[vierundfünfzig]

20K 964 92
                                    

"Hao-ya hati-hati", Haechan yang berjalan beriringan dengan Mark menatap putranya itu was-was, Hao kini berlari dengan lincahnya ditaman kota. Iya, mereka menghabiskan minggu ini untuk bermain-main dan bersantai. Nanti mereka akan menggelar tikar dan duduk dibawah pohon yang rindang, mereka akan piknik.

"Ndee Mommy", Hao menjawab tapi tubuh berisinya tetap saja berlari dengan lincah. Kesana kemari membuat Haechan menggelengkan kepalanya.

"PAPA JENOO!", Teriak Hao yang kini sudah melihat Jeno duduk dengan Aecha yang berda dihadapannya. Senyum putri dari Jeno juga Jaemin itu merekah ketika melihat Hao, oppanya berlari menghampiri.

"Semangat sekali ya anak Papa ini", Jeno tertawa mencubit pipi Hao yang sedikit memerah, mau menggusak kepala tapi Hao menggunakan topinya, jadi tidak jadi.

"Mana Daddy dan Mommy sayang?", Jaemin memangku Hao dan mengelapi keringat bocah itu, anak sahabatnya ini aktif sekali memang.

"Itu disana", Hao menunjuk kearah Haechan yang berjalan dengan lambat karena perut buncitnya. Iya, Haechan hamil lagi dan sudah memasuki usia kandungan 3 bulan.

"Hah astaga kenapa rasanya jauh sekali dari sana kesini", setibanya Haechan, ibu Hao itu langsung saja duduk dibangku yang dekat dengan tempat mereka.

Jaemin tertawa, "beda cerita dengan anak mu, Hao Oppa semangat sekalii hmm"

Hao tertawa ketika Jaemin menggelitinginya, anak itu lalu berdiri dan berjalan kearah Mark. Merentangkan tangan tinggi-tinggi. Minta di gendong.

"Mau kemana?"

"Mommy"

Hao menunjuk Haechan yang masih duduk, melihat kearah Aecha yang bermain dengan buah-buahan mainan miliknya.

"Mommyy.."

Haechan menoleh, melihat kearah Hao yang mendekat, Mark mendudukan Hao disamping Haechan. Hao melihat kearah Haechan, tatapannya menyendu.

"Mommy lelah?"

Haechan tertawa, "tidak sayang.. hanya sedikit"

"Apa Aegi nakal?", Hao menatap kearah perut Haechan.

"Tidak, Aegi tidak nakal sama sekali", Tersenyum, Haechan mencubit pipi Hao, selalu begitu. Sasaran utama dari semua orang adalah pipi bakpaonya.

Hao mendekat lalu mengecup perut Haechan, hal yang biasa dilakukan Mark, "Aegi jangan nakal dengan Mommy yaa", ucapnya sembari menganggukkan kepalanya. Yang mana membuat yang lainnya tertawa. Lalu turun dari bangku taman dan mengarah kearah Aecha, mengajak sepupunya itu untuk bermain.

Haechan juga Mark hanya memperhatikan, memperolehkan Hao melakukan apapun yang ia mau, anak itu sekarang sedang mengumpulkan batu dan menyusunnya secara berjejer dihadapannya sendiri, dengan mobil mainan yang ia bawa dari rumah tadi.

"Hyung anakmu tidak merasa panas apa? Nanti kulitnya jadi Tan sepertiku", Haechan tertawa dengan perkataannya sendiri.

"Tidak akan, lagi pula mataharinya belum begitu terik biarkan anak itu bersenang-senang dulu", Mark menyuapkan satu buah potongan apel kedalam mulut Haechan.

"Dia mirip denganmu ya, aku iri", Mark menatap lekat putranya itu.

"Warna kulitnya mengikuti dirimu", Haechan mencoba membuat Mark tak merasa iri hati karena memang Hao lebih mirip dengannya.

"Hanya warna kulit, yang lainnya diborong semua oleh mu", Mark mecebikkan bibirnya, untung saja ada satu yang mengikut dirinya kalau tidak Mark benar-benar akan sakit hati, dia juga ikut andil dalam membuat Hao ya, jadi maklum saja kalau sedikit iri! Rasanya seperti jerih payahnya tak membuahkan hasil jika semua yang bersangkutan dengan Hao mengikut Haechan saja!

[END] 𝓶𝓲𝓮𝓷𝓷𝓮 𝓢𝓸𝓷𝓷𝓮  [Matahariku] || MarkHyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang