23

701 98 16
                                    

Seluruh tubuh Hana serasa sulit digerakkan saking ia tidak percaya terhadap yang ia lihat. Dave berdiri di pintu. Suaminya berdiri disana, memandangnya dengan pandangan tidak percaya akan apa yang ia lihat pada Hana. Bahkan Dave tidak banyak berubah seperti semua ini tidak terjadi. Apakah harus seperti itu? Hana yakin untuk mengurusi masalah ini saja sudah ruwet, ditambah dia harus mengurusi penampilannya juga agar tetap segar. Mungkin selama ini Dave harus menjaga keprofesionalannya karena harus meminta bantuan korporasi lain.

Dave buru-buru mendatangi Hana, mengangsurkan satu pisau lipat ke dalam genggaman tangan Hana dari saku belakang celananya sementara Dave juga membantu memotong tali dengan pisau lipat miliknya. Suara pertempuran itu masih disana, entah siapa yang berkelahi namun tubuh Hana menegang ketika melihat Gilang memasuki ruangan dengan tenang. Tenang yang dibenci oleh Hana. Entah apa yang Gilang ambil untuk ia arahkan tepat di belakang kepala Dave, yang pasti berhasil membuat Dave mematung disana.

Hal itu membuat Dave menjatuhkan pisau lipat yang ia pegang setelah berhasil membuat talinya lebih longgar meski Hana masih perlu usaha untuk bisa mengeluarkan tangannya dari sana. Kedua tangan Dave terangkat ke atas kepala. Ia bukan menyerah, tapi ia cukup punya akal sehat bahwa kini tandingannya adalah senjata api.

"Here we go again, the perfect Mr. and Mrs. Gitara are finally reunited. But maybe this is the last time both of you meet each other." Kalimat Gilang lolos dari mulutnya dengan ringan seolah barusan yang dia katakana adalah pembuka kalimat yang tepat dan begitu menyentuh.

"Gilang, you win. I'm surrender." Ucap Dave pelan. "You clearly hear me. Don't shoot us, please." Ya Dave tahu betul jika Gilang menembakkan pelurunya, maka peluru itu menembus kepalanya dan dalam jarak sedekat ini, Hana bisa jadi taruhannya juga.

"Oh wow, the great Gradeva Gitara just begged me?" Gilang tertawa seakan apa yang Dave katakana tadi adalah lelucon. "Hana, thank you. Kamu sudah bantu aku mencapai titik puncak dunia."

"Please let my wife go." Kata Dave.

"Kenapa? Kamu harus lihat satu persatu hal indah dalam hidup kamu mulai menghilang. I won't kill her of course, itu bakal terlalu mudah buat kamu. Saya ingin lihat kamu suffering seumur hidup kamu dan merasakan apa yang saya rasakan selama ini."

Dave masih mempertahankan posisinya lantas bertanya, "Kamu mau apa sekarang?"

Gilang berdecih lantas tertawa garing. "Saya bisa minta apa sama kamu yang sudah tidak punya apapun?"

"Saya bisa beri tawaran menarik." Ucap Dave tenang dan percaya diri. Dia sudah terlatih untuk menyembunyikan emosinya dihadapan lawan bisnisnya. Tapi setelah itu dalam hitungan detik, Dave memutar tubuhnya lantas menangkis tangan Gilang sehingga senjata api yang ia pegang terlempar asal.

Hana dengan sigap melepaskan diri dari lilitan tali. Ia tidak mau kehilangan momen ini. meskipun perhatiannya cukup terdistraksi karena di depannya kini suaminya dan Gilang sedang baku hantam, tapi Hana tahu bahwa ia tidak bisa tenang sekarang. Ia harus buru-buru melepaskan diri sebelum anak buah Gilang datang.

Usaha tidak mengkhianati hasil. Setelah peluh dan tangis ikut menemenai Hana dalam meloloskan diri, akhirnya ia bisa terlepas dari lilitan ke kursi. Tubuhnya merasa kaku pasti. Tapi tekadnya lebih besar saat ini. ia lari berusaha menjangkau pistol yang berada di ujung ruangan. Tentu ia kalut kalau-kalau anak buah Gilang akan lebih dulu mempointnya dengan pistol melik mereka.

Begitu tangannya berhasil menggenggam apa yang Hana tuju, Hana menyandar pada tembok. Tangannya membidik ke depan meski gemetaran. Seluruh tubuhnya masih merasa kaku, namun ia terpaksa harus membidik kalau-kalau sesuatu terjadi. Hana tahu sedikit Teknik menembak. Bukan karena ia tertarik akan hal ini, melainkan karena dulu Dave memaksa agar setidaknya Hana tahu dasar-dasarnya.

Tangannya masih gemetar. Ia takut salah sasaran sehingga beberapa kali melewatkan kesempatan untuk menembak Gilang. Bukan bermaksud membunuhnya, Hana hanya ingin melumpuhkan Gilang dengan menembakkan peluru ke area non-vital. Hana menangis lagi. Ia merasa lemah sekarang. Tapi kemudian dua wajah anaknya berkelebat di depannya. Membuat tekdanya menjadi bulat dan menembakkan dua peluru begitu kesempatan itu datang.

Tubuh Hana membeku dengan posisi itu. apakah baru saja ia benar-benar habis menembak Gilang? Apakah Gilang masih hidup? Ia tahu Dave lantas mengambil Tindakan untuk lebih melumpuhkan Gilang dengan balik mengikat kaki dan tangannya meski ia masih terkejut dan kupingnya penging akibat suara tembakan.

Langkahnya yang seikit gontai perlahan mendekati Hana yang masih mematung karena shock. Ini pasti berat untuknya. Dengan cara pelan dan super lembut, kedua tangan Dave mengunci tangan Hana yang masih membidik dengan senjata api. "It's ok, Pearl. Semuanya selesai sekarang. Kamu lepasin ya, pistolnya. Kamu gak bunuh Gilang, he's still alive. Ok, slowly, kamu bisa lepasin pistolnya dan kasih ke aku." Ucap Dave lembut.

Seperti terhipnotis, Hana menurut. Ia melepaskan genggamannya dari pistol lantas menatap kosong ke langit-langit lalu menangis kencang. Tubuhnya tidak kuasa untuk menolak ketika Dave membawa Hana ke dalam pelukannya. Pelukan ini, pelukan yang begitu ia rindukan.

Tangan Dave terulur untuk mengusap puncak kepala Hana. "We will go home soon I promise, Pearl. Everything is done." Ucap Dave lagi. "We'll take Kyra and Jamie to buy ice cream after school. Mau?"

Lantas tangis Hana pecah lagi. Ia rindu kegiatan itu. kepalanya mengangguk setuju atas apa yang Dave tawarkan. "Iya.. mau."





Inikan yang kalian tunggu?!!! Gimana rasanya ketemu Dave lagi?

terimakasih sudah vote ya🖤🖤

Nobody's Like You season 2Where stories live. Discover now