Gadis berambut panjang itu baru saja pulang dari kuliahnya, setelah ia menyelesaikan beberapa urusan yang mendadak harus ia kerjakan sebelum di wisuda nanti. Ranselnya ia lempar ke sembarang arah, dan merebahkan diri diatas sofa sambil memejamkan mata.
Nama gadis itu Athala, anak terakhir dari keluarga Keenandra. Ia hanya 3 bersaudara dan 1 kakak tiri. Tidak mengharapkan seorang adik karena itu sangat merepotkan, pikirnya sendiri.
"Tadi ada cowok kerumah datang, lo lagi di kampus."
Lantas Athala langsung mendudukkan dirinya, kepalanya sedikit pusing karena ia memiliki riwayat darah rendah, "Siapa nyet?"
"Kalo nggak salah namanya Nandan, dia seumuran sama kak Bambang."
Gadis itu langsung menepuk kepalanya, "Mati gue."
Wonu adalah sang kakak dari gadis itu, ia melihat adiknya dengan tatapan bingung, "Seharusnya lo bersyukur dilamar cowok, daripada nggak ada sama sekali."
"Gimana sama Daniel?"
"Emang lo pacaran sama dia?"
"Nggak si, tapi gue suka sama dia."
"Gue lebih suka Nandan, soalnya dia kelihatan dewasa. Lumayan dapat adik ipar yang sefrekuensi sama gue."
"Wonu sialan," jawab Athala kemudian langsung pergi menuju kamarnya, meninggalkan Wonu dengan muka bingungnya kembali.
-My husband is a tukang sate-
Flashback, sehari sebelumnya.
Athala sedang berdiri di trotoar jalan bersama temannya, mereka berdua menunggu ojek online yang sudah di pesan. Sembari berbincang sedikit.
"Safiya, hari Minggu jadikan nonton bareng?" tanya Athala.
Safiya yang sedang memainkan ponsel menoleh, kemudian tersenyum manis kearah lawan bicaranya, "Jadi dong, lo bawa Daniel?"
"Nggak lah."
Kemudian ojek online milik Safiya datang, meninggalkan Athala sendirian.
"Gue duluan ya Thal," Safiya melambaikan tangannya, kemudian ojek itu langsung pergi dengan kecepatan normal.
Athala masih menunggu sambil melihat kearah tukang sate diseberang sana, melihat sate membuat perutnya menjadi lapar. Lantas ia langsung menyeberang dan memesan 1 porsi sate.
"Bang, satu porsi, sambel kacangnya dikit aja, lontongnya jangan banyak, oh iya di bungkus aja," ucap Athala.
"Maaf neng, satenya habis."
"Aduh bang saya lagi kepengen banget nih."
"Besok bisa beli lagi, neng kuliah di sini kan?"
Athala mendengus kesal, ia melihat kearah wajah tukang sate itu.
Sebentar. Kok bisa seorang pedagang memiliki wajah yang rupawan, postur tubuh seperti Oh Sehun, dan kulitnya seputih susu.
"Kalo mau sate setiap hari, mending nikah sama saya aja neng."
Sepertinya tukang sate itu memiliki rupa yang bagus, namun tidak dengan mulutnya. Bisa-bisanya ia mengajak nikah seorang gadis kuliahan seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My husband is a tukang sate | ON GOING
Romans"Gimana? Mau nikah sama saya?" "Nggak ya." "Yaudah besok saya datang kerumah buat melamar kamu." Gadis yang masih berumur 23 tahun itu kesal, sangat kesal. Tentu saja sudah menolak mentah-mentah tukang sate itu, tapi dengan gampangnya ia melamar lan...