Intro

107 7 3
                                    

Dia Miguel Gavi, lelaki tampan yang terlahir dengan sendok emas. Segala keberuntungan dan kemakmuran ada padanya.

Lihat saja, diusianya yang belum mendapatkan gelar sarjana saja, Gavi sudah memiliki cafe di kawasan berkelas seperti Kemang.

Apakah itu hasil jerih payahnya? Tentu saja bukan. Itu karna keberuntungan Gavi yang terlahir dikeluarga Wijaya yang kaya raya, sehingga membuat cafe seperti ini bukanlah masalah besar untuk memberikan Gavi aset kecil - kecilan. Sungguh tipikal orang kaya yang bingung menghabiskan uangnya.

Tapi terlahir dan besar dikeluarga serba berkecukupan dan memiliki keberuntungan berupa wajah yang rupawan tidak membuat Gavi menjadi sombong, sama sekali tidak. Tidak pernah sekalipun aku melihat kepala itu terangkat dengan angkuh untuk menunjukan status sosialnya.

Gavi benar - benar pria yang sangat baik dan sopan, dengan segala keberuntungan yang dimilikinya. Tidak heran kalau aku menyukainya dari pandangan pertama bertemu. Love at the first sign, classic, tapi siapa juga yang tidak menyukai Gavi sejak pandangan pertama? Kalau ada, mungkin dia memiliki rabun mata.

Astaga aku benar - benar iri dengan segala hal yang dimiliki seorang Miguel Gavi Wijaya, andai saja aku terlahir dengan nama belakang wijaya, apalah daya aku hanya si miskin.

BRAKKK

"Tiana kamu ngapain sih? Kok bisa biji kopi sebanyak itu jatuh? jangan teledor!!"

"Ah iya maaf kak, maaf saya teledor"

Sudah miskin, cereboh pula. Lengkap bukan kesialanku.

"Udah jangan dimarahin gitu bang, dia masih belajar"

"Makasih pak Gavi"

Sudah kubilang belum kalau Gavi itu sempurna? Bahkan sampai kedalam hatinya pun begitu, perfect!

Kalau saja aku memiliki nasib yang bisa merubah hidupku yang begitu terbalik dengan Gavi. Tidak bisa menjadi Gavi, menjadi kekasihnya juga bukan masalah hahahaha

Tapi sayang sekali, itu tidak mungkin. Itu hanya akan menjadi khayalan yang tidak akan pernah terealisasi, dan berakhir menyedihkan, karna...

"Gav, aku ada kelas siang nih"

"Ya sudah ayo biar aku antar"

Gavi sudah memiliki kekasih. Namanya Vina, wanita cantik yang pantas mendampingi Gavi. Kenapa? Tentu saja karna mereka :
1. Sama - sama memiliki wajah rupawan,
2. Sama - sama terlahir kaya,
3. Sama - sama baik hati.

Lihat saja wajahnya yang seperti malaikat. Dibandingankan dengan para penyanyi idol Korea pun tidak kalah.

Kalau seandainya mba Vina mau debut sebagai idol girl grup pun aku rasa bisa. Vina Winanda nantinya akan menjadi visual grup sama seperti Yoona dari SNSD atau Irene dari Red velvet. Sedangkan aku...

"Mereka serasi banget ya"

Betulkan, bukan hanya pemikiranku saja. Dinda saja mengakuinya.

"Eh ngomong - ongomong, tadi kak Han marahin kamu kenapa Ti?"

"Oh itu, aku gak sengaja jatuhin biji kopi yang stok tadi pagi baru nyampe"

"Ya ampun gitu doang dia marah? padahal bos kita aja belain kamu tadi, dasar si pemarah itu"

"Udahlah kak Han cuma negur aja kok, gak sampae nyuruh aku keluar dari kerjaan ini Din"

"Dih! Mana bisa juga dia nyuruh kamu keluar, emangnya dia punya kuasa apa? mentang - mentang dikasih kepercayaan megang keuangan cafe dia jadi gede kepala dan suka nyuruh - nyuruh"

"Hoi!! Kalian berdua dipojokan bisik - bisik apa?!"

"E-eh enggak kak"

"Kerja! jangan karna lagi sepi kalian jadi malas - malasan. Tiana mending kamu kebelakang beresin gelas sama piring. Dinda, stand by ditempat pemesanan!!"

TRAGEDY [Seventeen : Mingyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang