Suara ricuh terdengar memenuhi lapangan basket. Banyak dari kaum hawa yang berteriak teriak, memanggil nama jagoan mereka. Keringat bercucuran di tubuh para pemain, membuat para kaum hawa semakin menjerit histeris.
Seperti saat ini Zico dan kawan kawannya sedang bertanding basket. Memang anak IPA dan IPS setiap sebulan sekali bertanding basket untuk mengasah sampai mana kemampuan basket antara anak IPA dan IPS. Pertandingan ini di selenggarakan oleh pembimbing ekstrakurikuler basket.
Keringat Zico bercucuran memenuhi mukanya yang membuat siapa saja berteriak histeris, mungkin banyak dari mereka yang ingin sekali menyeka keringat Zico. Zico mewakili anak IPA untuk bertanding, bahkan dia adalah kaptennya, jadi jangan ditanya lagi gimana kemampuan bermain basketnya.
Prittttttt
Suara peluit telah berbunyi menandakan bahwa permainan telah usai. Pertandingan tersebut ternyata di menangkan oleh anak IPS, memang tidak usah di ragukan lagi bagaimana permainan mereka, karena memang anak IPS banyak yang berbakat di bidang non akademik dari pada akademik nya, sedang kan anak IPA kebalikannya, mereka malah banyak berbakat di bidang akademik.
Zico dan kawan kawan berjalan menuju pinggir lapangan buat istirahat sejenak. Jika di tanya lelah? ya pasti jawabannya iya, kecewa? Itu apa lagi karena walaupun sudah mengeluarkan semua kemampuan mereka nyatanya tidak bisa pernah menang. Memang selama ini jika mereka bertanding selalu kalah walaupun anak IPA ada Zico yang cukup baik dalam permainan bola basket, tapi nyatanya tidak bisa mengimbangi permainan anak IPS, terutama Nino ketua Tim basket SMA Pancasila ini, dia bahkan selalu menang di berbagai perlombaan.
Zico menyenderkan kepalanya di tempat duduk para murid yang menonton. Nafasnya begitu memburu akibat dari kegiatan olahraganya. Keringat yang membanjiri pelipisnya, tidak sedikitpun mengurangi ketampanannya, bahkan itu menambah damage nya kata anak zaman now.
"Yah zic kita kalah lagi." Ucap Riski yang berada di samping Zico, dia sama sama lelahnya akibat dari pertandingan ini.
Zico menoleh ke arah Riski. "Ya itu kan takdir, Lo tahu sendiri kan lawan kita bukan orang sembarangan. Jadi kita harus lebih giat latihan!" ucapnya dengan bijak.
"Iya sih, tapi kapan kita menang. Dari dulu sampe sekarang selalu saja kalah." Keluh Riski sambil menyeka keringat yang ada di dahinya.
"Ya berarti Lo harus usaha lagi." Sahut Yuda.
"Iya bener tuh, kita harus usaha lagi, Lo tahu sendiri kan gimana skill nya anak IPS." Ucap Noval yang ikut menimpali. "Apalagi Nino, kemampuannya nggak usah di ragukan lagi."
"Kemampuan gue udah gue keluarkan semua man. Tapi masih saja kalah." Gerutu Riski
,,,,,,,,,,"Dari mana Lo Nil?" Tanya Yuni yang baru saja melihat Nila masuk dalam kelas.
Nila yang baru saja sampai kelas langsung menuju tempak duduk Zelin dan Yuni. "Biasa cari cogan." balasnya setelah sampai di depan mereka.
Yuni langsung saja menonyor kepala Nila. "Otak Lo isinya cuma cogan melulu, emang nggak ada yang lain apa." Cibir Yuni sambil memutar bola matanya jengah.
Zelin cuma asik melihat perdebatan mereka sambil mengunyah permen karetnya. Dia enggan sekali untuk mengikuti aksi perdebatan dari para sahabatnya ini.
Nila pun meletakkan bokongnya di depan bangku yang di tempati Zelin dan Yuni. Lalu posisi nya pun kini menghadap ke arah belakang.
"Lo tahu sendiri kan cogan itu ibarat pengisi daya gue." Ucap Nila mendramatisir.
"Gue kalau lihat cogan tuh mata gue langsung melek."
"Emang tadi Lo lihat cogan di mana?" Tanya Yuni yang memandang Nila penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED
Teen Fiction# rank 1 goodboy, (22,23 -9-2021) # rank 2 sma (28-9-2021) # rank 5 ceritapendek(29-9-2021) Dia yang mendapat julukan The Queen Of Bullying, si troblemaker, dan si bad girlnya SMA Pancasila. Dia mempunyai kecantikan di atas rata rata, walaupun mem...