𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟐

763 82 0
                                    

Terdengar suara tetesan air yang menetes dari sela-sela pipa tua mengelilingi ruang sempet ini. Bisa dirasakan hawa dingin menyengat hingga tulang kecilnya. Ia tau dengan jelas jika ia tidak sendirian berada di ruangan ini dan otak cerdasnya pun tau jika ia berada di sebuah tempat terpencil yang jauh dari kota mengingat tidak ada satupun suara yang bisa mengenalinya dengan lingkungan padat pemukiman. Hanya satu hal yang ia tau, sekarang ia berada di dekat pelabuhan atau mungkin kapal.

Ia tidak mengingat jelas sekarang hari apa atau jam berapa. Mata cantiknya terus menerus memandang sekeliling untuk memastikan ada jalan untuknya pergi dari sini. Tetapi sepertinya itu percuma saja, bahkan beberapa jam lalu ada seseorang tawanan sepertinya yang hendak melawan penjagaan di depan sel tahanan itu berakhir dengan timah panas berada di kepalanya. Oh, dia tidak akan sebodoh itu untuk mencoba trik yang sama.

❝Hei, berhentilah menangis. Kau tidak akan bisa berpikir jernih jika terus menerus meratap seperti itu.❞ Terdengar seseorang menenangkan anak perempuan yang sejak pertama diseret masuk oleh penjaga menangis tak berhenti. Dan Baekhyun juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh pria tadi, menangis tidak akan memberikan jalan keluar apapun.

❝Sudah berapa lama kau disini?❞ Baekhyun memberanikan diri untuk bertanya pada pria mungil itu. Satu-satunya hal yang terlintas di otaknya adalah, ia harus bisa mencari teman satu perjuangan dengannya untuk bisa melancarkan aksinya yaitu kabur dari tempat ini.

❝Entahlah, mungkin sudah sebulan atau lebih. Perhitunganku berhenti di empat belas hari aku berada disini.❞ Jawab pria itu yang sekarang berpindah tempat duduk di samping Baekhyun.

❝Apa tidak ada yang akan menemukan kita? Aku yakin jika terlalu banyak orang yang menghilang seharusnya sudah terdengar oleh pihak berwenang.❞ Ucap Baekhyun.

❝Aku sudah pernah bertanya seperti itu pada beberapa orang sebelumnya yang berada disini. Dan rata-rata dari mereka adalah jauh dari keluarga atau bahkan tidak mempunyai keluarga seperti diriku juga.❞ Jawab pria itu sambil tersenyum tipis tetapi Baekhyun bisa menangkap getir dari senyumannya itu.

❝Teman-temanku pasti akan mencariku. Pasti.❞ Pandang Baekhyun jauh ke depan.

❝Istirahatlah terlebih dahulu. Kudengar dari penjaga di depan, malam ini sebagian dari kita akan digiring menuju keluar.❞ Ucap pria itu seraya mengambil tangan Baekhyun dan mengelusnya.

❝Untuk apa?❞ Tanya Baekhyun sambil mengerutkan keningnya.

❝Pelelangan. Humans Trafficking , we called it.

God-damned it.

Yeah, we're damned if it's us they choose.

★★★

❝BAGAIMANA AKU BISA TENANG JIKA SAHABATKU TANPA KABAR SETELAH SEMINGGU MENGHILANG!!!❞

Terdengar teriakan histeris dari Luhan saat ia dan Kyungsoo tidak bisa menemukan titik terang dimana sahabatnya berada saat ini. Jika Luhan saat ini tidak bisa mengontrol emosinya, berbeda dengan Kyungsoo yang diam sambil gugup memikirkan sahabat kecilnya ia memang bukan tipikal barbar yang akan histeris di situasi seperti ini tetapi percayalah jika dia yang paling down dibandingkan Luhan.

Entah sudah berapa penjelasan dan kata penenang yang dilontarkan oleh Sehun, kekasih dari Luhan. Tetapi itu tidak berpengaruh sama sekali, Luhan tetap saja tidak bisa tenang. Pasalnya Baekhyun bukan tipikal orang yang akan menghilang atau pergi dari mereka tanpa kabar. Mereka pasti akan tau kemana atau bersama siapa sahabat kecilnya itu pergi. Mereka akan berubah menjadi over protective karena Baekhyun merupakan saudara yang mereka punya mengingat anak itu tidak punya keluarga dan masa kecilnya dihabiskan di dalam panti asuhan. Mereka bertemu dan langsung menjadi sahabat saat berada di bangku sekolah menengah, sadar hanya merekalah satu-satunya keluarga Baekhyun maka ia tidak akan mungkin pergi meninggalkan mereka.

❝Kyungie, kemana lagi kita harus mencari Baekkie?❞ Luhan menangis histeris di pelukan Kyungsoo yang hanya bisa mengusap punggungnya guna menenangkan sahabatnya itu, ia sendiri tidak tau lagi apa yang harus dilakukan. Polisi sudah mencari Baekhyun dari hari dimana mereka tidak menemukan Baekhyun pulang ke apartemennya. Mereka tau Baekhyun tidak pulang karena keadaan rumahnya tidak berubah sama sekali saat mereka bertiga pergi dari sana sebelum Baekhyun dan dirinya pergi bekerja di kafe.

❝Kalian pulanglah duluan, aku akan memanggil taksi. Malam ini menginaplah di rumah kami, Kyung. Aku akan pergi ke tempat sahabatku dan meminta pertolongan darinya.❞ Ucap Sehun dan dibalas anggukan oleh pria bermata belo tersebut.

★★★

❝Malam ini ada pertemuan dengan Tuan kwon untuk membahas perundingan kerjasama kita dengan kelompok mereka. Tempatnya sudah dikonfirmasi oleh kaki tangannya dan itu tempat pelelangan yang baru beberapa bulan ini dipakai.❞ Terang Kim Jong-in, selaku sekretarisnya.

❝Ah dan Willy baru saja memberitahukanku jika ada sesuatu yang ia ingin bicarakan denganmu. Jadi sebelum kita pergi, kita harus bertemu dengannya terlebih dahulu.❞ Lanjutnya sedangkan seseorang yang mendengarkan laporannya itu hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Tanpa banyak bicara, Jong-in langsung membalikkan tubuhnya dan meninggalkan ruangan bernuansa hitam merah itu.

❝Aku akan ikut malam ini.❞

Loey Park, pria dingin yang sedari tadi hanya berdiam diri di kursi kebanggaannya akhirnya menolehkan kepalanya pada lawan bicaranya yang ternyata sedari tadi duduk di sofa panjang mendengarkan ketuanya itu berbicara dengan Jong-in.

❝Dan untuk urusan apa kau ingin ikut? Bukankah kau bilang sedang mengurus masalah di Utara tempat para pengkhianat itu berada?❞ Tanya Loey tanpa menggunakan ekspresi berarti.

❝Aku punya urusan di sana, salah satu pengkhianat itu ternyata adalah penyumbang terbesar untuk ❛barang-barang lelangan❜ di sana. Jadi yah, katakan saja jika aku akan mengurus tikus itu dan menjadikan tempat itu tidak bersisa.❞ Ucap pria itu sambil menyunggingkan seringainya. ❝Tenang saja, aku akan membuat pertunjukan itu setelah urusanmu selesai.❞ Sambungnya.

❝Tidak perlu. Aku juga ingin membereskan para tikus-tikus itu yang berkedok sebagai penawar kerjasama padahal disaat yang bersamaan mereka jugalah yang telah menusukku dari belakang. Jadi lebih baik kita luluhlantakkan saja semuanya secara bersamaan.❞ Jawab Loey dengan seringai berbahaya.

❝Kalau begitu, siapkan segalanya dan kita akan berpesta malam ini,❞ kata Loey sambil menatap lawan bicaranya, ❝―Kim Jongdae.❞

[✓] 𝐂𝐁 [𝟓] 𝐓𝐇𝐄 𝐈𝐍𝐕𝐈𝐍𝐂𝐈𝐁𝐋𝐄 𝐏𝐇𝐎𝐄𝐍𝐈𝐗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang