That Night

59 6 8
                                    

Sunghoon menatap jengah kepada professor di depan yang sedang menjelaskan salah satu topik mata kuliah. Bosan dia. Melirik sekilas ke sahabatnya di sebelah -Jake yang terlihat tetap sangat antusisas padahal menurutnya topik kali ini sangat membosankan. Sunghoon menghela nafas berat, memeriksa jam di ponselnya dan ternyata masih tersisa 10 menit lagi sebelum kelas berakhir. Jujur, Sunghoon mulai gusar benar-benar tidak betah.

Drrt...

Ada pesan masuk di ponselnya. Tersenyum simpul ketika membaca nama pengirim pesan.

Yuna

Hoon, kamu dimana?

Sunghoon

Masih kelas,

kamu jadi bareng aku kan pulangnya?

Pinginya, tapi aku masih ada

Grup meeting sama anak club.

Kamu duluan aja ya.

Aku tungguin

Takut lama

It's okay.

Sekali lagi Sunghoon menghela nafas, menunggu balasan dari Yuna tapi sampai professor berhenti mengoceh dan meninggalkan kelas tidak ada balasan yang dia dapat. "Mungkin udah mulai kali ya meetingnya" pikir Sunghoon.

Sudah 4 jam, ralat 5 jam Sunghoon menunggu kekasihnya itu, sudah berkali-kali kirim pesan tapi belum dibalas juga. Bukannya marah, tapi Sunghoon justru khawatir.

"Gimana kalo dia belum makan? Masa batre hp nya mati? Apa hp nya ilang atau malah di culik sama orang jahat?"

"Eh hoon, kenapa deh guser terus kaya lupa bayar cicilan kontrakan?" Itu suara Jay yang lagi asik main game sama Jake. Dia lumayan terganggu karena Sunghoon yang terus mondar mandir sambil pasang muka lecek. "Sini kek main game juga, capek lawan Jake, cemen dia."

Ctak. Oke, itu suara stik PS yang ada di tangan Jake sudah melayang mental kena kepala Jay.

"Diem deh."

Jay Cuma mengaduh kesakitan dan kembali fokus pada layar TV untuk melanjutkan game nya sebelum Jake semakin murka.

Sunghoon cuma senyum kecut lihat tingkah 2 sahabat sekaligus teman kontrakannya itu. Lagi-lagi mengecek ponsel takut-takut kalo Yuna memberi kabar. Tapi nihil. Kesabaran Sunghoon sudah mulai habis ini sudah jam Sembilan malam "Ah aku samperin aja deh".

***

Sunghoon agak berlari dari parkiran menuju ruang club. Kemudian memilih duduk di depan ruang club menulis yang diikuti Yuna dan tersenyum lega setelah melihat ternyata Yuna masih ada di dalam sana.

Setengah jam kemudian ruang club dibuka dan satu-persatu anggota club mulai keluar. Tersenyum ramah menyapa Sunghoon yang sudah dihafal oleh sebagian besar anggota club pasti Sunghoon sedang menunggu Yuna. Seperti biasa, Yuna akan jadi anggota terakhir yang keluar dan bertugas mengunci ruang club.

Yuna sedikit terpeanjat mendapati Sunghoon tengah duduk santai di depan ruangan club. Merasa bersalah.

"Maaf, aku lama..."

Sunghoon bangkit dari duduknya, mengambil tangan kanan Yuna, menggandeng gadis itu menuju parkiran.

"Hoon kamu marah ya? Kok diem aja"

Sunghoon mencoba tersenyum, masih menggandeng tangan Yuna. Sambil menggeleng perlahan.

"Ah, kamu marah nih. Maafin aku"

Sunghoon masih diam. Mengatur perasaan campur aduknya. Jujur Sunghoon bukannya marah, dia hanya khawatir.

Sampai diparkiran Sunghoon memberikan helm ke Yuna.

"Kamu beneran marah ya? Biasanya helm nya di pakein. Kok sekarang engga?" Itu suara memelas dari Yuna.

Sunghoon mengelap wajahnya pelan. Merengkuh Yuna kepelukannya. Yang dipeluk jelas kaget.

"Hoon.. kita masih di parkiran kampus ini"

Sunghoon tidak peduli, semakin mengeratkan pelukannya. "Yuna, lain kali jangan kaya gini ya, paling ngga baca aja pesanku kalau emang ngga sempet balas. Jangan Cuma di deliv, aku khawatir banget sama kamu. Masih kebayang, takut kejadian malam hari itu keulang lagi. Tolong banget, aku gamau kamu kenapa-kenapa"

Yuna tertegun dipelukan Sunghoon, sempat menahan nafas sebentar.

Yuna ingat betul kejadian 2 bulan lalu. Malam hari, setelah dia pulang dari meeting club. Yuna sedang di halte menunggu bus untuk kembali ke kos sambil bertelepon dengan Sunghoon. Malam itu Sunghoon tidak bisa jemput karena ada latihan intensif untuk lomba futsal jadi hanya bisa menemani Yuna lewat telepon. Awalnya tidak ada yang aneh, sampai Sunghoon mendengar Yuna sedikit memekik dan akhirnya berteriak meminta tolong.

Sunghoon jelas kalang kabut, berlari menyambar hoodie sembarangan disisi lapangan futsal dan meraih kontak mobil milik jay. Memacu mobil tersebut dengan kecepatan penuh, pikirannya hanya terfokus pada Yuna yang setelah teriak meminta tolong tadi tidak bisa dihubungi. Dengan berbekal insting bahwa Yuna tidak akan jauh dari kampus, Sunghoon sedang menuju arah kampus. Memarkir mobil asal di depan gerbang kampus kemudian berlari tidak tentu arah sambil berteriak memanggil nama Yuna. Dengan dibantu oleh satpam kampus melalui cctv yang berada di sekitar area kampus Sunghoon melihat Yuna yang sepertinya ditarik paksa oleh dua lelaki kearah belakang kampus.

Benar saja, kejadian malam itu jika Sunghoon telat sedikit saja mungkin Yunanya sudah menjadi kotor. Membayangkan dan mengingat malam itu Sunghoon menemukan Yuna dalam keadaan kacau, rambut acak-acakan, baju yang robek dan jangan lupakan raut ketakutan dan air mata yang tidak berhenti dari mata Yuna. Semenjak kejadian itu Sunghoon berjanji pada dirinya sendiri tidak akan pernah melepas Yuna untuk berkeliaran sendiri.

Yuna balik memeluk Sunghoon, mengelus punggung kurus laki-laki tinggi itu "Hoon, maafin aku. Aku janji ngga akan bikin kamu khawatir lagi. Aku janji akan konsisten kasih kamu kabar, tadi itu memang aku salah, aku lupa ngecek ponsel"

Sunghoon mengelus bagian belakang kepala Yuna, memberikan kecupan singkat di kepala Yuna dan melepas pelukan mereka. Sunghoon tersenyum teduh.

"Nggapapa, jangan diulangi lagi ya"

Yuna mengangguk mantap, dan tersenyum ketika Sunghoon memasangkan helm dengan lembut di kepalanya.

***

"Hoon aku laper..." Yuna sedikit berteriak karena berbicara diatas motor yang sedang melaju.

Sunghoon mengangguk "Iya, aku tau. Kamu mana sempat makan"

Yuna mencebik kesal. Melepaskan pelukannya dipinggang Sunghoon, tapi sebelum pelukan itu terlepas Sunghoon menggunakan tangan kirinya untuk menahan dan kembali mengeratkan pelukan Yuna di pinggganya.

"Jangan dilepas, kamu kan lagi lapar. Nanti jatuh. Kita mampir makan dulu ya sebelum aku balikin kamu ke kos."

Yuna tersenyum puas, mengeratkan pelukannya, dan menyandarkan kepalanya di pundak sisi kiri Sunghoon.

"Aku sayang kamu Hoon, sayang banget."

.
.
.
Mau lanjut ngga?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang