Bagian 45 ||Membahas Ritual||

13 19 1
                                    

 Alice yang tadi masih sibuk dengan laptop nya tiba-tiba merasakan hatinya kembali sakit, rasa sakit nya tidak seperti biasanya. Sakit nya terasa dua kali lebih parah dari sebelum-sebelumnya. Logan yang baru saja datang dengan handuk yang melingkar di pinggangnya segera menghampiri Alice yang meringkuk di ranjang sambil mengeluarkan keringat dingin.

"Alice—Alice, ada apa? Apa hati mu sakit lagi?" seru Logan panik, sakin paniknya ia hampir lupa bahwa ia hanya memakai handuk saat ini. Xander tidak di sini, shitt—umpat Logan dengan raut cemas mencari handpone nya.

"H-hati ku, s—sakit sekali Logan!" isak Alice sambil menahan rasa sakit yang menyerang hatinya.Keringat dingin masih membanjiri kening Alice, sementara Logan masih kelimpungan untuk mencari ponsel nya. Saat benda pipih itu sudah berada di tangannya, tangan Logan langsung mencari nomor Xander. Shitt—Umpat Logan lagi, karena kal ini ponsel nya benar-benar tidak bisa di ajak bekerja.

"Alice—apa yang kau butuh kan? Ak—aku sama sekali tidak tau!" ujar Logan

"Xa-xander, dimana dia?"

***

"Apa kau benar yakin bahwa hanya gadis itu yang ada di dalam mimpi mu saat Sebastian melakukan ritual pada kalian?"

Xander yang tadi masih sibuk membolak-balik buku bacaan berjudul 'The Immortal of Life' itu mengalihkan perhatiannya. Lalu menatap sang ayah yang duduk di depannya "Ya, aku rasa hanya dia. Tapi, aku belum bertanya hal ini pada Alice dan juga Logan. Mereka masih istirahat, dan nanti aku akan bertanya pada mereka!"

Xander kembali membuka halaman terakhir dari buku bersampul coklat itu, sudah lama rasanya Xander tidak menemukan bacaan seperti yang sedang ia baca sekarang. Buku sejarah yang dibalut dengan cerita fantasy benar-benar tidak akan membuatnya merasa bosan jika harus mengulang untuk membaca buku itu. Mr.Erick memejamkan matanya, jika Sebastian saja berkata begitu, pasti sihir benar-benar begitu kuat.

Deg—Xander tiba-tiba meletakkan buku itu, jantung berdetak lebih cepat bersamaan dengan hatinya yang terasa sakit. Seperti diremas dan dicabut dari tempatnya. Keringat dingin juga tiba-tiba keluar dari dahi Xander, padahal suhu udara di dalam ruangan Erick benar-benar sejuk. Erick menatap perubahan raut wajah Xander yang bisa ia tebak bahwa lelaki di depannya tidak sedang baik-baik saja.

"Ada apa dengan mu nak? Mengapa wajah mu tiba-tiba pucat?"

Xander menatap Erick, "Alice—aku rasa dia sedang sakit lagi!" guman Xander hendak beranjak dari duduk nya. Brukk—Pintu ruangan mr.Erick tiba-tiba di buka membuat langkah Xander terhenti. Ia menatap Logan yang hanya menggunakan handuk di pinggangnya sedang mengatur nafasnya, ia pastikan bahwa lelaki itu seperti nya berlari dari anak tangga.

Logan mengatur nafas nya yang memburu "Xan—Xander, Alice!Di-"

Brukkk--- "Akrhhh!" teriak Logan saat punggung nya membentur ding-ding di sebelahnya. Ia menatap Xander yang langsung mendorong nya bahkan saat ia masih belum usai berbicara. Logan melongo menatap Xander yang melompati anak tangga dan langsung menuju ke arah kamar mereka. Ia menatap Mr.Erick yang juga ikut bangkit dari duduk nya "Apa Alice sedang sakit lagi?"

"I-iya sir!" seru Logan, tunngu dulu. Darimana mereka berdua tau bahwa Alice sedang sakit lagi? Padahal ia yakin bahwa tadi ia belum sempat menuntaskan ucapannya. Apa mereka memiliki kemampuan baru lagi? Logan segera memperbaiki handuk nya yang hampir merosot, ia segera ikut turun ke bawah.Setidaknya ia harus memakai baju untuk bisa berguna.

Xander langsung melompati anak tangga, ia segera berlari menuju kamar mereka bertiga. Dan, dugaannya benar. Alice sedang meringkuk di atas kasur dengan wajah yang begitu pucat. Wajah Alice berkeringat dengan tangan gadis itu yang memegangi daerah hatinya. Xander segera naik ke atas ranjang itu "Alice, apa sakit sekali?" guman Xander

The Last Weird (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang