teleioméno pazl

165 15 2
                                    




Nanon tersenyum simpul saat kedua matanya dapat menangkap sebuah pemandangan dimana sang langit bersama bintang-bintangnya bersinar terang, menerangi kesunyian dan gelapnya malam di negara asing ini. Oh, lihat betapa indahnya pemandangan pada malam ini. Beribu-ribu bintang, tanpa ada rasa dengki tersimpan untuk masing-masingnya, dengan masifnya menyinari malam dan mengobati berbagai rasa sendu yang dihadapi oleh para makhluk bernapas yang, sesungguhnya, terlihat sedikit menyedihkan.

Toh, memang beberapa dari para insan bernapas di bumi ini menyedihkan, betul? Apakah salah? Nanon sendiri bahkan tidak terlalu berani untuk menyanggah pernyataan konyol tersebut. Tidaklah perlu untuk mencari sebuah contoh sampai ke penghujung dunia, karena lihat saja Nanon sendiri, yang sekarang dengan naasnya berdiri sambil termenung di balkon super sempit yang terhubung dengan kamar apartmennya yang sudah Ia sewa selama satu bulan ini. Diapitnya erat-erat seputung rokok, menggunakan jari-jari lentiknya yang sekarang sudah tidak seindah bagai semestinya. Tapi sungguh, Ia tidak peduli.

Hidup sudah begitu menyulitkan baginya, tak meninggalkan sedikitpun celah baginya untuk memikirkan hal seperti, "Oh, sial, jari-jari lentikku mulai memucat dan keriput". Oh, tidak, sungguh, Nanon bahkan tidak pernah terpikir sekalipun untuk memperdulikan apa yang dunia ini lihat dari dirinya. Toh, yang memiliki kontrol atas dirinya adalah antara lain dirinya sendiri, apa peduli dengan anggapan orang-orang yang bahkan tidak ingin menyumbangkan satu persen dari kebaikan yang mereka miliki untuk sang pemuda bernama Nanon? Nanon terkekeh. Tidak ada yang peduli. Ia menyesap rokoknya sembari menenggelamkan pikirannya, dalam-dalam, bersama bulan purnama dan bintang-bintang yang sebagian membentuk rasio beberapa zodiak.

Nanon hanya ingin beristirahat, setelah kedua orangtuanya yang penyayang tersebut memutuskan untuk meninggalkan Nanon untuk selamanya, meninggalkan Nanon hanya dengan kenangan-kenangan pilu yang tersisa, mewajibkan Nanon untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Berkuliah dengan kerja sambilan memang sangat melelahkan, rasanya ingin saja Nanon meluapkan semua emosinya, tetapi terhalang oleh sesuatu yang tidak jelas wujudnya.

"Beautiful, isn't it?"

Sebuah sosok tiba-tiba menginterupsi malam merenungnya dengan polos, tanpa ada rasa bersalah. Karena memang, apa yang membuat seseorang mengajak seseorang yang lain untuk menciptakan sebuah suasana dan interaksi baru bagi keduanya salah? Pada dasarnya hal tersebut malah sangat penting dan dibutuhkan, legal.

Nanon menoleh ke balkon apartment sebelah kanannya, dan mendapati sosok pemuda dengan postur tubuh yang sangat bagus, tinggi, tegap, disertai dengan wajah yang memancarkan ketegasan. Indah, sebenarnya. Tetapi tidak terlalu indah bagi Nanon untuk terpana- atau mungkin memang Nanon sendirilah yang sudah mati rasa. Nanon tinggal diam, lanjut menyesap seputung rokok yang masih digenggamnya. Rokok yang sekarang berada ditangannya sekarang tinggal separuh, tetapi Nanon enggan berhenti dan memutuskan untuk melanjutkan candunya, menunggu agar putung rokok tersebut benar-benar habis dilahap waktu.

"Smoking isn't really a healthy lifestyle, young man" sosok tinggi menjulang layaknya gedung pencakar langit tersebut kembali membuka mulutnya, mengakhiri suasana hening diantara keduanya. "You act like you've never tried smoking" balas Nanon dengan nada yang terbilang ketus. Ia suka bertukar opini dengan lawan-lawan debatnya disekolah saat Ia menempuh Sekolah Menengah Atas, tetapi setelah pindah ke negeri asing yang tak pernah tidur ini, Ia lelah berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya- tidak terlalu membuahkan hasil yang signifikan dalam hidupnya. Jika topik yang akan dibahas oleh keduanya tidak terlalu penting, ah- rasanya malas, maka Nanon akan undur diri saja secepatnya.

"I've never stated that I'm against a not healthy lifestyle, young man" jawabnya, diikuti kekehan kecil yang terdengar serak, khas suara orang yang baru saja meraih kembali nyawa mereka setelah melewati masa-masa tak sadar atau dengan bahasa simplenya, terlelap.

FINISHED PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang