22

635 67 8
                                    

aku mau kasih tau kalo ada cerita baru yang aku keluarkan judulnya WORST DISTRACTION. tapi warning, itu mature konten. be wise ok.

Gilang mendatangi Hana lagi keesokan harinya saat hari kembali malam. Ia duduk tepat di hadapan Hana lagi seperti kemarin, memperlihatkan video berdurasi hampir lima menit yang berisikan Kyra dan Jamie sedang asyik main kucing milik Gilang.

Ketika videonya selesai diputar, Gilang menyimpan ponselnya diatas pahanya lalu menyandar ke kursi. "Aku dengar kamu menolak makan dan minum dan hanya ingin buang air? Let's make a deal. Mari jangan berulah dan kamu bisa melihat anak-anak kamu dari video yang aku kasih tiga hari sekali."

"Kalo kamu sentuh anak-anak aku maka aku gak—" ucapan Hana terpotong dengan telunjuk Gilang yang terangkat keatas.

"I think I just offered the deal." Ucap Gilang. "Aku gak akan bawa-bawa keluarga kamu dalam hal ini. Aku tahu membawa mereka cuma akan meruntuhkan rencana aku karena kamu bakal nekat lakukan apapun ketika lihat anak kamu dalam bahaya. Semua rencanaku bakal hancur dalam hitungan detik pastinya. Kesepakatan tadi adalah bentuk kesempatan kamu, kamu bisa menolak tapi kamu gak akan lihat Kyra dan Jamie. Semuanya terserah kamu."

"Seseorang bakal tahu buat track mapsku lewat email."

"Oh come on Hana.. aku tahu konsekuensi dari apa yang aku lakukan. Kamu gak usah khawatir, semuanya sudah ditangani dengan baik. Tadi malam aku langsung pulang ke Jakarta. Paginya aku ditelepon anak-anak yang bilang bahwa Ibu mereka belum pulang. Aku baru saja bantu mereka untuk cari kamu. Yes your parents tracking your maps, mungkin hasilnya akan keluar besok."

Pintu diketuk sebelum ada wanita paruh baya masuk membawa trolley makanan dan segelas air putih. Langkahnya diambil terbirit-birit keluar dari ruangan begitu Gilang mengisyaratkan untuk pergi.

Dari tempat duduknya, Gilang meraih sepiring makanan dan mulai mengambil beberapa lauk dan nasi dalam satu sendok. "Kalo kamu memilih untuk bertindak baik, maka makan. Tapi kalo kamu menolakpun, itu pilihan kamu dan aku tetap akan menghargainya."

Rahang Hana mengeras menahan marah. Bisa-bisanya ia dipermainkan selama ini. tapi akhirnya ia memutuskan untuk mengalah dan memakan suapan dari Gilang agar ia bisa tahu keadaan anak-anaknya dalam keadaan baik.

"Good girl." Puji Gilang. "Sambil kamu disuapi, aku bakal story telling ke kamu." Gilang mengambil satu suapan lagi dan memasukkannya ke dalam mulut Hana.

"Aku sudah satu sekolah sama Dave dari TK. Simply karena mau Papaku. Kenapa? Dia ingin aku menjadi teman baik suami kamu hanya agar perusahaan Papaku bisa merger sama perusahaan keluarga Dave. Aku selalu dimasukkan ke kursus yang wajib aku kuasai dan kursus apa yang menjadi ketertarikan Dave. It's so awful, Hana! Aku selalu dituntut untuk jadi bayangan kemanapun Dave pergi. Dia bahkan menjadi bintang tanpa perlu punya tekad untuk jadi seperti itu. It's disgust me a lot. Dave sangat serakah dalam hidup. Dia miliki semuanya. Hidup yang indah, orang tua yang supportif, istri yang juga supportif, anak-anak yang lucu. Yes, I admit it anak-anak kalian begitu lovely. Dengan karir yang bagus dan keluarga yang bagus, He's living a total fairytale." Bahkan saat bercerita, Gilang mampu membuat Hana makan sepuluh suap. Gilang tahu Hana akan memperhatikan ceritanya sehingga ia mengambil kesempatan itu untuk menyendokkan makanan ke dalam mulut Hana secepat yang ia bisa.

Hana menelan makanannya dan menolak apa yang Gilang suapi untuk berkata, "Tapi kamu gak perlu seperti ini! Kalo kamu biarkan aku pergi sekarang, i'll forget everything. Dan aku janji kamu gak akan kena tuntut apa-apa."

Gilang menatap Hana dengan tajam seoolah ia adalah seekor elang yang sedang menargetkan mangsanya. "Aku gak mau juga seperti ini, Hana. Dituntut siapapun aku gak apa. Sejak awal memang aku gak memiliki hidupku. Jadi buat apa aku takut kehilangan?"

"Kamu masih bisa perbaiki segalanya. Aku akan bantu kamu."

Gilang tertawa skeptis. "Tau apa kamu, Hana? Cara kamu untuk meluluhkan tekadku gak mempan. Aku tinggal dengan kebencian ini nyaris selama selama aku hidup."

"Kyra dan Jamie sayang kamu. Mereka tulus sayang kamu. Kids never lie. They knew you have a good heart." Ucap Hana memang benar adanya.

Gilang tersenyum miring. "Aku lakukan kebaikan-kebaikan itu untuk mengelabui kamu. Jangan bilang kamu terlalu mendalami semua kebohongan itu sampe kamu mempunyai harapan aku bisa memperbaiki hidupku."

Gelengan kepala Hana bergerak dengan mantap, "Kamu gak tahu karena kamu belum punya anak. Aku bisa merasakan apa yang anak-anakku rasakan tanpa mereka bilang. Kids never lie about their feeling. Meskipun kamu menolaknya dengan keras, meskipun kamu menyangkalnya dengan keras, suatu hari hati kamu akan bergerak melawan otak kamu."

Gilang menyimpan piring diatas trolley dengan sembarang begitu isinya habis.

"Kalo kamu nyaman dengan pikiran itu, maka kamu boleh berpikir seperti itu disini." Ucap Gilang lantas keluar dari ruangan.

Mata Hana menatap kosong kearah tembok di depannya. Tangan dan kakinya yang kebas bukan lagi jadi perhatiannya. Ia ingin tahu keadaan anak-anaknya saat ini. Kemarin malam ketika wanita paruh baya itu mengantarkan makanan untuk Hana, ia berpesan bahwa ia bisa berteriak jika ia ingin buang air. Dan yang dimaksud untuk buang air disini bukanlah buang air yang dilakukan orang normal pada umumnya. Sebelum ikatan tangan Hana dibuka, Tangan Hana akan dipindahkan pada borgol dan ada katrol eletrik yang digerakkan oleh seseorang wanita lain ketika Hana harus berdiri untuk dibantu buka celana. Bahkan disana rasa malunya dilarang muncul. Dan ia akan buang air pada seember plastik yang akan dibawa keluar ketika Hana selesai memakainya. Ya Tuhan, ini begitu menjijikkan.

Mata Hana masih belum ingin terpejam juga padahal ia sulit tidur tadi malam. Pikirannya terus berkelana pada kabar anak-anaknya, pada nasibnya yang entah sampai kapan hingga ia dapat ditemukan. Atau malah tidak akan ditemukan sama sekali dan Gilang akan berpura-pura seolah ini semua tidak terjadi sehingga ia tidak akan dicurigai apapun oleh siapapun. Dan bagian otaknya yang lain memikirkan akan diapakan Hana setelah ini? dibuang ke laut? Dijual? Hana tidak takut akan itu semua, ia hanya takut anak-anaknya akan kehilangan seorang Ibu diumur semuda itu.

Kupingnya menangkap suara teriakkan wanita dan sesuatu tumpul yang menghantam hal tumpul lainnya. Hana tidak bisa menebak apa yang terjadi karena ia sendiri pun mendengarnya secara samar. Mungkin ruangan ini sedikit kedap suara sehingga kemarin saja ia disuruh teriak jika butuh untuk buang air. Makin didengar, Hana semakin bingung dengan apa yang terjadi. Ia tidak bisa menebak apapun. Apa akan ada tsunami? Tidak. Jangan sampai hal itu terjadi. Dia akan mati konyol di ruangan itu karena tidak bisa menolong dirinya sendiri akibat tali-tali sialan yang mengikatnya.

Tubuh Hana berontak berusaha melepaskan diri dari tali-tali itu meski ia tahu hasilnya nihil. Kemarin ia sudah banyak mencoba dan hanya menyisakan rasa sakit akibat berusaha melepaskan diri dari tali yang mengikatnya ke kursi. Meskipun dia tahu kemungkinannya hampir tidak ada, Hana tetap berontak. Bukan karena rasa optimis, tapi karena ia terlalu marah dan merasa tidak punya kuasa apapun disitu.

"Gilang!!!" teriak Hana sambil menangis. Hana tidak mau meninggalkan anak-anaknya sekarang. Dengan siapa mereka akan tinggal sementara Dave saja sedang tidak diketahui keberadaannya saat ini. "Gilang please! Tolong lepasin talinya!!" teriak Hana lagi.

Pintu seketika menjeblag terbuka. "Gilang aku mohon tolong buka talinya." Ucap Hana lagi. Dari pandangannya yang samar akibat air mata, Hana berusaha membuat pandangannya lebih jelas dengan mengedip-ngedipkan kelopak matanya. Ketika akhirnya pandangan dari mata Hana berangsur membaik, Hana bisa melihat harapan tepat berada disana. "Tolongin aku." Ucap Hana nyaris tanpa suara.



Apakah Gilang akan insyaf lalu luluh dan melepaskan Hana disitu?

terimakasih untuk vote dan komentar-komentar kalian🖤🖤

Nobody's Like You season 2Where stories live. Discover now