[ 15 ] Mine

1.3K 152 28
                                    

Jalan-jalanku di London sudah selesai, menyenangkan karena aku menghabiskan waktuku bersama keluarga Pevensie di sini. Jujur saja, aku sebenarnya tidak berniat jalan-jalan ke sini, aku hanya ingin menghindari pertanyaan sang ayah tentang perjodohan. Ini gila sungguh. Tapi kegilaan itu tidak menyerangku karena siapa sangka aku bertemu dengan Edmund di sini. Edmund pun mengiyakan menbantuku.

Kini aku kembali ke rumahku, bersama dengan Edmund yang bersandiwara sebagai kekasihku. Aku menggenggam tangannya agar ayah tidak curiga bahwa aku berbohong. Sedikit canggung, tapi ya mau tidak mau aku harus lakukan ini.

"Kau siap, Ed?" Tanyaku. Edmund hanya ber hmm pelan. Aku membukakan pintu dan melihat ayah sedang asyik menikmati kopinya dengan koran di tangannya.

"Dad, aku pulang."

Ayah melihatku dan juga Edmund. "Dia kekasihmu?"

Aku mengangguk. Aku menarik Edmund untuk berdiri di sebelahku. "Dia Edmund Pevensie."

Ayah hanya menganggukkan kepalanya pelan dan melanjutkan membaca koran. Ibu datang dari arah dapur dan menghampiriku dan Edmund. "Istirahatlah, kau pasti lelah seharian ini. Kau juga, Edmund."

Aku membawa Edmund menuju ke kamarku dan aku menutup pintunya, tak lupa menguncinya. Edmund hanya terdiam dan menyeringai. "Tunggu dulu Herminia, kita ini belum sah."

Mataku membesar dan aku dengan kuat menjitak kepalanya. "Apa yang kau pikirkan!?"

"Dengar, Ed. Kau akan ikut makan malam di sini. Kemungkinan besar dad akan menanyakan sesuatu yang mungkin agak aneh." Jelasku.

"Aneh?"

"Iya, seperti sudah berapa lama hubungan kita, kapan, dimana, bagaimana--"

"Itu aneh? Ckck tenang saja, kau bisa mengandalkanku." Ucap Edmund.

Aku tersenyum kecil. Sedikit tenang mendengar perkataan Edmund.

"Kau begitu percaya padaku?" Tanyanya sambil berjalan mendekatiku.

"Ya, memangnya kenapa?" Aku berbalik bertanya padanya, dengan sedikit memundurkan langkahku hingga aku tak bisa mundur lagi karena dihalang oleh pintu yang tertutup.

Edmund yang terus berjalan maju pun langsung mengunci pergerakanku, membuat pikiranku kosong seketika.

"Kau terlalu pintar, Herminia. Mengunci dirimu dengan seorang lelaki di kamar, hanya berdua." Ucap Edmund padaku. Aku hanya diam tidak tahu harus berbuat apa. Aku merasakan panas pada diriku, terlebih lagi nafas Edmund bisa aku dengar dan rasakan dengan jelas. Jantungku mulai berdetak lebih cepat dari biasanya. Pikiranku sudah lari entah kemana.

"Aku begitu merindukanmu, Herminia."

"Edmund..." Lirihku.

Edmund tidak menjawab, dia hanya menatap dalam mataku.

"Ed-- mmm--"

Edmund dengan lembut menciumku. Lembut sekali. Tangannya yang awalnya mengunci pergerakanku kini merangkul pinggangku dan menarikku untuk lebih dekat dengannya.

Aku tidak membalas ciumannya, aku masih syok dengan apa yang terjadi padaku. Dan aku tidak mengerti mengapa Edmund tiba-tiba menjadi sangat agresif. Edmund dengan pelan menggigit bibirku, hal itu sukses membuat Edmund masuk lebih dalam ke mulutku, dengan lembut dia melumat bibirku.

Aku yang mulai merasa nyaman dengan ciuman itu pun melingkarkan tanganku pada lehernya, membalas ciumannya.

Edmund menghentikan ciumannya dan menggendongku ala bridal style, meletakkanku di atas ranjang dan melanjutkan ciuman yang sempat terhenti.

Explore Your Heart【Edmund Pevensie】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang