Selalu butuh alasan untuk menyukai olahraga, entah untuk senang-senang, cuci mata, cari perhatian pujaan hati, demi konten, demi snap wa biar gak sepi atau target berat badan ideal? Ah, apapun itu, jarang yang merasa ikhlas suka rela berolahraga tanpa alasan, apalagi olahraga di hari Minggu.
"Haura latisha," teriak jelmaan musang yang jauh duduk di bawah ring basket.
Tak aku perdulikan orang itu, jam 5 pagi sudah ada depan rumah, mau ngajak jogging katanya. Semalam turun hujan, bisa kalian bayangkan betapa dinginnya pagi ini?
Suhu udara yang seperti ini enaknya di rumah, rebahan sambil nonton kartun. Apalagi Minggu woy, rasanya punya banyak kegiatan di hari Minggu itu malasnya subhanallah.
Sadam sudah berada di hadapanku, mungkin anak ini kesal karena tak aku perdulikan. "Sekarang gue setuju sama title yang Rudi kasih buat Lo, Miss mager. Lo emang beneran mager banget."
"Salah lo, ini tuh hari Minggu."
"Ya kemaren lusa hari Jum'at, terus kenapa?"
"Males ih, buat apa lo datang ke rumah ngajak gue olahraga pagi-pagi banget kayak gini? Mending tiduran sambil nonton kartun."
"Heh, gue itu sahabat yang baik, peka gue tuh. Lo gak ingat semalam lo bikin status apa?"
Aku mencoba mengingat. "Ngebucin abege gue, ngeshare fotonya si gemoy Fiki-unity. MasyaAllah banget sih anak itu, udah cakep, pintar, baik hati."
"Bukan yang itu, sebelumnya." Aku berpikir cukup lama, Sadam memukul kepalaku dengan ponselnya.
"Sakit ih," aku merengut.
"Lagian lama banget mikirnya, itu loh ya lo bilang berat badan lo naik 250 gram," ingatkan Sadam. Ah, manusia ini, alasan yang sungguh tidak masuk akal. Padahal aku membuat snap WA seperti itu juga bukan berarti minta buat turunin berat badan. Aku hanya bercanda, kenapa manusia ini menganggapnya lain.
250 gram bahkan sangat jauh untuk sampai satu kilo. Apa aku segitu takut gendutnya? Berat badan naik 250 gram saja sampai harus olahraga? Sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran Sadam.
"Astagfirullahalazim, nangis gue punya teman kayak, lo."
"Harusnya lo bersyukur punya temen kayak gue, Ra. Gue peka banget, kan?"
"Bahkan BB gue gak naik sampai satu kilo, kok lo lebay sih? Gue kan cuma bercanda bikin status kayak gitu. Atau emang kelakuan lo aja nih biar bisa jogging bareng gue," tuduhku.
"Kan, lo malah nuduh gue. Gak menghargai niat baik gue banget."
"Terserah deh, gue mau balik, dingin banget." Aku berdiri hendak pergi, tapi Sadam mencekal tanganku.
"Mau pulang naik apa? Ngesot? Lo ke sini nebeng gue," ingatkan Sadam.
"Angkot bisa." Aku lepaskan cekalan Sadam, pergi meninggalkannya .
Sibuk merogoh saku, berniat mencari lembaran kertas yang bisa dipakai untuk membayar angkot. Namun nihil, tak satu lembarpun yang aku punya. Terlalu percaya diri meninggalkan Sadam, sekarang mau pulang pun bingung tak punya uang.
Tangan hangat bertaut dijariku. "Bingung ya, mau pulang gak punya uang?" kata Sadam.
"Kok tahu?"
"Tahu lah, kerjaan lo emang kayak gitu. Udahlah balik bareng gue aja, kita gak usah turunin berat badan lo, kita naikin berat badan lo aja, yang tadinya naik 250 gram biar jadi satu kilo," kata Sadam, aku mengernyit bingung, "kita makan, belum sarapan, kan? Yang ini lo pasti gak bakal nolak. Ah, jelas gak mungkin nolak lah, kan gue yang bayar. Lo mana ada duit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Kecil Ngomongin Cinta?
Teen FictionTAK KENAL MAKA TEMENAN! ADA BAIKNYA FOLLOW SEBELUM BACA HIHI BERTEMAN ITU INDAH KAWAN, BOLEH CHAT AKU JIKA MAU NGOBROL-NGOBROL ATAU KENALAN (siape elu, ngapa gua harus kenalan sama elu? Sok akrab bet dah ngajak ngobrol wkwk) Beri dukungan dengan vot...