CAFE

2.9K 569 33
                                    

5 menit yang lalu, bel pulang sekolah telah berbunyi. Thea mulai memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Hari ini lo kerja?" tanya Freya seraya menggendong tasnya.

Thea mengangguk. Memang sehabis pulang sekolah, Thea bekerja di sebuah Cafe terkenal sebagai waiters. Alasan Thea memilih bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Apalagi ia harus membeli obat-obatan untuk Ayahnya yang sering sakit.

"Lo yakin enggak ikut outing class?" tanya Freya dengan raut wajahnya yang terlihat sedih.

Thea menggelengkan kepalanya. "Sorry, gue enggak bisa ikut. Lagipula, gue enggak ada biaya sama sekali."

Perlu diketahui, Thea termasuk gadis pintar. Ia diterima menjadi murid High Internasional School karena beasiswa yang didapatnya. Selain itu, Thea sering mengikuti berbagai macam lomba yang dapat mengharumkan nama sekolahnya.

Thea berencana akan masuk ke Universitas impiannya. Maka dari itu, sebagian uang hasil perlombaan Thea tabungkan di bank untuk biaya kuliahnya nanti.

"Soal biaya, lo bisa pakai uang gue dulu. Lo bisa ganti kalo lo udah ada uang."

Thea tetap menggelengkan kepalanya. "Gue enggak mau terus-menerus bergantung sama lo."

Selama ini, Freya telah banyak membantunya. Dimulai dari biaya pengobatan Ayahnya, sewa rumah untuk ia dan Ayahnya tinggal dan masih banyak lagi. Thea benar-benar tidak ingin merepotkan Freya lagi.

"Thea, lo itu sahabat gue. Sudah sepantasnya gue ngebantu lo." Freya menggenggam tangan Thea, lalu tersenyum tipis. "Gue mohon, ikut outing class kali ini. Kalo lo enggak ikut, gue sama siapa?"

Pada akhirnya Thea pun menganggukkan kepalanya, menyetujui ajakan Freya. Jujur, ia paling tidak tega jika Freya sudah memohon seperti ini. Bagaimanapun, Freya telah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.

Freya memekik senang. Spontan, ia memeluk Thea dengan erat. Thea pun membalas pelukan Freya tidak kalah erat.

"Jadi, deal ya lo ikut outing class," ucap Freya seraya melepaskan pelukan keduanya.

Thea mengangguk. "Makasih Frey, lo selalu bantu gue ketika gue dalam keadaan susah."

Freya merangkul bahu Thea, menuntunnya keluar dari kelas. "Santai aja kali."

Baru saja mereka berjalan beberapa langkah, tiba-tiba Thea menghentikan langkah kakinya. Hal itu pun membuat Freya bingung.

"Kenapa?" tanya Freya.

Thea menyengir. "Gue harus ke perpustakaan, ngebalikin buku-buku yang gue pinjem kemarin."

Freya mengangguk. "Sorry, gue enggak bisa nganter lo. Supir gue udah nunggu di depan."

"Yaudah pulang sanah," usir Thea membuat Freya mengerucutkan bibirnya kesal.

Setelah kepergian Freya, Thea pun kembali melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Letaknya tidak jauh, dekat lab komputer. Sesampainya di perpustakaan, terlihat jika tidak ada satupun orang disana.

Thea mengedikkan bahunya acuh. Ia pun mulai masuk ke dalam perpustakaan. Tiba-tiba saja, Thea dibuat terkejut ketika pintu tertutup dengan kencang.

Sontak Thea membalikkan badannya lalu menggedor-gedor pintu. "Siapa yang jailin gue? cepet buka pintunya!"

Terdengar suara tawa beberapa orang perempuan diluar sana. Bisa Thea simpulkan jika ini semua ulah Olivia dan teman-temannya. Thea tidak sembarang menuduh, ia sangat mengenali suara mereka.

Tidak lama pun suara mereka menghilang. Sepertinya mereka telah pergi. Kini Thea harus memikirkan bagaimana caranya agar ia dapat keluar dari perpustakaan.

ALPHA WOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang