Chapter 1.1

2.9K 159 2
                                    

Lisa's POV (Office)

Aku berbalik dan memarkir mobilku, memandang ke arah luar dan menghela nafas, menatap cincin kawin di jari manisku, aku mengusapnya dengan ibu jariku sebelum aku mengambil tasku dan keluar.

Sudah 3 bulan sejak terakhir kali pergi ke sini, aku membuat diriku sibuk dengan kasus-kasus yang ditugaskan padaku, aku berada di TKP seorang wanita berusia 20 tahun, terbunuh di dalam liftnya ketika Chief ku menelfonku, jadi disinilah aku sekarang, menyapa setiap pejabat yang ku temui.

P.O: “woah, Letnan Manoban! Senang akhirnya bisa bertemu denganmu!"

Aku hanya memberi hormat dan kemudian tersenyum malu-malu, aku melewati pintu yang familiar, sedikit terbuka jadi aku mengintip ke dalam untuk melihat orang yang ku harapkan bertemu, masih sama dengan alis yang berkerut sambil memijat pangkal hidungnya saat ia mendengarkan komplain di depannya. Aku terkekeh dan mengetuk pintunya.

“Masih dengan masalah yang sama Officer Kang?”
Aku tahu dia terkejut melihatku, aku tersenyum dan dia menggelengkan kepalanya, dia melambaikan tangannya, tanda bahwa dia tidak ingin aku ada di sini, aku tertawa ketika dia berbicara,

"Persetan denganmu Manoban! Pergi dari hadapanku"

"Aku akan menganggap itu sebagai iya, sampai jumpa lagi officer!"

“Ya, aku harap melihatmu di sini selama minimal 2 hari atau lebih!”

Aku memutar bola mataku, aku punya kantor di sini tetapi aku tidak menggunakannya selama berbulan-bulan, akan tetapi mereka mengatakan ruanganku tetap bersih, jadi ketika aku kembali,aku mensyukurinya. Aku menggelengkan kepalaku ketika aku mengingat Seulgi, dia masih terjebak dengan masalah yang sama, kasus perampokan.

Aku berhenti di depan pintu ruangan Chief ku dan mengetuk pelan, ketika aku mendengar dia berkata "masuk" aku perlahan membuka pintu dan melihat dia duduk di kursinya menungguku, dia tersenyum dan berdiri ketika aku masuk ,

“Officer Manoban! Ayo silahkan duduk! ”
Aku duduk setelah berjabat tangan dengannya, aku duduk di depannya sementara dia kembali ke kursinya, dia memberiku folder, dan aku mengerutkan alisku saat melihatnya.

"Saya dengar Anda sedang manangani kasus sekarang"

Aku membalik-balik halaman pada folder yang ia berikan dan mengangguk sebagai tanda aku mengiyakan pertanyaannya, aku menyilangkan kakiku saat bersandar di kursi,

“Iya Chief, ada bukti seperti bunuh diri, tapi memang ada yang salah, maka dari itu saya sebut pembunuhan, buktinya masih belum kuat tapi kita mampu mempertahankan wewenang kita”

Aku berkata yang sebenarnya, dia masih Chief kami jadi dia perlu tahu semua yang kita lakukan, dia mengangguk sambil menepuk tangannya di atas meja, dia melipat tangannya menatapku dengan saksama, sampai saat ini aku masih tidak tahu kenapa dia memanggilku.

"Dengan segala hormat Chief, tentang apa pertemuan ini?"

"Apa yang kau lihat di depanmu?"

Dia menunjuk folder di depanku, aku mengerutkan alisku, pertanyaan macam apa itu?

“Kasus tentang dua remaja yang hilang di hutan petik Chief”
Dia mengangguk dan bangun, dia duduk di mejanya, aku masih menatapnya dengan bingung.

“Sebenarnya ada tiga, Letnan. Satu orang selamat tapi dua masih hilang”
Dan sebelum aku bicara, dia menepuk pundakku, itu membuatku tegang,

"Dan saya ingin Anda menjadi salah satu petugas yang menangani kasus ini Letnan Manoban"
Aku mengangguk tetapi ada satu hal menarik perhatian ku. Salah satu petugas? Jadi ini bukan hanya tim ku?

A Bullet for LieutenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang