Part 28

466 81 4
                                    

Setelah selesai makan, Abigeal dan Brandon kembali ke kelas. Murid-murid yang lain juga sudah mulai ramai berdatangan. Ada yang kelihatan panik karena lupa kalau mau ujian. Ada yang terlihat biasa-biasa saja, bukan karena sudah siap tempur, tapi karena tidak peduli. Ada juga yang masih memutar-mutar buku pelajaran untuk membacanya lebih teliti lagi.

Sementara itu, Adrian, Ranggel, dan Dion mereka sudah berada di kelas saat itu. Brandon yang mengantar Abigeal ke kelas langsung pergi begitu saja. Karena dia akan menemui wali kelasnya untuk meminta kartu nomor peserta ujian yang belum sempat dimintanya hari sabtu. Kali ini rambutnya sudah memenuhi kriteria untuk mengambil kartunya.

"Wei, Bos. Pagi-pagi udah jalan berdua aja nih!" seru Ranggel saat Abigeal baru masuk kelas.

"Kenapa emang? Ada masalah?" jawab Abigeal sewot.

"Enggak sih, biasa aja," jawab Ranggel.

Abigeal menoleh ke arah Dion yang tidak menyambutnya dengan senyuman pagi ini. Dion tampak kesal karena ada Brandon tadi, tapi Abigeal pikir Dion seperti itu karena merasa terancam dengan ujian yang akan menyapa Dion yang baru saja pindah sekolah. Pasti akan sulit baginya, apalagi sistem pembelajaran di luar negeri tidak sama dengan sistem pembelajaran di Indonesia.

"Bos, jangan lupa bagi-bagi ya," ujar Adrian memutar-mutar pena ditangannya untuk mengisyaratkan agar Abigeal memberinya contekan.

"Tenang aja, 'kan ada Dion!" ujar Abigeal sedikit yakin dengan kemapuan Dion yang mampu menyusulnya dalam pelajaran sebelumnya.

"Tapi 'kan mencontek itu enggak baik," jawab Dion.

"Lo enggak mau ngasih kita contekan nih? Kita 'kan teman?" tanya Ranggel yang merasa sedikit kurang setuju dengan jawaban Dion. Padahal Dion bilang seperti itu untuk kebaikan mereka agar tidak malas berpikir.

"Eh, bukan gitu! Iya deh, 'ntar aku kasih contekan kok," jawab Dion yang tidak mau mendapat tanggapan buruk dari teman-temannya.

Beberapa saat kemudian. Akhirnya ujian di mulai, seperti biasa tidak ada yang berani bersuara karena takut ditegur oleh pengawas ujian. Yang terdengar hanya bisik-bisik dari Adrian dan Ranggel yang mencoba meminta jawaban kepada Abigeal dan Dion.

Untung saja pengawasnya tidak begitu memperhatikan mereka. Pengawas saat itu sedang mebaca soal-soal yang tengah mereka kerjakan.

Selang beberapa waktu, Abigeal mampu menyelesaikan ujiannya lebih awal. Abigeal yang sudah selesai mengerjakan ujiannya mengambil donat yang ada dalam tas dan memakannya dengan hati-hati.

"Bagi donat dong, Bos," bisik Adrian yang melihat Abigeal yang sedang mengunyah donat.

Abigeal menggeleng, kali ini dia tidak mau rugi untuk kedua kalinya. Kemaren donatnya dimakan Brandon dan sekarang dia tidak mau Adrian yang memakan donatnya. Abigeal segera melumat habis donat itu sambil memunggungi Adrian yang menatapnya kesal.

"Geal, ngapain makan donat sambil ujian?" tegur Dion sambil berbisik.

"Udah siap kok, ujiannya," jawab Abigeal santai.

"Siapa yang sudah siap itu?" suara pengawas membuat Abigeal memperbaiki posisi duduknya yang semula membelakangi pengawas dan sekarang menghadap ke arah pengawas.

"Saya sudah siap, Bu." tegas Abigeal mengangkat tangannya.

"Saya juga sudah." sambung Dion ikut mengangkat tangannya.

"Yang lain belum siap?"

"Belum, Bu," jawab yang lain hampir bersamaan.

"Ya, sudah. Abigeal dan Dion boleh mengumpulkan lembar jawabannya dan silahkan ke luar agar yang lain tidak terganggu."

The Direction (End✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang