Seven

1K 93 42
                                    


[REMAKE] A Romantic Story About Serena by Santhy Agatha
.
.
.

Jihoon terbangun sendirian di ranjang itu. Hyunsuk sudah tidak ada. Yah lelaki itu mungkin sudah pergi pagi-pagi sekali kembali kerumahnya sebelum berangkat ke kantor. Dia kan punya rumah, tidak mungkin kan dia terus-terusan berada di apartemen ini? Tapi entah mengapa Jihoon merasa ada yang kosong setelah beberapa kali dia terbangun dengan Hyunsuk di sisinya, entah kenapa ada yang kurang saat terbangun sendirian sekarang.

Bodoh! Apa yang kau pikirkan Jihoon? Kau hanya pacar simpanannya, yang dibelinya untuk memuaskan nafsunya! Jangan pernah berpikir macam-macam. Lagian masih ada Yoonbin yang harus kau cemaskan.

Jihoon melangkah ke kamar mandi, tubuhnya terasa agak nyeri, karena entah kenapa pagi tadi Hyunsuk bercinta seolah-olah kesetanan dan tidak menahan-nahan diri.

Ketika mengaca Jihoon mengernyit. Dari Leher, dada sampai perutnya, semuanya penuh dengan bekas ciuman Hyunsuk. Lelaki itu seolah sengaja meninggalkan jejak di mana-mana. Warnanya merah di sekujur tubuh Jihoon, dan Jihoon yakin tak lama lagi akan berubah menjadi ungu.

Dasar Hyunsuk! Siapapun yang melihat akan tahu kalau ini bekas ciuman, di bagian dada bisa dia sembunyikan, tapi yang di leher? Jihoon belum pernah mendapatkan bekas ciuman seperti ini di tubuhnya sebelumnya.

Percintaannya dengan Yoonbin selalu sopan dan tidak pernah sepanas itu sehingga Yoonbin bisa meninggalkan bekas-bekas ciuman di kulitnya. Tapi Jihoon tahu bekas ciuman seperti ini butuh beberapa hari untuk hilang.

Dasar Hyunsuk bodoh! Gerutunya sambil mencari-cari turtle neck yang dapat menutupi tubuhnya sampai ke leher lalu memadankannya dengan blazer, Jihoon merapikan rambutnya, lalu segera melangkah keluar, jangan sampai dia terlambat ke kantor lagi.

Ketika berdiri di tepi jalan menanti kendaraan umum, Jihoon merasakan sengatan sakit yang tiba-tiba di kepalanya. Jihoon lupa tadi belom sarapan, dan dia kurang tidur gara-gara Hyunsuk hampir tidak pernah membiarkan tidur nyenyak tiap malam.

Dengan memaksakan diri Jihoon naik ke dalam bus menuju kantornya.


            ~🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼~


"Wajahmu pucat sekali." salah seorang temannya memandang Jihoon dengan cemas ketika Jihoon mendudukkan diri di kursinya. Tadi dia hampir terlambat dan setengah berlari ke mesin absen.

Jihoon memegang pipinya, memang terasa aga panas, apakah dia demam? Dan kepalanya juga pusing sekali, Tapi tetap dipaksakannya tersenyum.

"Tidak apa-apa, mungkin karena belum sarapan, nanti setelah minum teh hangat pasti lumayan baikan."

Tapi ternyata tidak, rasa pusing itu makin menusuk nusuk di kepalanya terasa nyeri, bahkan untuk menolehkan kepalanya saja terasa sangat sakit, badannya juga sama saja, rasanya nyeri di sekujur tubuh seperti habis dipukuli. Jihoon bertahan dengan tidak bergerak di kursinya, tapi rasa sakitnya makin tak tertahankan.

"Jihoon coba kesini sebentar, lihat draft pemasaran ini bagaimana menurutmu?" salah seorang rekannya memanggilnya.

Dengan mengernyit Jihoon mencoba berdiri, tubuhnya limbung sejenak, tapi dia berdiri dan bertahan sambil berpegangan di tepi meja.

Lalu setelah menarik napas dalam-dalam, dia melangkahkan kaki ke meja rekannya. Tapi tiba-tiba rasa nyeri tak tertahankan menyerang kepalanya dan semuanya menjadi gelap.

                ~🌼🌼🌼🌼🌼🌼~


"Pingsan?!"

Hyunsuk setengah berteriak kepada Haruto yang menyampaikan kabar itu padanya.

A ROMANTIC STORY ABOUT PARK JIHOON ( SUKHOON VER,)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang