Aku adalah mahasiswi h-1, dimana saat diberi waktu satu Minggu tenang, maka aku akan belajar h-1 sebelum UAS dimulai. Ini juga berlaku bagi tugas yang lain.
Prinsip hidup : "jika kamu bisa mengerjakannya esok kenapa harus hari ini."
Mohon untuk tidak ditiru, sungguh bukan aku yang bicara seperti itu, tapi Squidward. Squidward adalah panutan ku!
UAS hari pertama dimulai, jadwal hari pertama UAS pukul delapan pagi, saat hari biasa datang ke kampus jam delapan pas, maka selama UAS bisa menjadi mahasiswa teladan lebih dulu. Pukul tujuh lebih tiga puluh sudah ada di kelas, merapikan kursi beserta tanda untuk siapa kursi itu.
Duduk di bagian tengah adalah tempat yang pas saat UAS, jika kamu tegang di depan, tidak disarankan duduk di belakang yang katanya enak bisa nyontek.
Kata siapa?
Kata gue barusan, kan gue yang ngomong. Berdasarkan beberapa pengalaman sendiri tentunya. Kalau duduk di belakang, sementara di depan belum penuh, maka harus dengan senang hati duduk di depan, karena jarang dosen pengawas minta yang tengah maju ke depan, sudah pasti yang belakang yang maju ke depan.
Aku sudah mengatur kursi, dan untuk siapa kursi itu. Tentunya atas perintah teman-teman. Menjadi tukang bangku selama UAS itu enak, kamu bisa memilih mau dekat siapa dan di mana kamu duduk, betul?
Betulin aja sih, biar seneng!
Diantara yang lain, duduk samping Kak Shita adalah keberuntungan, ditambah Kak Shita yang memintaku duduk di sampingnya. Hoki sekali bukan?
"Dek, lo belajar gak?" tanya Kak Shita.
"Gue? Ya kagak lah, buka materi aja baru semalem. Baca sekali doang udah ngantuk."
"Mampus, gue gak belajar lagi."
"Gak belajar juga lo mah pinter, Kak. Gue gak percaya sih kalau lo belum belajar."
"Kan, suudzon aja sama gue. Nanti gue nanya lo ya, lo kan pinter ngarangnya."
"Dan lo percaya sama jawaban gue?" Dalam hal karang-mengarang aku memang bisa, apapun yang penting masuk akal, urusan benar atau tidak itu urusan nanti.
"Mau gak percaya juga setiap lo bilang lo ngarang bebas ujungnya lo selalu dapat nilai gede."
"Iya deh," ujarku. Padahal, mungkin hanya beruntung saja.
"Samping lo Laras ya?"
"Iya, nanti ngomel kalau gak gue kasih tempat samping gue."
"Berarti samping gue Rudi, biar gak buntu-buntu amat."
"Gue di mana?" ucap Sadam yang baru sampai.
"Di depan!" ujarku dan Kak Shita barengan.
Lebih baik anak itu di depan dengan Arun, mengalihkan perhatian dosen pengawas adalah keahlian mereka. Karena jika dosen sudah mulai enek sama ocehan mereka, maka ada alasan dosen izin keluar sebentar.
"Di depan lagi, seneng banget bikin gue sama Arun jadi bahan gibahan dosen."
Kalau kalian tahu, setiap ujian Sadam dan Arun memang sering duduk di depan, dan ujungnya mereka akan jadi bahan gibahan di ruang dosen. Bukan karena menyontek, tapi karena rebutan pensil, ngajak ngobrol soal, sampai nanya jawaban sama dosen. Berani banget gak tuh? Sampai ada soal yang susah, dan dengan beraninya mereka bilang, "Pak, soalnya susah banget, kenapa bikin soal kayak gini?"
"Suka-suka saya. Orang sudah disetujui."
"Yang menyetujui siapa sih, Pak?"
"Wakil rektor II, berani kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Kecil Ngomongin Cinta?
أدب المراهقينTAK KENAL MAKA TEMENAN! ADA BAIKNYA FOLLOW SEBELUM BACA HIHI BERTEMAN ITU INDAH KAWAN, BOLEH CHAT AKU JIKA MAU NGOBROL-NGOBROL ATAU KENALAN (siape elu, ngapa gua harus kenalan sama elu? Sok akrab bet dah ngajak ngobrol wkwk) Beri dukungan dengan vot...