Diperjalanan kembali ke kelas, Abigeal menghentikan langkahnya saat melihat Brandon berjalan berduaan dengan Gelin. Tentu saja Abigeal kesal melihatnya karena semalam Brandon bilang kalau dia mempergoki Gelin dengan cowok lain. Lalu kenapa sekarang sudah baikan?
'Ngapain gandeng-gandeng cowok gue sih?' batin Abigeal sambil melengkungkan bibirnya kebawah. Tanpa sengaja Abigeal meremas buku yang tadi dipegangnya.
'Enggak! Enggak! Enggak! Gue enggak cemburu kok, gue enggak suka sama dia. Bigeal, sadar,' batin Abigeal lagi sambil memejamkan matanya kuat-kuat.
Ranggel yang menyadari raut wajah Abigeal yang kesal mencoba menggodanya. "Ekhem! Cemburu, ekhem!" goda Ranggel menyenggol pelan bahu Abigeal.
"Apaan, sih? Ya, kali gue cemburu. Udah, jalan lagi ngapain berhenti di tengah jalan begini?" elak Abigeal dan kembali melangkah.
"Yakin enggak cemburu? Terus ngapain bukunya diremas gitu? Buku pinjaman loh," ujar Ranggel menyamakan langkahnya dengan Abigeal sambil melirik buku di tangan Abigeal yang hampir remuk semua.
"Diam!" ketus Abigeal sedikit berteriak ketika hampir sampai didekat Brandon dan Gelin.
Sontak ketika mendengar suara Abigeal, Brandon menatap ke arah Abigeal yang kelihatan kesal itu. Agak lama Brandon menatap ke arah Abigeal karena mata Abigeal yang tertuju pada tangannya dan Gelin. Tanpa sadar, Brandon langsung melepaskan gandengannya dan menggaruk belakang kepalanya kikuk.
Abigeal hanya diam melihat itu dan mempercepat langkahnya tanpa memalingkan pandangannya dari Brandon yang tampak mencoba menghindari tatapannya. Hal itu membuatnya tidak sengaja menabrak seorang anak laki-laki di depan kelas IPA-2. Laki-laki itu seketika menatap tajam ke arah Abigeal karena sangat tidak terima dengan hal itu.
"Jalan tuh, hati-hati dong!" pekik cowok itu.
Abigeal menoleh dan menyolot. "Lo yang halangin jalan gue! Mana badan lo segedek gajah lagi," ujar Abigeal tidak mau kalah.
"Nantangin?" suaranya meninggi membuat orang-orang di sana menoleh ke arah mereka.
Cowok berbadan besar itu bernama Fajar. Dia juga pernah berkelahi dengan Abigeal sebelumnya dan kalah. Kali ini dia tidak mau lagi kalah dengan Abigeal. Fajar mencoba mencengkram rahang Abigeal dengan keras. Seketika itu Dion menyerahkan buku yang dibawanya kepada Ranggel dan langsung memukul pelipis kiri Fajar.
"Jangan berani sama cewek! Kalau mau brantem, sini gue ladenin," tantang Dion tidak terima dengan perlakuan Fajar terhadap Abigeal.
"Berani juga lo ninju gue! Mau jadi pahlawan lo?" sahut Fajar menarik kerah baju Dion kasar.
Abigeal yang tadinya tidak menyangka-nyangka Dion akan membantunya langsung melerai mereka. "Urusan lo sama gue! Lepasin dia!" ucap Abigeal sambil menarik tangan Fajar dari kerah baju Dion.
"Bigeal, jangan keras kepala," bentak Dion menyela perbuatan Abigeal.
Abigeal menoleh ke arah Dion saat Dion mencoba menariknya menjauh dari Fajar. Bersamaam dengan itu satu pukulan dari Fajar mengenai hidung Abigeal hingga mengeluarkan darah. "Jangan coba-coba cuekin lawan lo dalam pertarungan!" ujar Fajar lalu tersenyum licik.
Abigeal sedikit terhuyung ke belakang dan merasa sedikit pusing karena serangan tiba-tiba dari Fajar. Daranya terus saja mengucur keluar dari hidungnya. Hal itu membuat Dion mengepalkan tangannya dan langsung bersiap membalas pukulan Fajar. Bahkan, mungkin akan lebih keras dari itu.
"Bos, lo enggak apa-apa?" tanya Ranggel khawatir melihat darah dari hidung Abigeal tak juga berhenti.
Abigeal menggeleng, sebenarnya itu bukan masalah besar baginya dan jika dia bertarung dengan Fajar sekali pun dia masih bisa. Tetapi, karena Dion sudah mengambil alihnya terlebih dahulu, Abigeal hanya bisa diam dan menyaksikan pertarungan yang seharusnya miliknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Direction (End✅)
Teen FictionGenre : Comedy romance Follow sebelum baca! Tidak ada yang spesial di sini. Hanya cerita gaje tentang pasangan gila dan persahabatan yang juga gila. Start : 28 Desember 2020 Finish : 11 Maret 2021