Baekhyun mengunjungi Exoluxion lagi.
Jongin mengamati sang teman dari seberang, memainkan sendok dalam gelas kopinya. Baekhyun memakai kacamata bundar, hazel sipit terpaku pada layar Macbook Pro: menonton beberapa proses bedah tubuh manusia atau membaca jurnal medis. Ada setumpuk buku tulis di sebelah laptop lelaki itu, tertata rapi sesuai topik tertentu. Jongin pernah meminjam salah satunya, dan ia terkesima oleh catatan Baekhyun: tulisan rapi dengan pena atau garis stabilo warna-warni, ditambah tempelan stiker estetik untuk mengisi ruang kosong.
Jongin menyesap kopi, mata terus mengobservasi Baekhyun. Sang dokter mengenakan kaus merah dan celana kotak-kotak, kombinasi warna yang menonjolkan sisi imutnya. Setiap Baekhyun mengerucutkan bibir serius, Jongin ingin memberi lelaki itu sebotol susu dan membalutkan selimut padanya. Ia tidak heran kenapa Chanyeol selalu mati-matian melindungi Baekhyun. Mungkin Chanyeol sendiri menganggap Baekhyun sebagai adik, dilihat dari tubuhnya yang mungil dan wajahnya yang menyerupai bayi.
Jongin lantas mengetuk meja. "Yah."
Baekhyun terus menatap layar Macbook Pro. "Apa."
"Besok kau pulang jam berapa?"
"Siang," Baekhyun menjawab datar, "Kenapa?"
Jongin memiringkan kepala, berakting seperti anak kecil. "Temani aku ke rental manhwa... sebentar saja. Aku ingin mencari manhwa lawas." Karena Baekhyun terdiam, sengaja mengabaikan eksistensi pria itu demi mencatat materi, Jongin mengerang manja, "Hyung!"
Baekhyun mendongak, meringis geli oleh raut muka pria itu. Jongin adalah jelmaan anak manja berusia delapan tahun dengan tubuh seksi. "Mau membaca apa kau? Hentai?" ia bertanya sarkastis seperti ibu yang memarahi anaknya. Jongin menyeringai nakal. "Kau ini umur berapa, Kim Jongin?"
Pria itu malah melambaikan jari peace. "Deal?"
Baekhyun menggeleng. "Tidak bisa, aku mau cuti."
"Cuti?" kali ini giliran Jongin yang bertanya.
Baekhyun mengangguk. "Aku akan berangkat ke Pulau Jeju besok," ia mengulurkan lidah main-main. "Sampai jumpa!"
Tingkah lucu lelaki itu menuai tawa dari Jongin. "Dengan Chanyeol?"
"Waktunya mengajak adik bayiku untuk beristirahat."
Baekhyun memasang ekspresi gemas, sementara Jongin berlagak mau muntah. "Bayi," ulangnya jijik, merinding oleh pernyataan konyol Baekhyun karena baik fisik maupun sikap Chanyeol jauh dari ciri-ciri bayi. Pria itu lantas mengangkat ibu jari. "Selamat bersenang-senang!" ia berseru ceria sebelum memajukan bibir sedih. "Aku harap aku bisa ikut."
Sang kakak kelas tersenyum canggung, mengalihkan atensi ke layar tanpa merespons Jongin.
.
.
.
Baekhyun terlelap seperti bayi dalam perjalanan ke Pulau Jeju, kepala disandarkan pada bahu Chanyeol dan tangan memegang lengan sang adik. Pria itu harus merangkul Baekhyun selama mereka keluar pesawat, menahan lelaki itu agar tidak berjalan sempoyongan. Chanyeol membawakan koper mereka, tangan yang satunya berada pada pinggang Baekhyun—menuntun keduanya untuk menghindari kerumunan di bandara. Mereka mirip sepasang kekasih: sama-sama memakai beanie abu-abu dan hoodie hitam Balenciaga. Wajah mereka sengaja ditutupi oleh masker hitam, membuka akses untuk bermesraan lebih bebas dari biasanya.
Pulau Jeju makin terlihat cantik, dihiasi dengan lampu-lampu mencolok pada malam hari. Deretan gedung tinggi menyambut mereka sepanjang perjalanan, truk-truk makanan tersebar di pinggir jalan. Taksi membawa keduanya menyusuri kota sebelum berhenti di depan sebuah resort mewah, area luas yang menghadap langsung ke pantai. Baekhyun tersenyum dari balik masker, menunggu di lobi untuk menikmati angin kencang sebelum mengikuti Chanyeol ke kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday, Sometime 《ChanBaek》
Fanfiction[Sekuel 𝑹𝒆𝒕𝒖𝒓𝒏 𝒐𝒇 𝒕𝒉𝒆 𝑫𝒂𝒏𝒅𝒆𝒍𝒊𝒐𝒏] Waktu berlalu. Perasaan menjadi rapuh. Janji perlahan pudar dari ingatan. Ketika dunia berbalik untuk memisahkan mereka, hanya ada dua pilihan: menyerah atau bertahan.