24

44 1 0
                                    

"Hangyul?"

Hangyul tersenyum. "Siang tante."

Mama Kikan tampak kayak mencari-cari.

"Aku datang sendiri kok, gak sama siapa-siapa."

Mama Kikan menatap Hangyul lagi. "Mau cari Kikan?"

Hangyul mengangguk. "Iya."

"Kikan lagi istirahat di kamarnya."

Hangyul tersenyum lagi. "Terus yang berdiri di belakang tante siapa?"

Mama Kikan menoleh ke belakang dan tampak Kikan yang sepertinya baru turun dari tangga. "Gyul?"

"Hi Kikan."

"Ha.. hay."

"Boleh aku bawa Kikan nya sebentar tante?" tanya Hangyul.

Mama Kikan menoleh lagi pada Hangyul. "Mau ketemu Yohan?"

Hangyul mengangguk. "Betul sekali."

Mama Kikan menggeleng. "Gak boleh. Gak bisa."

"Aku udah setuju untuk pisah setelah melahirkan, ketemu sekali aja gak boleh? Siapa tahu aku gak bisa ketemu lagi sama Yohan setelah ini," bibir Kikan bergetar.

Mama Kikan terdiam menatap anaknya, lalu menghela nafas. "Terserah kamu deh. Susah banget dibilangin."

***

Hangyul menghentikan mobilnya di depan rumah Kikan dan Yohan. Kikan terdiam menatap rumahnya dari dalam mobil dan seperti yang sudah bisa ditebak, dia menangis lagi.

"Yohan ada di dalam," kata Hangyul.

Kikan menoleh pada Hangyul. "Kenapa harus disini?"

Hangyul mengangkat kedua pundaknya. "Gue juga gak tahu. Lagian ini rumah kalian, jadi wajar ketemu disini?"

Kikan menghela nafas lalu menoleh pada rumahnya lagi.

"Ya udah turun sana. Yohan udah dari pagi ada di rumah."

Kikan menoleh lagi pada Hangyul dengan bingung. "Terus Mamanya gimana? Kan hari ini keluar dari rumah sakit?"

"Gak usah lo pikirin. Mending lo turun aja. Quality time sama laki lo. Kan udah tiga hari gak ketemu? Gak kangen apa?"

Kikan tidak menjawab dan malah menatap Hangyul dengan mata yang berkaca-kaca. "Thanks, Gyul."

Hangyul tersenyum. "Sama-sama."

***

Kikan gak tahu apa yang sedang dia rasain sekarang ini. Dia beneran gak ngerti. Tapi semakin dia melangkah masuk ke pekarangan rumahnya, semakin sesak saja rasanya. Padahal ini baru tiga hari tapi rasanya kok udah lama banget gak pulang ke rumah. Dia juga agak deg-degan, karena mengetahui ada Yohan di dalam rumah. Pokoknya aneh banget, campur aduk gak nentu.

Kikan membuka pintu rumahnya perlahan. Tentu saja hal pertama yang tertangkap sama matanya adalah ruang tamu. Barang-barang bayi yang tidak dimasukkan ke dalam kamar ketika acara tujuh bulanan masih terletak di tempatnya masing-masing. Ruang tamunya masih rapi sama seperti terakhir kali Yuvin Hangyul bertamu.

Mata Kikan langsung menoleh ke kanan, ke dapur. Dia menoleh kesana karena mendengar kayak ada kesibukan dari dapur. Kikan berjalan mendekat ke dapur dengan perlahan, sampai akhirnya dia bisa melihat punggung Yohan. Entah apa yang sedang Yohan lakukan tapi kayaknya dia sibuk banget.

Kikan tercekat, pengen manggil tapi gak sanggup. Bibirnya bergetar lagi menahan tangis. Lalu kemudian Yohan tiba-tiba berbalik dan mata mereka akhirnya bertemu. Mereka diam untuk beberapa saat sampai akhirnya Yohan tersenyum. Sumpah kangen banget sama Yohan. Rasanya Kikan pengen lari ke Yohan terus meluk dia erat-erat. Ngomong aja gak sanggup, gimana mau lari?

To Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang