30. Jadian

83 13 0
                                    

~Teriak adalah salah satu cara melepas marah yang tertahan. Teriak adalah bagian dari cara kita mengekspresikan perasaan~


Ketika kalian marah, kalian memilih diam, tapi ketika kalian mulai lelah, maka teriak bukan masalah. Sama sepertiku, terlalu memendam amarah karena rindu akan temu, tapi kenyataan berkata kita sudah tidak bisa bersama, bahkan untuk saling menyapa pun percuma, dunia kita sudah berbeda.

"Woy, kalian berdua ngapain pelukan di atas bukit? Lo berdua pikir Teletubbies?" teriak Sadam.

Sadam berjalan menghampiri aku dan Laras. "Ikutan dong!"

"Apa sih? ikut-ikutan aja," ucapku.

"Tahu lo. Sana ih, lo tuh kek hama, ganggu banget," seru Laras.

Sadam berdiri di tengah-tengah aku dan Laras, merangkul kita berdua. "Bagus ya matahari terbenamnya. Semesta mendukung gue kayaknya, Ra."

"Iya aja deh. Masuk duluan ya gue, barangkali Kak Shita butuh bantuan buat kita masak."

Aku melepaskan rangkulan Sadam, memilih pergi meninggalkan dia. Jika ditanya kenapa pergi saat Sadam menghampiri, aku sendiri bingung, suasana hati sedang tidak ingin ngobrol banyak dengan Sadam.

***

Beberapa teman-temanku sudah siap dengan tendanya, mereka kukuh ingin camping meski kita sekarang menginap di villa. Terserah, semoga hujan!

Kan, jahat lagi mulut ini. Mendoakan hujan turun agar teman-teman yang memasang tenda kehujanan.

Aku dan teman-teman perempuan  sibuk menyiapkan peralatan yang akan kita gunakan untuk memasak, sedangkan laki-laki sibuk membuat api unggun. Sisanya ada yang sedang nyanyi-nyanyi sambil main gitar, salah satunya adalah Sadam.

Setelah semua siap, kita makan bersama-sama di halaman belakang villa. Tak banyak menu, hanya nasi liwet beserta beberapa lauknya. Sebetulnya kita membawa jagung serta sosis, tapi Kak Shita bilang buat nanti saja jika malam teman-teman kelaparan.

Perut kenyang hati pun senang, kata Ehsan. Ah elah korban Upin Ipin kan gue. Semua perut sudah kenyang, kita semua berkumpul mengelilingi api unggun, bermain lempar mic. Permainan dimana kita menyanyi bersama sambil menjalankan mic memutar dari orang satu ke orang lainnya. Saat musik berhenti, maka mic yang berjalan pun berhenti, orang yang menerima mic itu yang harus menyanyi atau mendapat tantangan. Entahlah apa kalian menyebutnya, sungguh aku tidak tahu nama permainan ini.

Karena tidak ada mic, maka botol bekas pun jadi. Permainan dimulai, Rudi yang memainkan gitar, kita bernyanyi bersama lagu milik Fiersa Besari-celengan rindu. Botol mulai berjalan, berpindah dari tangan satu ke tangan lainnya. Musik berhenti, botol terakhir dipegang oleh Arun.

"Oke, Run. Mau nyanyi atau dapat tantangan," tanya Kak Shita.

"Gue orang yang suka dikasih tantangan, Kak. Jadi gue pilih tantangan," jawabnya sombong.

"Sombong, lu. Bilang aja suara lo kagak enak," ucap Sadam.

"Udah-udah. Guys, siapa yang mau ngasih tantangan ke Arun?" tanya Kak Shita.

"Gue, Kak." Dengan cepat Laras mengacungkan tangan.

"Iya, silakan, Ras."

"Gue mau lo gombalin satu cewek diantara kita ini pake pantun, tapi pake bahasa Sunda." Aku pukul paha Laras, menahan tawa, anak ini ada-ada saja. Arun orang Jawa bukan orang Sunda, mikir keras dah tuh anak.

"Kak, gue mau nyanyi aja boleh gak?" kata Arun.

"Gak boleh, apa yang sudah lo pilih gak bisa lo ganti kayak gitu."

Anak Kecil Ngomongin Cinta?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang