Alessandra - 4

106 12 0
                                    

Keesokan harinya, kantor tempat Sandra bekerja..

"Heh ada gosip-ada gosip!"

Sandra yang baru masuk kedalam bilik kerjanya langsung menoleh mendengar suara teman kantornya yang heboh karena ada gosip dadakan.

"Apa La? Pagi-pagi udah gosip aja." Acha, si wanita berkacamata yang sedari tadi sibuk mengerjakan pekerjaannya terganggu karena ulah dari Lala, si biang gosip.

"Kalian tau nggak? Gue liat cucu pak Baskara kerja disini. Ganteng banget! Padahal kalian tau kalau cucu pak Baskara ini penulis. Tulisannya best seller, dia diundang dibeberapa televisi. Kenapa bisa tiba-tiba gue liat dia ada di ruangan sebelah pak Baskara!" Lala mulai mengoceh dan menjelaskan apa yang ia tau. Ruangan mendadak heboh.

"Halah, paling cuma berkunjung doang kali." Acha berkata acuh, kemudian melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Lala bodoamat, ia tetap meneruskan ceritanya pada orang-orang yang masih kepo dengan gosip terbaru.

Sandra tidak mengerti maksudnya karena ia adalah karyawan yang baru bekerja disini sekitar dua bulan yang lalu. Desas-desusnya sih, Sandra tau kalau inisial SNB alias Sakti-Sakti itu adalah penulis. Cucu dari pak Baskara.

Wanita itu juga sering mengantuk, jadi hanya fokus pada pekerjaannya. Setelah selesai, setengah jam makan siangnya Sandra langsung melanjutkan pekerjaannya karena pekerjaannya menumpuk. Sandra tidak mau jika harus lembur, kantor ini serem. Jadi Sandra jarang berbaur dan akrab dengan teman-teman disini. Akrab sih, cuma soal gosip ia tak begitu tertarik.

Paling-paling hanya Beby, teman yang akrab dengannya. Namun berbeda ruangan kerja dengan Sandra.

"San, dipanggil pak Respati tuh keruangannya. Katanya mau diajak rapat, ada project baru." Ryan, asisten pak Respati tiba-tiba menghampirinya.

"Kayaknya gue bakal nggak tidur seminggu ini." Sandra tersenyum tak enak, namun Ryan tertawa. "Sabar, dua hari lagi gajian."

Sandra tertawa kecil, membicarakan gajian ia jadi semangat lagi. Kemudian ia membereskan mejanya dan mengambil beberapa keperluan.

***

"Kek, Rendra nggak yakin bakal jadiin novel Rendra ini komik. Lebih baik Rendra meneruskan naskah yang kurang sedikit ini. Ada beberapa rumah produksi yang mau pinang naskah Rendra jadi sebuah film. Rendra rasa lebih baik dijadikan sebuah film daripada harus komik."

"Oh ya? Kenapa kamu baru bilang? Kakek 'kan jadi belum tau kabar ini." Pak Baskara yang sedari tadi melihat-lihat data di laptop beralih menatap cucunya.

"Tujuan Rendra kemari ya buat kasih tau kakek soal ini." Rendra memutar bola mata malas. Memang sebaiknya kakeknya segera pensiun, tanda-tanda penuaan sudah mulai nampak.

Apalagi kakeknya sudah berusia 75 tahun, meskipun sudah usia senja kakeknya ini masih punya semangat tinggi untuk bekerja dan berolahraga. Bukannya malas-malasan.

"Kakek sudah terlanjur minta Respati buat panggil ilustrator. Kamu sih."

"Kakek.." Rendra menghela napas pelan. "Tapi, Rendra ingin trailer film perusahaan kakek yang buat. Jadi ilustrator dari sini. Nanti ada sebuah sneak peak dalam bentuk animasi. Rendra sudah membicarakan ini sama orang rumah produksi, dan mereka setuju."

"Baik, kakek setuju dengan itu. Paling tidak gara-gara novel kamu, citra perusahaan jadi lebih tinggi lagi. Kalau kakek udah nggak ada, cuma kamu yang bisa kakek pasrahi perusahaan. Erlangga nggak mungkin, dia sudah punya usaha sendiri dan nggak mungkin dia mau."

"Mas Langga emang gitu, Kek. Setelah kepergian Mbak Erika dia jadi lebih tertutup."

"Kamu juga Rendra, jangan karena Karina sudah meninggalkanmu, kamu jangan seperti Erlangga yang takut jatuh cinta lagi. Keluarga kita butuh seorang wanita untuk menghidupkan sesuatu di keluarga kita."

AlessandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang