Terlalu bosan rasanya bertengkar dengan ibu yang selalu menuntutku untuk kuliah di Sekolah Ikatan Dinas. Memakai seragam, kuliah yang berujung punya kerjaan yang pasti, dan bisa dibanggakan. Tapi itu bukan hal yang aku suka. Aku rasa ibuku keliru.
Pernah aku bilang aku mau jadi arsitek, tapi ibuku nggak setuju karena biaya kuliah yang mahal dengan segala kebutuhannya. Lalu aku pilih dokter hewan karena aku suka binatang, dan lagi-lagi ibuku juga nggak setuju. Sampai akhirnya suatu hari ayahku menelfon, dan bilang kalau ada kampus broadcasting di Jogja. Tanpa pikir panjang aku langsung daftar dan melengkapi semua persyaratan yang dibutuhkan.
Aku dan ibuku berangkat. Kami berdua naik bus kurang lebih 14 jam sampai akhirnya tiba di Terminal Jombor, Jl. Magelang. Kami naik becak sampai ke Guest House dibelakang kampusku, masih satu lingkungan. Kebetulan aku memesan kamar disana karena praktis dan mudah dijangkau.
Siangnya aku ke kampus untuk daftar ulang. Pertama masuk, yang ku lihat adalah seluruh gedung berwarna biru. Lorongnya terlihat seperti koridor rumah sakit karena bentuk lantai dan pilarnya. Ada beberapa mahasiswa berjalan ke arah luar, kelasnya baru aja selesai. Oh, gini ya penampilan mahasiswa, pikirku.
Aku bangun pagi karena harus mulai test. Setelah siap, aku langsung menuju kampus, mencari ruangan bersama beberapa calon mahasiswa lainnya. Singkat cerita, aku berhasil menyelesaikan test dengan baik dan cukup cepat. Computer Based Test (CBT) dengan 100 soal. Walaupun ada beberapa soal yang ku isi dengan ragu-ragu, tapi aku yakin kalau jawabanku banyak benarnya. Hingga aku harus pindah ke ruangan lain untuk lanjut ke sesi wawancara. Ini pun bisa ku lewati dengan mudah karena mungkin dosen yang mewawancaraiku termasuk orang yang santai dan antusias mendengarkanku menjelaskan semuanya.
Hari terakhir di Jogja dihabiskan dengan jalan-jalan keliling. Ke Malioboro, Keraton, Taman Sari, dan beli beberapa oleh-oleh. Kemudian pulang menggunakan kereta api menjadi pilihan favoritku karena nggak perlu merasa pusing diperjalanan.
Bulan depannya, hasil testku keluar dan aku dinyatakan lulus. Senang karena akhirnya aku bisa kuliah di jurusan yang aku inginkan. Sedih karena harus belajar hidup sendiri di kota orang.
Merantau adalah pilihan. Dan ku sebut ini kota pelarian. Aku yang nggak perlu berantem dengan ibuku tiap hari. Nggak perlu berselisih paham karena hal sepele. Dan nggak perlu bersitegang dengan adu argumen.
Aku siap pergi, pamit dan berangkat kesana, ke Jogja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jogja dan Cerita 5 Tahun
Short StoryBased on true story. Tinggal di Jogja. Merantau, menjadi mahasiswa, dan beberapa cerita yang berkesan. 5 tahun lamanya.