Bagian 46 ||Sebuah akhir karena sebuah perasaan lemah||

15 20 0
                                    

            Mr.Tanaka lagi-lagi menarik nafas nya dalam, sekolah mereka lagi-lagi dihantui oleh kasus pembunuhan ini. Jika bisa dihitung, dalam beberapa bulan terakhir ini. Sudah ada 4 korban siswi dengan luka yang sama, dan 1 korban siswa. Namun khusus untuk kasus Kyler, sudah bisa di atasi oleh para anggota osis nya yang melibatkan gadis indigo itu sebagai saksinya. Namun kusus untuk kasus seperti yang ada di depannya saat ini, Tanaka benar-benar tidak tau apa yang harus ia perbuat. Karena ia sama bingung nya dengan para polisi yang menyelidiki kasus ini.

"Mr.Tanaka, apa anda menyediakan peralatan seperti ini di sekolah anda?"

Tanaka berbalik saat mendengar sebuah suara dari arah belakangnya, ia lalu mentap sosok polisi yang selama ini terus menangani kasus di dekolah mereka. Ia lalu menatap sebuah kapak berlumur darah yang sedang berada di tangan polisi itu. Tanaka menyergitkan keningnya, ia yakin bahwa ia tidak pernah mengijinkan benda-benda seperti itu untuk di bawa ke sekolah mereka.

"Tidak pak ilham, aku tidak pernah membiarkan barang-barang seperti itu dibawa ke sekolah ini. Jangan kan benda seperti itu, gunting saja tidak bisa di bawa. Semua disediakan oleh sekolah, namun kusus untuk itu. Sekolah tidak memiliki wewenang atas itu!"

"kami akan membawa nya untuk di selidiki oleh pihak kepolisian. Kami juga sudah bekerja sama dengan beberapa intel yang kami sewa, karena kasus ini terlalu rumit. CCTV yang dipasang di lantai 3 selalu rusak ketika ada kasus ini, kami tidak bisa mendapatkan sedikit pun clue dari sini!" ujar Ilham sedikit frustasi dengan kasus ini. Jangankan kasus yang sekarang mereka hadapi, mulai dari kasus pertama pun mereka sama-sekali tidak mendapati sebuah klue. Kecuali kejadian yang selalu terjadi di lantai 3 sekolah ini, kebetulan karena lantai 3 memang di kosongkan karena tidak di pakai. Benar-benar rencana yang matang dan sama-sekali tidak meninggalkan jejak.

Ilham menatap sang kepala sekolah "Sir, apa di lantai 3 ini ada semacam mistis? Maksud ku, semua kasus pembunuhan selalu saja terjadi di lantai 3 ini. 4 wanita meninggal dengan tubuh yang benar-benar rusak, maksud ku. Jika anda pernah mendengar kasus seperti ini sebelumnya, sebaiknya ada mencari peramal juga. Aku harap mereka bisa menemukan apakah lantai 3 ini ada penghuninya atau tidak!" bisik Ilham lalu segera pergi. Bulu kuduknya entah mengapa tiba-tiba berdiri saat membahas penunggu di lantai tiga. Tanaka masih berada di sana dengan beberapa polisi yang mengangkut jenajah korban. Setelah mereka pergi, Tanaka masih diam di dalam tempatnya. Memikirkan apa yang baru saja di katakana padanya.

"Apa mungkin ketika pembangunan sekolah ini, benar-benar tidak ada tumbal?" seru Tanaka bicara pada diri nya sendiri. "Akrhh—mengapa aku bisa percaya pada hal semacam itu? Sudah lah, ini benar-benar membuat ku merasa benci dengan sekolah ini!" seru Tanaka lalu segera berlalu dari lantai tiga.

Tanaka tidak sadar bahwa ada sosok yang memperhatikannya dari balik pintu di depan nya. Tempat mayat tadi berada. Sosok itu terkiki tidak jelas lalu menghilang. Tanaka yang belum benar-benar pergi membalikkan badannya, ia tidak salah dengar bukan? Beberapa menit yang lalu ia mendengar sebuah suara tawa dari belakangnya. Leher Tanaka tiba-tiba meremang membuat ia bergidik ngeri dan berlari menuruni anak tangga. Lebih cepat daripada Ilham yang hampir sampai di anak tangga terakhir. Ilham menatap sang kepala sekolah dengan alis terangkat, bisa-bisa nya lelaki yang lebih tua itu darinya berlari bagai kuda sehat nan gagah.

"Ayah!"

Langkah Ilham terhenti di lantai 1, tepat sebelum Ia memasuki area parker dimana mobil nya berada. Ia menatap sosok putri nya yang berlari padanya, seperti ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Yurippe? Ada apa nak? Ada yang ingin kau sampaikan pada ayah?"

Yurippe memasang senyum nya, "Aku akan menjadi saksi untuk kasus kak Kyler yang juga sedang ayah tangani. Namun, ini akan melibatkan mata indigo ku ayah!" ujar Yurippe membuat Ilham menatap sang putri dengan tatapan bertanya. Ia yakin dan sangat kenal dengan putrinya yang sangat tidak ingin mempersulit dirinya sendiri sekalipun ia tau kebenarannya. Tapi mengapa putrinya sekarang ingin menjadi saksi? Ilham memasang senyum nya, hendak angkat bicara.

The Last Weird (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang