Matahari sudah mulai merangkak menuju singgahsana biasa ia tempati. Pria sebatang kara dengan pakaian serba putih itu masih asik terlelap. Padahal, hari ini adalah hari besar. Hari dimana ia diberi kepercayaan untuk memotret seluruh keluarga Kang.
DING!!! DING!!!
Alarm berdering setelah snooze sebanyak tiga kali. Ah, bangunlah Ong Seongwu. Hari ini bukan saatnya kau bertindak ceroboh seperti biasanya...
Jadi, siapa sebenarnya tukang tidur ini? Jawabannya adalah Ong Seongwu. Ia adalah seorang pelukis yang dikenal di dunia realis. Ia bisa melukis seolah-olah lukisan itu adalah hasil jepretan. Kecintaannya terhadap fotografi dimulai ketika ia mema—
BRUK!!
Akhirnya..
"Aww!" tubuh ringkih itu terhempas keras ke atas ubin kayu rumahnya. Kamu mimpi apa, sih, Wu? Mimpi jadi kayu, kah..
Ia mengusap-usap pinggang rampingnya yang menjadi sasaran ubin paling pertama tadi. Mata penuh beleknya memperhatikan sekitar, seperti biasanya. Seongwu berdiri lalu berjalan ke arah dapur kecilnya. Mengambil air di kulkas, membukanya, dan meminumnya dengan rakus sampai ia tidak sengaja melirik jam keropi hadiah dari pacar pertamanya.
BYURRRRR.
Ya, air yang harusnya menyegarkan dahaga malah menyembur begitu saja. "H- HAH.. JAM 8? MATI AKU" setelah melempar dengan sembarang botol air mineral itu, ia buru-buru berlari menuju kamarnya. Berganti dengan baju yang bisa ditangkap radarnya, mengambil seluruh peralatan potretnya, dan tidak lupa membelai peliharaan kesayangannya, Camoy.
"H- halo? Paman Min?" ia sedang berusaha menghubungi sekretaris keluarga Kang, Min Junho. "Aish, Seongwu-ya? Aku sudah ribuan kali mencoba menelponmu dari tadi, kemana saja kau?!" bentaknya. "Maaf, Paman. Ada sesuatu yang harus aku urus." Seongwu hanya bisa meringis. Proyek ini nilainya sangat besar. Sangat sayang jika ia harus kehilangannya.
•
S
etelah harus menerima omelan via telfon dan menginjak gas hingga 80 km/jam, Seongwu akhirnya memasuki komplek elit dimana Keluarga Kang tinggal. Rumah-rumah bergaya eropa dengan minimal 2 kendaraan terpakir di garasinya ini tampak sepi, padahal jam baru saja menunjuk angka 8.24.
"25A.. Hmm, dimana kamu 25A" Seongwu memelankan laju mobilnya dan mencondongkan tubuhnya agar bisa lebih leluasa melihat nomor-nomor rumah.
Tepat di ujung jalan, rumah paling besar, 25A tertera di depannya. Di depan rumah itu, banyak terparkir mobil-mobil mewah. Sepertinya, itu mobil keluarga Kang lainnya yang sengaja datang untuk dipotret.
Setelah memarkirkan mobilnya, mengambil peralatan potret, dan membenarkan tatanan rambut hitamnya, Seongwu segera berlari menuju rumah keluarga Kang. "Yak, Seongwu!" pria paruh baya dengan stel-an rapih menghampirinya. "Ayo masuk! Keluarga Kang telah menunggumu sedari tadi." glup, perkataan yang Seongwu yakin ia adalah Sekretaris Min membuat semua kepercayaan dirinya menguap. Harusnya ia datang lebih pagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Flowers Bloom
FanfictionKisah tentang fotografer terkenal, Ong Seongwu, yang bekerja untuk keluarga Kang. Permainan takdir membawa Seongwu bertemu dengan Euigeon, putra sulung keluarga Kang, yang masih mempertanyakan orientasinya ketika ia sudah bertunangan dengan seorang...