tanding basket antar kelas minggu depan. Karna Arin dapat b jadi Arin harus ikut, tapi Arin gak bisa main basket." jelasnya membuat Langit mengangguk.

"Gue gak terlalu bisa basket, coba ntar lo minta ajarin ma Alin aja." Langit melangkahkan kakinya menuju kamar, Arin memutar bola matanya malas.

"Di oper lagi kan."

***

Bruk

Suara gebrakan meja itu membuat seisi kantin menoleh, "Uhuk uhuk!" Alex tersedak batagornya.

"Buset! Pan ngapain si?" heran Rangga ketika Revan tiba tiba datang dan mengebrak meja mereka.

Revan menatap Langit, "Pake buru!" ia memberikan jas merah berlogo osis yang dipakai Langit dihari pertama sekolah.

"Buat apaan?" Langit mengernyit heran.

"Cepetan!!" Revan mendengus, lalu menarik lengan Langit paksa membuat Langit terjatuh dari duduknya.

"Anj- lo apa apaan si." sentak Langit kesal.

"Sori sori, buru makanya."

Langit memakai jas merah itu, "Kenapa si ada apaan?"

"Lo harus ada disamping pak kepala sekolah hari ini buat penyambutan adek kelas."

Langit memutar bola matanya jengah, ia terpaksa mengikuti Revan keaula tempat penyambutan yang dimaksud Revan.

Suara Rara yang memberitahukan seluruh murid TB untuk ke aula, mulai dari anak kelas 11 dan 12 mereka berjalan menuju aula.

Para murid TB itu berbaris rapi sesuai kelas mereka, Langit mengernyit ketika Rendi ikut berjalan bersamanya menuju atas panggung.

Pak kepala sekolah itu mengetuk micnya, memberikan salam dan penyambutan singkat untuk anak kelas 10.

"Film pendek Nak Rendi yang memenangkan hadiah utama menjadi topik hangat saat rapat guru kemarin!"

Friend To Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang