Gus raden
***
"Assalamu'alaikum,allhamdulilah Gus kulo sampun diwisuda, InsyaAllah ngenjang jam 05.00 kolu sampun dugi ten ndalem panjenengan"
***
Satu kalimat pesan tanpa basa basi yang masuk kedalam line chat nya, nyatanya dapat meruntuhkan ketenangan seorang Raden.
Terbukti sejak pesan itu diterimanya sejak saat itu pula raden kehilangan fokusnya, pada segala sesuatu yang dilakukannya.Malam ini ditemani secangkir teh pepper mint gus raden duduk diam memandangi tetesan air hujan di teras depan kediamannya, dalam benak nya masih berkecamuk sosok seorang perempuan yang tak pernah dilihatnya 3 tahun ini.
Raden tak menyangka perempuan itu akan kembali secepat ini,lebih cepat dari waktu yang dijanjikan,Raden memang tak mempermasalahkan tentang kembalinya sosok itu, namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya,sesuatu yang begitu meresahkan hingga tak dapat dijabarkan oleh kata-kata, biarlah hanya Allah dan raden saja yg tau.
Pelan namun pasti tangan gus raden menyentuh dada sebelah kiri, tempat sang jantung bersarang,detak nya masih sama, seperti tiga tahun lalu.
Jantungnya masih sama berdebar nya, sama seperti saat ia mendengar nama itu di sebutkan, rasa nya tak berubah, tetap sama manis dan pahitnya.
Hanya satu hal yang dipikirkan gus raden saat ini, dalam benak nya ia bertanya, apakah dia orang yang menyebabkan debaran jantung ini merasakan hal yang sama, apakah penantian gus raden membuahkan hasil, ataukah perlu perpanjangan waktu tuk bisa merasakan apa yang gus raden harapkan.
"Nertaja" Suara gus raden sangat pelan seperti hembusan angin saat menyebut sepenggal nama itu, dengan menyebut nama nya saja seketika jantung gus raden berdetak abnormal, bagaimana nanti bila sang empunya nama benar benar telah berdiri di hadapannya.
Besar kemungkinan jantung gus raden keluar dari sarangnya dan menggemparkan dunia.
***
Jangkar telah dijatuhkan, tak bisa ditarik kembali,sang gus telah memilih, pelabuhan terakhir tuk perahu cintanya.
~Gus Raden
***
24.1.21
***
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS RADEN
General FictionJangkar telah dijatuhkan, tak bisa ditarik kembali,sang gus telah memilih, pelabuhan terakhir tuk perahu cintanya. ~Gus Raden