15 - A pervert gambler : II .

269 40 7
                                    

"ahh... a-aslanhh !"

"p- pelanhh pelan!"

"hahh ~"

Nafasnya terengah-engah, pun tubuh mungil miliknya terhuyung ke dinding saat merasakan kaki besar milik aslan menekan keras punggung miliknya. Keringat mulai bercucuran membasahi dahinya, Lion memejamkan matanya, nafasnya juga ikut tersengal-sengal karena Aslan terus menekan punggungnya.

"Hah~ sudah kubilang pelan-pelan!" protes Lion dengan ketus. Namun seakan tak peduli, Aslan malah lebih kuat menekan tubuh mungil Lion membuat tubuh anak itu semakin menempel ke dinding. Dengan wajah datar nan serius, Aslan terus menarik tali korset yang saat ini tengah Lion kenakan hingga pinggang milik Lion harus benar-benar terlihat kecil dan ramping.

"Diam, jangan banyak bergerak Tuan muda, pinggang mu harus terlihat kecil seperti wanita Inggris kebanyakan." tukasnya enteng sembari berusaha menarik tali korset nya lebih kencang. Semakin ditarik, semakin sesak pula yang Lion rasakan. Sekarang Lion tahu alasan mengapa Adisca selalu menolak menggunakan korset. Ini luar biasa sesak sekali.

Kondisi inilah yang sekarang membuat pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan, seperti, bagaimana bisa para wanita di Inggris melakukan aktivitas sambil menggunakan korset yang sesak? Tak habis pikir.

Lion mendongakkan kepalanya, ia mencoba bernafas melalui mulut, "Ah! Sialan!" umpatnya sesekali menampar dinding yang tak bersalah.

Setelah dirasa cukup ramping dan kecil Aslan segera mengikat tali korset tersebut, sekarang pinggang Lion benar-benar terlihat ramping dan kecil. "Selesai." final Aslan, pria itu membalikkan tubuh Lion yang tadinya membelakangi dirinya, kini jadi berhadapan dengan nya. Aslan memperhatikan tubuh Lion dari ujung ke ujung, kemudian pria itu mengangguk pelan dan tersenyum. Lion hanya memasang ekspresi wajah yang masam, ia menghembuskan nafas kasar dan merotasikan bola matanya.

Yah, mau bagaimana lagi? Ia harus melakukan ini semua demi keamanan wilayah yang sedang ia pimpin dan juga keberlangsungan hidupnya. Jika tak mau menangani masalah ini, bisa-bisa gelar 'Earl'  miliknya ditarik kembali oleh sang ratu.

Aslan berjalan mendekati manekin tanpa kepala yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Tangan besar berbalut sarung tangan putih itu mulai melucuti pakaian yang bertengger di manekin tersebut, lalu membawanya ke hadapan Lion. Pun Aslan membantu mengancingkan bagian punggung gaun yang masih terbuka. 

Lion merapikan lengan gaun ber-renda itu perlahan, tubuhnya sedikit menggeliat untuk memastikan kalau gaunnya benar-benar terpakai dengan sempurna. Aslan menatap Tuan Mudanya itu dari ujung ke ujung, tak sengaja dirinya sedikit mengeluarkan gelak tawa. Lion yang mendengarnya langsung memberikan tatapan sinis kearah pelayannya itu.

"Apa?!" ketusnya, Aslan menggeleng pelan lalu tersenyum. "Bukan apa-apa, aku hanya kagum, ternyata gaun yang ku pilih sangat cocok denganmu." puji nya sekaligus merasa bangga, Lion melipat kedua lengannya, kakinya ia hentakan beberapa kali ke lantai. Anak itu semakin merajuk tak kala mendengar pujian yang Aslan berikan.

Sudah cukup menertawakan Tuan muda nya, kini Aslan menghampiri pintu kamar lalu membukanya, membiarkan Lion pergi keluar lebih dulu untuk menemui Paula. Aslan pikir, Lion membutuhkan sedikit polesan diwajahnya, jadi untuk urusan itu, Aslan menyerahkannya pada Paula—wanita satu-satunya di rumahnya ini.

° × . ‿‿.‿‿.‿‿.‿‿.‿‿.‿‿ . × °

Saat ini, Lion tengah duduk diatas meja rias. Paula sedang memoles wajah Tuan muda nya dengan sedikit bedak dan juga lipstik berwarna bibir namun sedikit memberikan semburat merah muda. Lalu kedua pipi Lion ditimpa dengan blush on warna merah muda yang cantik. Setelah selesai dengan riasan wajah, Paula mulai memakaikan rambut palsu berwarna pirang semu coklat yang sedikit ikal dibagian ujung, sangat cocok dengan gaun yang Lion kenakan. Tak lupa, dirinya juga memakaikan topi yang serasi dengan gaun tersebut.

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang